Jujur

11K 587 13
                                    

Gio keluar mobil, ia berniat menyusul Kai dan mengatakan bahwa yang diucapnya tadi adalah salah. Ia melihat Kai yang berjalan ditangga, ia berniat memanggilnya tapi tidak jadi karena ayahnya menyuruhnya ikut ke Rumah Sakit.

Sedangkan Kai, ia berjalan menuju ke kamarnya. Tatapannya kosong dan ucapan Gio tadi selalu teringang di kepalanya. Ia muak, mendengar itu semua. Kai berlari mempercepat langkahnya, sesampainya di kamar ia mengunci pintu dan merebahkan badannya di kasur. Ia menangis dalam diam.

Perasaan apa ini Tuhan, mengapa sesakit ini.

Kai menangis, sesekali ia melihat ke arah pintu. Lihat, bahkan ia tidak mengejarnya dan mencoba menjelaskan maksudnya tadi. Ahh, Kai mengapa kau terlalu berharap. Kai merutuki dirinya yang menunggu Gio menjelaskan maksudnya dan mencoba memperbaiki semuanya.

~Dret...Dret..~

Suara getaran itu bersamaan dengan ringtons Hpnya menandakan ada panggilan masuk. Kai melihat siapa yang meneleponnya. Setelah mengetahui siapa itu, ia duduk sambil menegakan badannya dan mengecek suaranya agar tidak terlihat sudah menangis.

"Lama banget lo." Terdengar kekesalan di nadanya.

"Maaf." Ucap Kai lesu.

"Apa lo baru saja nangis Kai?" Lihat bahkan hanya dengan satu kata, dia bisa menebak Kai baru saja menangis. Dia adalah kakak paling istimewa untuk Kai.

"Tidak, kata siapa." Elak Kai.

"Lo ga bisa bohong sama gue Kai, gue ini abang lo. Siapa yang buat lo nangis?" Terdengar nada cemas dari suara Juna.

"Tidak ada." Inilah Kai ia akan berkata singkat jika ia sedang sedih.

"Ahh, apa ini karena Gio?" Juna coba menebak.

"....." Kai diam tidak membalas ucapan Juna.

"Berarti benar dia, kurang ajar tu orang bukannya jagain adek gue malah bikin adek gue nangis." Kai tidak ingin melibatkan Juna dalam masalahnya ini.

"Bukan." Juna terdiam sebentar, lalu berkata.

"Terus siapa?" Tanya dia.

"Lo."

"Lah kok gue sih Kai." Juna merasa ia tidak berbuat salah sedikitpun pada Kai.

"Iya lo, kenapa lo baru ngabarin gue sekarang. Lo lupa kalo lo punya adik hah." Juna yang malang, ia harus mendapat amukan Kai untuk memuaskan rasa sakitnya.

"Ya maaf dek, abang'kan kemaren-kemaren sibuk. Ini juga lagi ada waktu luang dan entah kenapa Abang pengen nelpon lo." Lo emang selalu ada buat gue bang. Batin Kai.

"Ya itu karena gue kangen, jadi gue ngirim telepati biar lo telepon gue." Canda Kai.

"Mungkin juga."

"Gue denger dari Gio, lo sama dia sekarang tinggal di rumah tante Teresha ya?" Sebenarnya Juna selalu menanyai kabar Kai melalui Gio.

"Iya, tapi tante sekarang lagi dirawat di Rumah Sakit."

"Abang juga denger itu, semoga semuanya bisa membaik." Membaik

"Gue juga berharap begitu."

"Yaudah dek, abang tutup dulu. Abang masih harus lanjut kerja."

"Iya, selamat bekerja abang kusayang." Kai tersenyum mendengar kekehan disebelah sana, dan selanjutnya terdengar bunyi sambungan terputus.

Setidaknya telepon dari Juna mampu membuat Kai merasa lebih baik. Kai mengganti bajunya, ia lupa bahwa ia masih memakai seragam. Setelah itu, ia turun ke bawah karena panggilan dari sang cacing meminta diisi.

Your Sister is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang