Cobaan tiada tara

7.9K 420 28
                                    

"Kamu udah siapkan sayang?" Tanya Teresha melihat Gio yang masih berdiri di depan cermin.

"Huuh.." Gio mengeluarkan napasnya dengan gugup, ia tidak menyangka hari ini akan datang secepat ini.

"Ahh cemen gitu aja gugupnya kebangetan, perasaan ngadepin klan yang bermasalah ga gini-gini amat." Teresha yang sebagai ibunya bukannya menenangkan anaknya malah memperkeruh suasana hati Gio saat ini.

"Ck, bedalah Bu. Kalo ngadepin masalah sama klain itu pake otak ga perlu libatin hati kaya gini." Gio sangat kesal pada ibunya, dia pikir ngelamar anak orang ga perlu gugup apa.

"Iya-iya tahulah yang bentar lagi mau ngelepas masa lajangnya siapa yang ga gugup ya Yo, tar kamu ga bisa bebas lagi." Bebas? Ibunya kira kehidupan Gio selama ini seperti apa, sampai dibilang bebas. Diakan anak sholeh juga.

"Udah ahh, jangan ngaca mulu tar kacanya pecah diliatin kamu mulu."

"Emang bisa?" Gio bertanya dengan menaikan satu alisnya.

"Bisalah, tar kalo kamu liatin kaca terus kacanya Ibu lempar sama remot AC jadi pecah deh." Teresha menjawab dengan polosnya sambil berlalu pergi meninggalkan Gio yang membeo ditempat akibat ucapan Ibunya.

"YO GA JADI YA LAMARANNYA!"

Gio yang mendengar terikan yang berasal dari Teresha yang ternyata sudah dibawah, membuat ia kembali tersadar.

"Ga jadi apa..." Gio masih belum konek dengan ucapan Ibunya tadi.

Dan seketika matanya membulat menyadari ucapan sang Ibu, ia bergegas turun kebawah menghampiri Ibunya yang sedang berdiri di luar bersama sang Ayah.

"Kok ga jadi Bu, gimana bisa? Kai ga mungkin batalin inikan? Gio buat salah ya?" Gio menatap Teresha meminta penjelasan.

Terseha memutarkan matanya mendengar ucapan anak semata wayangnya itu sedangkan Sebastian selaku Ayahnya hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat kelakuan istrinya.

"Iya, kamu buat kesalahan. Dan kesalahan kamu adalah kebanyakan bengong, kebanyakan ngaca, kebanyakan gugup. Jadi cowok kok lama amat dandannya kaya anak cewek aja."

"Yaelah gitu doang juga, mana mungkin batal kalo gitu ceritanya."

Teresha dengan cepat mencubit pinggang anaknya membuat Gio memekik sakit, "Ya bisalah, kalo kelamaan bisa jadi batal karena keluarga Kaila kecewa liat kita yang datengnya telat."

"Udah-udah, kalo kalian debat terus. Acara ini bisa beneran batal, kita berangkat aja." Sebastian menengahi perdebatan Terseha dan Gio karena ia tahu jika Teresha sudah kesal maka omelannya tidak akan beres dengan cepat.

Akhirnya Teresha dan Gio mengikuti Sebastian masuk ke dalam mobil dengan Temi yang sedari tadi menunggu majikannya dikursi kemudi.

***

Akhirnya mereka sampai dirumah calon besan, siapa lagi kalo bukan rumah Kai. Saat turun dari mobil Gio menghembuskan napasnya lagi guna mengurangi gugup yang melandanya. Gio merasakan seseorang menepuk bahunya, membuat ia dengan cepat menoleh ke samping kanannya.

Terlihatlah senyuman sang Ayah, "Ayah tahu kamu pasti gugup sekarang, tapi setelah semuanya selesai kamu akan merasa lega karena perjalananmu akan mencapai garis finish dan membuahkan hasil tentunya." Gio tersenyum pada Ayahnya, karena ucapan Sebastian memanglah sangat benar dan dengan itu ia akan bertahan sampai acaranya ini selesai.

Mereka berdua akhirnya masuk menyusul Teresha yang sudah masuk terlebih dahulu, lagi-lagi Ibunya berulah. Bagaimana bisa ia masuk meninggalkan anaknya yang sebenarnya tokoh utama dalam lamaran ini? Ini yang ngebet lamaran siapa sih, perasaan dari tadi Ibu gue yang ribet deh. Batin Gio.

Your Sister is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang