Musibah

41.9K 1.4K 41
                                    

Pagi ini seperti pagi biasanya untuk seorang Sergio Sebastian CEO SS Group. SS Group adalah perusahaan ternama yang merupakan perusahaan game terbesar di Asia.

Sergio yang biasa dipanggil Gio bersiap untuk berangkat bekerja seperti biasa, dia termasuk orang yang tepat waktu dan dia paling tidak suka yang namanya berleha-leha.

Gio berangkat dengan diantar oleh sopir pribadinya yang bernama Temi. Ia tinggal sendiri di sebuah apart karena jika tinggal bersama keluarganya pun sama saja. Dia akan merasa sendirian karena Ibu dan Ayah adalah orang sibuk yang jarang ada di rumah. Saudara? Dia anak tunggal. Jadi tidak ada bedanya alpart ataupun rumah. Ia pulang hanya jika dipanggil ayahnya untuk pulang, ataupun ada acara keluarga.

Perjalan yang bisa dibilang lancar, membuat dia datang lebih awal dari biasanya.

Ia berjalan dengan angkuh memasuki Kantornya, bahkan aura yang keluar dari dirinya terkesan sangat dingin. Sapaan dari beberapa karyawan hanya ia balas dengan tatapan.

Sesampainya di ruangan, ia melihat file-file yang ada di atas meja hasil kerja sekertarisnya. Setelah merasa cukup, ia menelepon sekertarisnya menyuruhnya masuk dengan membawa jadwal ia hari ini.

~Tuk,tuk,tuk~

"Masuk."

Sekertarisnya yang bernama Tiara, masuk dengan anggunnya.

"Jadwal saya hari ini apa saja?" Tanya Gio.

"Untuk hari ini, hanya Meeting dengan klien dari YAS Group membahas proyek baru, jam 10.00 Pak." Jelas Tiara.

"Hanya itu?" Tanya Gio memastikan.

"Iya Pak."

"Kalo begitu kau boleh keluar Tiara."

Tiara mengangguk sopan pamit keluar.

Gio melihat jamnya, jam 9.00. Berarti masih ada 1 jam lagi untuk rapat. Dan waktu itu ia gunakan untuk membaca proposal tentang proyek baru yang akan dibahasnya dengan klien.

Disaat iya sedang membaca-baca, tiba-tiba ponselnya berdering ada panggilan masuk. Dan nama yang tertera disana adalah Juna, teman seperjuangan Gio.

"Hallo?"

"Ada apa jun?"

"Yo, lu hari ini sibuk ga?"

"Engga, emang kenapa?"

"Syukur kalo gitu, tar siang jam 2an ketemuan bisa? Gue butuh bantuan lo nih. Urgent"

"Dengan senang hati gue bakal bantu lo. Ketemu dimana?"

"Oke kalo gitu, gue tunggu lo di Cafe biasa ya. Makasih sebelumnya."

"Kaya kesiapa aja lo, pake bilang makasih segala."

"Hahaha, kalo gitu gue tutup ya. Gue lagi sibuk nih."

"So sibuk lo." Ucap Gio.

"Hahaha, Oke. Kalo gitu gue tutup. Bye sohib gue yang paling dingin."

Gio hanya bisa tersenyum mendengar ucapan terakhir Juna. Tapi sebenarnya apa yang Juna anggap penting, sampai harus meminta bantuannya.

Waktu berjalan dengan cepat, meeting tadi berjalan dengan lancar. Sekarang Gio sedang menuju ke tempat dimana ia biasa bertemu dengan Juna.

Sesampainya disana Gio melihat Juna yang sudah sampai duluan, tapi ada yang Gio anggap aneh. Di tempat Juna duduk, disana terdapat anak remaja memakai baju SMA. Buat apa dia bawa anak kecil segala. Ucap Gio dalam hati.

"Hey Yo." Sapa Juna setelah Gio sampai di mejanya. Dan Ia mempersilakan Gio untuk duduk.

"Lo bawa siapa Jun?" Lirik Gio pada gadis itu yang sedang memakan es krim bahkan bibirnya bisa dibilang blepotan.

"Oh dia? Ini adik gue Yo."

"Adik? Ko gue ga tau ya lo punya adik. Padahal kita temenan dari SMP sampe sekarang Jun." Gio tidak percaya dengan pengakuan Juna.

"Ya selama ini, adik gue tinggal sama Oma di Bandung semejak orang tua meninggal waktu gue kelas 2 sebelum gue kenal sama lo. Dia pulang kalo libur sekolah aja. Jadi wajar kalo lo ga pernah ketemu bahkan kenal sama dia." Jelas Juna.

"Tapi kok lo baru bilang sekarang sama gue. Wah parah lo." Ucap Gio tak percaya bahwa sahabatnya menyembunyikan hal sebesar ini. Sambil melihat gadis itu, dia bahkan tidak merasa terganggu dengan perbincangan gue sama Juna, dan masih sibuk dengan es krimnya.

"Ya bukan salah gue, lo juga ga pernah nanya sama gue." Iya juga sih.

"Oke gue juga yang salah, trus lo nyuruh gue kesini buat bantuin lo apa?" Gio baru ingat dengan tujuan ia disini.

"Gini Yo, Gue dalam beberapa minggu ada urusan kerjaan di luar negeri. Dan gue ga bisa kesana dengan tenang dong, sementara adik gue disini sendirian." Gio menyimak dengan seksama.

"Terus apa hubungannya sama gue?" Gio meminta Juna untuk to the point, karena sekarang ia merasa ada yang tidak beres dengan apa yang akan diminta oleh sahabatnya itu.

"Gue mau titip adik gue sama lo, biar gue bisa pergi dengan tenang."

"Wah parah lo, lo tau sendirikan selama ini gue itu selalu hidup sendiri." Dugaan Gio benar, sahabatnya ini mungkin sudah hilang akal.

"Ya gue tau, karena lo hidup sendiri mungkin menurut gue ga akan terlalu ngerepotin orang. Lagian disini cuma lo yang gue percaya Jun. Lo tau sendirikan gue ga punya siapa-siapa disini." Kalo gini caranya Gio tidak bisa menolak, karena ia tahu jelas saudara Juna tidak tinggal Jakarta.

"Oke kalau gitu, gue bakal bantu lo. Emang lo berapa minggu disana?"

"Paling lama 4 minggulah."

"Itu bukan minggu namanya kampret, udah aja lo bilang 1 bulan sekalian." Ini salah satu yang membuat Gio suka gedek sendiri sama Juna.

"Hehehe gue takut lo serangan jantung Yo." Juna hanya bisa menampilakan deretan giginya karena iya tau itu bisa mencairkan suasana.

"Kapan lo berangkat?"

"Besok." Besok?

"Apa!? Ko ngedadak sih Jun." Gio dibuat syok dengan perkataan Juna tadi, berarti adiknya Juna bakal pidah ke rumahnya sekarang. Gila.

"Engga ngedadak sih, cuma gue mau ngehubungin lo kemarin-kemarin ga keburu karena ngurusin buat urusan disana."

"Dan setelah ini juga, gue harus balik ke kantor lagi. Buat meriksa berkas-berkas takut ada yang kelupaan." Lanjut Juna.

"Jadi adik lo kapan pindah ke rumah gue?" Tanya Gio memastikan.

"Sekarang, kopernya udah gue beresin ada di bagasi mobil gue." Benarkan dugaan Gio. Bahkan Juna sudah mempersiapkan segalanya dengan baik.

"Kayanya gue harus balik sekarang." Kata Juna.

"Yaudah sekalian kalo gitu, gue juga mau balik sekarang." Jawab Gio.

Sesampainya mereka di bassment, Juna memberikan koper adiknya itu pada Gio. Dan ia pergi meninggalkan Gio dan gadis itu. Gio heran gadis itu tetap diam, bahkan disaat kakaknya pergi meninggalkannya. Apa jangan-jangan dia bisu ya. Gio berjalan kearah mobilnya terparkir, tadi ia berangkat sendiri kesini. Jadi sekarang ia yang menyetir. Disaat ia sudah menyimpan koper itu dalam bagasi, ia langsung memasuki jok pengemudi. Dan beberapa saat kemudian suara pintu ditutup dari belakang terdengar.

"Anda pikir saya supir? Duduk didepan." Gio dibuat jengkel dengan sifat gadis ini. Dia pikir Gio itu supir apa.

Wah ini cewek, budek juga kali ya. Cantik-cantik udah bisu budeg lagi. Sangat disayangkan.

"Pindah ga? Kalo ga anda akan tau akibatnya." Ancem Gio.

Tapi yang Gio dapat, gadis itu malah memainkan Hpnya. Dan mengabaikan ucapan Gio.

Argh.. Juna lo bawa Musibah dalam hidup gue.

#KICAUANAUTHOR

Gue nyoba-nyoba gendre ini, dan semoga kalian suka ya.

Jangan lupa vote sama commentnya ya ;)

Your Sister is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang