Chapter 6

96 17 23
                                    

"Abang!!! Abang bangun!! Abang Arjun! Bang Arjun Nicollas!" teriak Arzi sambil menggedor-gedor pintu kamar abangnya yang berada tepat di sebelah kamarnya.

"Abang bangun!!" Arzi mencoba untuk membuka pintu, "Lah, bisa. Bilang kek dari tadi, tau gini gue nggak usah cape-cape teriak," lanjutnya.

Arzi berjalan mendekati pria yang masih nyaman berada diatas tempat tidurnya sambil memeluk guling kesayangannya.

"Abang!!!!!!!" teriak Arzi tepat di telinga kakak laki-lakinya itu.

"Eee macolot macolot macolot!!" Arjun bangun dan terkejut.

"Eh plis biasa aja dong," ucap Arzi santai.

"Ebuset lo ya! Bisa nggak sih, nggak teriak di telinga gue?" tanya Arjun ketus.

"Ih ya sorry deh, gue kan nggak bermaksud. Abis lo dibangunin pake cara yang lembut kaga bangun-bangun." Arzi merasa bersalah.

"Lo tau nggak sih? Gue baru tidur jam 3, karena semaleman gue ngerjain tugas, jadi plis jangan ganggu gue," pinta Arjun.

"Iih abang, anter gue ke sekolah dulu baru tidur lagi. Lagian nggak boleh tau tidur lagi abis sholat subuh," ucap Arzi sambil duduk di pinggir kasur.

"Aduh Arzi, kenapa lo nggak sama Genta? Gue kan kecapean Zi, masa nggak boleh tidur lagi sih?" tanya Arjun sambil mengusap-usap matanya.

"Bang lo lupa apa? Apa kau amnesia? Apa kau amnesia?" tanya Arzi sambil nyanyi, "Eh malah nyanyi gue."

"Ampun plis ya Zi, gue ngantuk." Arjun kembali menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.

"Abang!! Buruan, ntar gue telat." Arzi menarik-narik baju Arjun.

"Astagfirullah, punya adek atu begini banget dah buset." Arjun duduk kembali.

"Ayo dong plis," ucap Arzi manis.

"Oke, gue mandi sekarang. Lo keluar," pinta Arjun.

"Sip, gue tunggu di bawah ya." Arzi berjalan keluar kamar Arjun, "Kalo lo tidur lagi, gue telepon ayah!"

"Serah lo." Dengan malas Arjun berjalan menuju kamar mandi yang berada dikamarnya.

***

"Gue duluan ya," ucap Arzi sambil menyalimi tangan Arjun dan memeluknya, Arjun pun membalas pelukan adik perempuannya itu.

"Iya, lain kali nggak usah teriak di telinga gue kalo mau bangunin." Arjun melepas pelukannya.

"Hehe, ampun." Arzi keluar dari mobil yang biasa dipakai Arjun kemana pun ia pergi. Mobil berwarna hitam itu pun pergi meninggalkan Arzi yang masih berdiri di pinggir jalan dekat gerbang sekolah sambil melambaikan tangannya.

Arzi berjalan memasuki sekolah, melewati orang-orang yang sedang berbincang atau sekedar duduk-duduk di koridor sekolah. Sampai di kelas, Arzi langsung menaruh tas nya di kursi yang biasa ia tempati.

Ia mengeluarkan handphone dari dalam saku rok seragam sekolahnya. Arzi melihat banyak notifikasi dari Genta, mulai dari Line, WhatsApp, sampai Telepon.  Mungkin dari kemarin Genta berusaha menghubungi Arzi, namun Arzi tidak melihat handphonenya dari semalam.

Ebuset Genta, batin Arzi.

"Zi, lo dicariin Genta noh di depan," ucap Nesa sambil menaruh tasnya di kursi depan meja Arzi.

"Ck!" Arzi berdecak seraya berjalan keluar kelas.

Arzi berdiri di depan Genta yang sedang duduk di kursi depan kelas Arzi, "Nggak malu nyariin badut?" tanya Arzi ketus.

Seriously?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang