Nginep?

16.8K 702 10
                                    

Setelah di kamar, Kai mencoba menetralkan detak jatungnya yang entah sejak kapan menderu itu. Setelah normal ia melihat siapa yang melepon tadi. Dan nama yang tertera di Hpnya kini membuat ia mematung beberapa saat.

Om Yasa?

Kok perasaan gue ga enak ya, sampe-sampe Om Yasa yang biasanya cuek sama gue sampe nelpon segala. Mending gue telepon balik.

~tuuutt...tuuutt...

Ayolah Om angkat. Batin Kai.

"Kamu kemana aja, tadi di telpon ga di jawab." Itulah yang Kai dengar pertama kali, bukannya ucapan salam tapi umpatan yang dia terima.

"Anu, Om tadi Kai lagi di kamar mandi jadi ga tau ada telepon." Akhirnya Kai memilih berbohong, karena kalo ia jujur entah apa yang akan terjadi nanti.

"Emang ada apa Om sampe nelpon Kai?" Lanjut Kai kembali pada apa yang membuatnya cemas.

"Oma kamu sakit, dia pengen ketemu cucu tersayangnya." Mulai deh seksi ledek, emang salah ya kalo gue jadi cucu tersayang Oma?

"Sakit? Dari kapan Om? Parah ga? Kok Oma ga kasih tau Kai ya Om?" Ini juga salah satu sifat Kai kalo udah cemas, nanya ga ada remnya.

"Kalo nanya satu-satu, Oma sakit dari 2 hari yang lalu gula darahnya naik." Terdengar nada tidak suka, karena pertanyaan Kai yang beruntun tadi.

"Kalo gitu Kai besok ke Bandung buat jenguk Oma. Tolong bilangin sama Oma ya Om." Setelah dipikir-pikir Kai memutuskan untuk menjenguk Omanya karena jujur ia sangat khawatir. Karena orang tuanya sekarang hanya tinggal Oma, setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat.

"Yaudah Om masih ada urusan, Om tutup."

"Iy..." Ucapan Kai terpotong karena bunyi sambungan telepon terputus.

Tak ingin membuang waktu akhirnya Kai berkemas untuk pergi besok ke Bandung. Untung besok hari libur belum lagi ditambah hari minggu, jadi ia bisa lebih lama tinggal di Bandung. Tapi tunggu? Gue ke Bandung di anter siapa? Gio? Mana mau dia anter gue ke Bandung. Mau naik kendaraan umum gue takut salah pilih kendaraannya yang mana aja. Dan kini Kai hanya bisa melamun, memikirkan nasibnya besok. Sampai ia tak sadar Sergio sudah ada di dalam Kamarnya.

"Pasti ga nyaut, ni anak lagi bengong gitu." Gerutu Gio melihat Kai yang dia mematung, tapi Gio menatap sesuatu yang janggal di depan Kai. Koper? Buat apa? Apa jangan-jangan dia mau minggat dari sini gara-gara insiden pulang tadi. Kalo gini ceritanya bisa di gorok gue sama Juna.

"Kai lo ga ada niat kaburkan? Jangan kemana-kemana ya, tar kalo abang lo nanya ke gue adeknya kemana gue jawab apa coba." Ucap Gio gusar sambil mendekati dan duduk di sampingnya.

Ucapan Gio tadi membangunkan Kai dari lamunannya. Dan ia kaget melihat Gio sudah duduk di sampingnya.

"Lo?? Ngapain disini, ga sopan nyelonong masuk kamar orang. Apalagi ini kamar cewek. Wah jangan-jangan lo selama ini sering masuk kamar gue ya?" Tuduh Kai pada Gio, karena sejujurnya ia takut kalo benar itu terjadi. Tar kalo adek diapain gimana? Adekan masih polos bang. Kai membatin dengan menatap Gio horror.

"Enak aja lo maen nuduh, kuping lo aja yang budek kali. Gue panggil-panggil dari tadi ga nyaut. Yaudah gue masuk aja, karena gue takut lo kenapa-kenapa di dalem." Gio berkata dengan amat jujur, karena sedari tadi ia memanggil Kai, ia tidak mendapat jawaban. Jadi ia takut terjadi sesuatu didalam karena itu ia nekad masuk.

Kai diam lagi, tapi diamnya kali ini bukan dengan pikiran yang kosong tapi dengan pikiran Apa Gio ngomong jujur ya, atau jangan-jangan itu cuma alesan aja?

Your Sister is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang