Hari hati dengan typo yang bertebaran...!
£££
Terlihat 3 gadis cantik sedang berjalan santai di salah satu lorong di sekolahnya. Mereka adalah Abel, Kanya, dan Prilly. Dari arah berlawanan ada 2 wanita ya... bisa dibilang cantik, bisa buka dibilang enggak. Dia adalah Farah dan Rani. Mereka tidak pernah suka dengan Prilly. Mereka tidak pernah suka melihat Prilly bahagia. Sedangkan Prilly, dia sih cuek cuek aja. Toh gak ada gunanya juga kan?
"Eh... ada si Maurin disini." Ucap Farah saat ia berada di hadapan Prilly.
"Iya gue disini, kenapa? Ada masalah?" Ucap Prilly santai.
"Gak nyangka gue, masih berani aja lo nampakin muka lo ini." Tambah Rani yang membuat dua sahabat Prilly itu geram.
"Ya berani lah, emang Maurin salah apa sampai sampai dia harus nyembunyiin muka dia?!" Semprot Abel dengan emosi yang sudah sampai di ubun ubun.
"Dasar cewek gak tau diri, udah ambil cowok orang, gak ngerasa bersalah lagi!" Kini giliran Farah yang berbicara seraya mendorong bahu Prilly sedikit keras ke belakang.
"Apa lo bilang?!" Teriak Kanya.
"Udah deh ah, gak usah diladenin. Gak guna kalian berdua jelasin yang sesungguhnya sama mereka." Lerai Prilly dengan memegang tangan Kanya.
"Oh iya ya, cowok yang dia omongin kan gak ada hubungan apa apa sama dia." Ucap Kanya yang disanggupi kepala oleh Abel kemudian berlalu bersama dengan Prilly juga.
£££
"Gue pulang... Prill tolong siapin baju gue dong, gue mau mandi dulu. Gerah, gue habis dari Cafe buat ngecek keuangan sama yang lainnya. Terserah mau baju yang mana, pasti gue pake kok." Ucap Ali yang baru saja masuk ke kamarnya, kemudian menaruh tasnya di sofa dan langsung masuk kedalam kamar mandi. Tanpa ia sadari, sesungguhnya di dalam kamar itu juga ada 2 sahabat Prilly.
Saat pintu kamar mandi tertutup, disaat itu juga kedua sahabat Prilly yang ada dikamar itu terbengong bengong melihat kelakuan Ali. Sedangkan Prilly sendiri, ia sudah berdiri didepan almari untuk mengambilkan baju sang suami.
"Itu siapa Rin? Kok langsung masuk gitu?" Ucap Abel yang masih bingung dengan yang baru saja ia lihat.
"Iya, tapi kok wajahnya mirip sama Dion ya? Cuma bedanya Dion pakai kacamata, sedangkan cowok yang tadi itu kagak pakai kacamata." Timpal Kanya.
Ya, Ali atau yang bisa disebut sebagai Dion sesungguhnya menggunakan kacamata, namun ia selalu menggunakan softlens (Bener gak sih tulisannya? Intinya itu lensa kontak) saat sekolah maupun saat keluar rumah tanpa ditemani oleh keluarga. Kerena Ali gak mau dikerubungi oleh wanita wanita yang nge-fans sama dia dan tahu kalau nama dia yang sesungguhnya adalah Dion Mahendra. Oleh karena itu, setiap ia keluar rumah tanpa menggunakan kacamata namanya adalah Dion Alifiand. Walaupun nama panjang Ali yang sesungguhnya adalah Dion Alifiand Mahendra.
"Ya emang dia." Ucap Prilly santai kemudian berlalu untuk memberikan pakaian Ali. Butuh beberapa saat bagi Kanya dan Abel untuk mencerna ucapan Prilly tadi.
"APA?!" Teriak Kanya dan Abel bersamaan.
£££
Saat ini Ali, Prilly, Kanya, dan Abel sudah berkumpul di dalam kamar Ali dan Prilly, ditemani oleh wajah garang Kanya dan Abel serta Ali yang sudah mengenakan kacamatanya.
Dengan penasaran yang sudah memuncak, Kanya langsung memprotes kepada Ali dan Prilly. "Sekarang lo jelasin sama kita. Gimana bisa lo nikah sama Dion? Padahal kan berita terakhir yang gue baca di surat kabar itu cuma sampai 'Dion Mahendra anak dari keluarga Mahendra akan dijodohkan. Kita kira siapa ya gadis yang akan dijodohkan dengan Dion? Dan sungguh beruntung sekali gadis tersebut.' Udah, sampai situ doang."
"Jelasin Li,"
Bagaimana ceritanya? Apa masih kurang? Jangan lupa vote dan comment ya...!
KAMU SEDANG MEMBACA
Married in 17 Years Old (Pending)
FanfictionTanpa sinopsis. Penasaran langsung baca aja!!