Valerie dan Nathan tiba di John F. Kennedy Airport setelah menempuh perjalanan melelahkan selama lebih dari 20 jam.
"Tunggu Val..." Nathan menahan lengan Valerie saat mereka tiba di pintu keluar bandara.
"Kaki mu sakit...??" Valerie menatap Nathan dengan raut khawatir. Nathan terlihat bersandar di dinding sambil menggoyang goyangkan sebelah kakinya.
"Tidak..." laki laki itu mencoba tersenyum menahan nyeri di lututnya akibat terlalu lama duduk di dalam kabin pesawat. "Hanya sedikit pegal..."
Sambil menunduk Valerie mengusap lutut Nathan yang terbalut celana panjang bahan berwarna coklat berharap sentuhannya dapat mengurangi rasa sakit di kaki suaminya itu.
"Bagaimana...??"
"Jauh lebih baik..." Nathan menjauhkan tubuhnya dari dinding dan kembali bersiap menyeret koper hitam miliknya dan Valerie.
Sambil bergandengan tangan Valerie dan Nathan berjalan pelan menuju deretan taksi yang ada di depan lobby bandara.
"Apakah jauh perjalanan menuju mansion...??" Tanya Valerie sambil merebahkan kepalanya di pundak Nathan.
"Tidak... " jawab Nathan.
Taksi yang mereka tumpangi akhirnya memasuki sebuah gerbang hitam dengan ukiran rajawali di bagian atasnya. Mata Valerie terbuka sempurna melihat bangunan di depan sana.
Jarak dari gerbang menuju mansion tidak terlalu jauh, hanya sekitar 500meter saja. Mereka melewati sebuah kolam ikan yang berada di tengah tengah taman sebelum taksi berhenti di depan pintu mansion.
"Thankyou sir..."
Nathan membayarkan sejumlah uang pada supir taksi setelah laki laki paruh baya itu membantunya mengeluarkan koper dari bagasi.
Valerie masih berdiri tertegun menatap bagunan di depannya. Mansion ini terlihat sangat mewah di matanya, sebuah pintu kayu berwarna coklat sebagai pintu utamanya di dampingi jendela jendela besar di kanan dan kirinya. Bangunan dua lantai itu berbentuk minimalis namun luasnya membuat Valerie menggeleng gelengkan kepala.
"Selamat siang Tuan Alexander..." seorang wanita setengah baya keluar dari mansion dan menunduk hormat pada Nathan dan Valerie.
"Selamat siang nyonya Emma..." balas Nathan.
Valerie menatap wanita berpakaian putih di depannya...
Dia pasti kepala maid di sini...
Wanita yang mungkin seusia mendiang bundanya itu tersenyum dengan ramah kepadanya.
"Anda pasti nyonya Valerie..." wanita itu kembali membungkuk hormat hingga membuat Valerie merasa kikuk.
"Hm, benar nyonya Emma... saya Valerie..."
"Emma... just call me Emma, mam..."
Valerie tersenyum kaku, "Maaf nyonya, tapi anda lebih tua dari kami dan budaya kami mengajarkan untuk memanggil nyonya atau tuan pada orang yang lebih tua..."
Wajah Emma terlihat kebingungan, dia menatap Nathan dan Valerie bergantian. Melihat Nathan tersenyum, Emma pun ikut menyunggingkan senyumnya.
"Kalau begitu terimakasih nyonya... saya merasa tersanjung..."
Emma berjalan di depan Valerie dan Nathan memasuki mansion megah itu. "Mari saya antar ke kamar anda..." ucapnya.
Sebuah kamar berukuran empat kali lipat dari kamar Nathan di Jakarta membuat Valerie mematung di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGE (sekuel HEY VALERIE)
RomansaSebuah cerita dari Valerie dan Nathan setelah mereka terikat pernikahan. Velerie dan Nathan memulai kehidupan baru mereka di sebuah negara bagian di negeri Paman Sam. Bertemu dengan orang orang baru dan beradaptasi dengan kehidupan sosial yang baru.