nano nano

9.9K 493 46
                                    

Hari yang ditunggu tunggu oleh siswa dan siswi kelas 11 Bina Harapan telah tiba. Hari dimana mereka akan melakukan perjalanan pariwisata yang akan dilangsungkan selama 3 hari di hari libur tengah semester.

Semua sudah berkumpul dihalaman sekolah Bina Harapan, karena 15 menit lagi bus akan berangkat ke tempat tujuan. Tak terkecuali Prilly, Abel, dan Kanya. Mereka sudah datang dari 10 menit yang lalu. Halaman sekolah Bina Harapan yang awalnya ramai tiba tiba menjadi sepi hanya karena sebuah mobil yang baru terparkir di pelataran sekolah. Bukan, bukan mobilnya yang membuat mereka diam. Tapi 4 orang lelaki yang keluar dari mobil tersebut, terlebih yang keluar dari bangku pengemudi dengan tas ransel hitam yang ia tanggalkan di bahu kanannya.

Meskipun dengan rambut yang acak acakan dan wajah bantal yang ditampilkan lelaki tersebut tetapi tidak mengurangi kadar ketampanan wajahnya.

Prilly memandang laki laki tersebut. Laki laki yang sangat dikenalnya, yang dekat dengan dirinya. Dengan emosi yang ia pendam, refleks dia berjalan ke arah laki laki tersebut dan menariknya sedikit menjauh dari lapangan.

"Katanya gak mau kerjasama, ngapain kesini? Trus itu matanya kenapa gak pake softlens? Pengen pamer kalo punya mata abu abu? Iya?!" Tanya Prilly dengan sedikit sewot pada Ali. Sedang akan Ali hanya diam dan menutup mulutnya karena ia sedang menguap.

Ya, yang datang dengan tatanan yang berantakan tadi adalah Ali. Dan jangan lupakan matanya yang berwarna abu abu tanpa dihalangi oleh softlens atau kacamata minus yang biasanya bertengger di hidung mancungnya.

"Stt.... tanya tuh satu satu. Iya, yang waktu itu emang gak mau kerjasama. Tapi..." baru saja Ali ingin menjelaskan, tetapi Prilly terlebih dahulu memotong ucapannya

"Tapi apa? Berubah fikiran?"

"Yang berubah fikiran itu siapa? Tanpa gue ketahui. Ternyata sekolah lo udah buat janji di Shine's cafe guna nyediain konsumsi selama kegiatan ini berlangsung. Makanya kemaren gue pulang telat dari cafe. Padahal gue udah bilang kalau gak boleh ada janji lain selain buat acaranya papa Leo, eh malah dengan enaknya asisten pengganti di cafe malah bikin janji lain. Dan apa tadi, kenapa gak pake softlens? Soalnya gue buru buru, ini aja bangun tidur langsung berangkat gue. Kalo bebenah dulu takutnya telat. Untung kemaren sebelum tidur sempat nyiapin barang barang yang dibawa." jelas Ali panjang selayaknya kereta Api

Mata Prilly memicing, ia tak percaya dengan jawaban Ali. "Masak, kok gue gak tau? Padahal kan gue belom tidur waktu lo tidur."

"Tuh yang lain pada kumpul, mau berangkat kayaknya." Alih-alih menjawab, Ali malah mengalihkan pembicaraan seraya melihat ke arah belakang Prilly, dimana yang lainnya sudah berkumpul dengan rapi.

£££

Tepat pukul 08.00, semua siswa sudah duduk di bangku dalam bis yang telah ditentukan oleh panitia. Ali yang baru naik bis beserta dengan tiga chef yang ia ajak dalam acara ini mulai bertanya pada panitia dimana tempat mereka untuk duduk.

"Maaf, kami chef dari Shine's cafe." Ucap Ali sopan dengan kacamata berwarna gelap yang entah ia dapat darimana.

Seorang ibu guru yang bisa ditaksir berumur 25-27 tahun yang awalnya memberikan pengarahan bagi anak muridnya jadi mengalihkan pandangannya pada orang yang berbicara tersebut. "Oh iya, tempat duduknya disini. Kami kira chef yang akan datang hanya 2 orang, makanya kita hanya menyiapkan 2 tempat duduk. Kalau begitu akan saya tanyakan di bis sebelah masih ada bangku kosong atau tidak." Ucap ibu guru tersebut mempersilahkan dan tak lupa dengan sikap centil yang sangat kentara.

"Tidak usah repot, kami cuma ingin tanya busnya berangkat jam berapa? Bukan tanya tempat duduk, selain itu kami naik mobil dan mengikuti bis dari belakang." Prilly yang mendengar interaksi ibu guru yang terkenal killer jika mengajar mencuri curi kesempatan dengan lacuminya yang cuek cuek bebek itu tidak bisa menahan rasa bahagia yang ia rasakan.

Lacumi gue tuh.... orang cuek begitu digoda? Bukan terpancing, malah kena amuk yang ada kalo terus digoda. Ucap Prilly dalam hati seraya tersenyum lebar melihat interaksi gurunya yang terus menggoda Ali.

Tak mau terus terusan digoda dengan guru yang menurutnya ganjen, Ali langsung turun dari bis. Baru satu langkah, tangannya sudah dicegah oleh guru tersebut.

"Kalian kan chef di acara ini, pasti anak anak akan membutuhkan kan bantuan kalian kan selama acara ini berlangsung. Jadi... apa tidak sebaiknya kalian semua memperkenalkan diri terlebih dahulu?" Ucap guru itu cantik dan dengan tidak tahu malu mulai bergelayut manja di lengan Ali.

Entah apa yang Prilly pikirkan, ia merasa bahwa Ali meminta pendapat darinya. Dengan pelan ia mengangukkan kepalanya.

Baru saja Ali ingin membuka suara, tetapi sudah dijawab oleh salah satu chef yang ikut dengannya. "Nama dia Dion, siswa dari MHSchool sekaligus chef Shine's cafe, disebelah saya ada Chef Sam, sebelahnya lagi ada chef Alex, dan saya sendiri chef Bagas. Untuk lebih jelasnya mungkin nanti jika sudah sampai di tujuan, ibu bisa ikut menyimak perkenalan dari kita untuk lebih jelasnya." Dalam hati Ali merasa sedikit lega karena tangan guru yang awalnya berlarut manja dilengannya kini mulai lepas dan kesempatan itu ia gunakan untuk kabur.

£££

Married in 17 Years Old (Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang