LAUT

111 5 0
                                    

Dering ponsel milik Kayla menggema di dalam mobil. Siang itu ia meminta Indri untuk mengantarnya menemui Dika selepas sekolah. Kayla langsung membuka dan membaca pesan yang membuatnya tersenyum riang.

Dika ^_^ :Udah sampai mana?Aku udah di sini, cepetan ya cantik.

Tanpa menghilangkan senyum di bibir, Kayla memainkan jempol tangannya, membalas SMS dari Dika. Indri yang sedang mengemudikan laju mobil melirik sahabatnya, ia menggelengkan kepala melihat tingkah Kayla yang masih tersenyum meskipun ponsel yang tadi ia genggam sudah tergeletak di atas dashboard.
“Dika?”
Kayla mengangguk, “Dia udah nungguin aku, cepetin dong laju mobilnya,”
“Enak aja, nggak mau. Emang aku supirmu,” Indri menggerutu, membuat Kayla nyengir.
“Deeeh, gitu aja ngambek. Kan tadi udah aku beliin siomay,”
“Perhitungan,”
“Kamu tuh yang perhitungan, suruh nganterin aku aja pakai dibeliin siomay dulu,”
“Kan aku nggak minta, kamu yang nawarin sendiri, kan?”
“Kamu langsung mau kok,”
“Iya lah, gratis,”
Indri tertawa terbahak, disusul Kayla yang ikut tertawa.
Mobil itu terus melaju, membawa keduanya menuju tempat Dika berada. Kayla yang sudah tidak sabar tersenyum terus menerus sepanjang jalan, Indri hanya mampu menggelengkan kepala.
“Tapi ngomong-ngomong, kenapa kalian harus ketemuan di luar? Nggak  di rumah aja,”
Kayla menghilangkan senyumnya saat mendengar pertanyaan Indri. Ia menghela napas. Wajahnya berubah lemas.
“Kamu inget ceritaku waktu itu? Yang aku bilang Kak Diego sama Dika lagi ada masalah, kayaknya masalah itu belum selesai deh. Dan kata Dika, nggak enak kalo kita ketemuan di rumah terus Kak Diego liat,”
“Kan Dika bisa jemput kamu di sekolah?”
“Katanya takut Kak Diego juga pas jemput aku. Intinya mereka berdua kayak jadi musuh sekarang. Sama-sama nggak mau ketemu,”
“Kamu udah coba tanyain ke mereka berdua?”
Gadis itu mengangguk. “Tapi nggak ada yang mau ngejelasin, Dika malah marah pas aku nanya. Jadi ya udah, nggak mau nanya-nanya lagi. Aku nggak mau Dika benci sama aku,” Kayla meraih ponsel dan memasukkan ke dalam tas.
Perlahan Indri menepikan mobilnya di depan sebuah sedan hitam yang terparkir di pinggir jalan. Dika nampak berdiri di samping pintu, dia tersenyum menyambut Kayla. Indri berlalu tidak lama setelah menerima sapaan Dika.
“Udah lama? Maaf ya, tadi sempet macet,” Kayla memasang sabuk pengaman ke tubuhnya.
“Nggak kok. Santai aja, Sayang,”
Kayla tersenyum, sudah satu minggu sejak mereka pacaran, dan Dika selalu bisa membuatnya merasa menjadi orang yang spesial. Laki-laki itu selalu memberikan perlakuan istimewa, membuat Kayla semakin merasa nyaman di samping kekasihnya.
“Ini mau kemana?” tanya Kayla.
“Kamu udah makan?”
Kayla cepat-cepat menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan Dika.
“Ya udah, kita makan dulu sambil mikir mau kemana,”
“Aku pengin spaghetti.”
“Ya, ayo nyari,” Dika sempat membelai rambut Kayla sebelum menyalakan mesin.
Kayla selalu suka ketika Dika mengusap rambutnya, membuatnya merasa sangat nyaman. Gadis itu menyukai perlakuan lembut yang selalu Dika berikan. Membuat Kayla menikmati masa-masa bahagia dalam hidupnya.
“Gimana kabar sekolah hari ini?” pertanyaan yang rutin ditanyakan oleh Dika setiap mereka bertemu.
“Menyenangkan, hari ini ulangan dan aku bisa mengerjakan semuanya,” jawab Kayla sembari mengerjapkan matanya genit.
“Iya? Wah, pacarku emang pinter pokoknya,”
“Kuliahmu?”
“Hari ini aku nggak ada kuliah. Ada sebenernya, tapi dosennya nggak masuk jadi kuliah ditiadakan,”
“Enak dong di rumah seharian. Nggak main kemana-mana, kan?” Kayla menatap mata Dika curiga.
Dika tersenyum melihat raut wajah Kayla yang penuh selidik, “Nggak lah, di rumah terus. Toh, kalaupun aku mau pergi aku pasti bilang sama kamu,”
Kayla kembali ke posisi duduknya semula, ia merapikan poni melalui cermin. Gadis itu melepaskan kaca mata yang sejak tadi menempel, memasukkan ke dalam kotak tempat kaca mata, kemudian meletakkannya di atas dashboard.
“Bercanda, sayang. Kalaupun nggak bilang juga nggak apa-apa. Aku bukan cewek yang posesif kok,”
“Asal nggak sama cewek lain aja.”
Dika menggenggam tangan Kayla dengan lembut, ia menatap mata bening milik kekasihnya.
“Percayalah, aku tidak akan pernah bisa mencintai wanita lain.” Tuturnya, dengan sorot mata yang tajam.

“Dikaaa, berhenti nggak?” Kayla nampak tersengal-sengal, ia melingkarkan kedua tangannya erat ke leher Dika.
Sementara Dika terus berlari dari tepi pantai ke arah laut sambil membopong Kayla. Tidak peduli walau gadis yang berada di gendongannya terus berteriak dan memohon untuk diturunkan. Saat ombak hanya berjarak beberapa senti dari kakinya, Dika melemparkan tubuh Kayla.
Kayla memejamkan mata. Pasrah saat tubuhnya jatuh dan diterjang air laut, membuatnya bergulung-gulung gelagapan. Dika tertawa terbahak-bahak melihat Kayla yang basah kuyup.
“Dika jahat,”
Sambil terus tertawa karena berhasil mengerjai kekasihnya, ia berjalan menghampiri Kayla, lalu menggenggam jari-jarinya. Membantu untuk bangkit.
“Nyebelin, ih, doyan banget ngerjain aku,”
Dika masih terkekeh, “Habis, udah jauh-jauh ke pantai tapi kamu nggak mau main air, ya udah aku ceburin aja,”
Kayla memonyongkan bibir, membuat Dika gemas dan mencubit kedua pipi Kayla. Gadis itu meringis, pipinya yang putih berubah sedikit merah. Dika menahan tangannya di tempat itu beberapa saat dan membelainya. Kayla memberikan senyuman manis kepada kekasihnya.
“Mau aku gendong lagi?”
“Nggak mau,” Jawab Kayla dengan wajah cemberut, membuat Dika kembali tertawa.
“Bahagia banget sih lihat pacarnya menderita?” lanjutnya seraya membersihkan pasir pantai yang menempel pada pakaiannya.
“Kan bercanda, sayang,”
“Wee,” Kayla menjulurkan lidahnya.
Dika menunggu Kayla yang masih membersihkan pakaian dengan air laut, ia menatap ombak yang bergulung-gulung mendekat. Memainkan pasir menggunakan jari-jari kakinya, sesekali memecah ombak kecil dengan ayunan kaki.
Tiba-tiba sebuah tangan mendorongnya dari belakang, membuat Dika yang tidak siap jatuh terjerembab. Dika gelagapan, tubuhnya bergulung-gulung oleh ombak yang tepat datang. Sementara Kayla nampak berdiri dan tertawa puas di belakangnya.
“Rasain pembalasanku,” ucap Kayla yang masih tertawa.
Ia berlari meninggalkan Dika yang sekarang ikut tertawa. Dika langsung bangkit dan mengejar Kayla, gadis itu terus berlari menghindar. Mereka tertawa bahagia sambil berkejar-kejaran di sepanjang pantai.

KaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang