Chapter 11

88 13 10
                                    

Pagi ini, seperti biasa, Arjun akan mengantar Arzi ke sekolah. Adik perempuannya itu tidak lagi mogok sekolah. Arzi sadar, untuk apa ia harus berlama-lama dalam kesedihan, itu semua tidak akan memperbaiki keadaan.

Setelah sarapan dan berpamit kepada Damara dan Nawita, Arzi langsung mengajak abang nya untuk mengantar diri nya ke sekolah.

"Bang, ayah sama ibun nanti siang di rumah kan?" tanya Arzi saat mobil yang ia naiki mulai berjalan.

"Iya lah. Mereka kan baru pulang dari tugas nya, masa langsung kerja lagi," jawab Arjun tanpa memalingkan wajah nya dari jalanan.

"Terus, lo ntar siang nggak ada kelas kan?" tanya Arzi lagi.

"Hm, nggak deh kayanya," jawab Arjun yang masih serius dengan jalan di depannya, "Emang kenapa sih?"

"Nggak. Nanti siang itu, gue sama Arkan mau latian dansa di rumah. Kalo nggak ada orang kan nggak enak, ntar disangka mau ngapain lagi." Arzi menjelaskan kepada abangnya.

"Dansa? Tugas?" tanya Arjun sambil melerik perempuan yang berada di sebelahnya itu.

"Iya. Kita ada ujian Seni Budaya gitu. Dan gue dipasanginnya sama Arkan," jawab Arzi.

Arjun hanya menjawab dengan anggukan. Ia kembali fokus pada jalanan.

***

Sampai di sekolah, Arzi langsung berjalan menuju kelas nya.
Dari arah beralawanan, Arzi melihat orang yang digosip kan menyukai dirinya sedang berlari dengan tas masih digenggam nya. Reno masuk ke dalam kelas dengan terburu-buru.

Melihat itu, Arzi menjadi penasaran dan mempercepat langkahnya agar cepat sampai di kelas.

Sampai di kelas, Arzi melihat Arkan sedang menghampiri Reno yang masih mencoba untuk mengatur napasnya. Ya, pagi ini baru Arkan, Reno, dan Arzi yang sudah datang.

"Lo kenapa, Ren?" tanya Arkan sambil berjalan menghampiri Reno.

"Tadi kan gue ke toilet, terus–" Reno berhenti sejenak.

Sementara Arzi, memerhatikan dari tempat duduk nya.

"Terus?" Arkan masih penasaran, mengapa Reno memasuki kelas dengan terburu-buru.

"Terus gue liat banyak semut yang ngumpul gitu. Geli anjir!" Reno bergidik geli.

Arkan mendengus kesal. Ia berpikir ada sesuatu yang membahayakan Reno, ternyata cuma hanya karena ada sekumpulan semut di toilet, lelaki itu langsung lari terbirit-birit.

"Laki woy laki!" Arkan menepak punggung Reno.

"Geli tau!" Reno mengeluarkan handphone dari dalam saku celana seragamnya.

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kelas. Sontak mereka bertiga langsung melihat ke arah pintu kelas.

"Assalamualaikum," ucap Teuku Yafris Ingwara, atau yang lebih akrab dikenal dengan sebutan 'Apris'.

Apris berjalan ke tempat duduk nya, "Kenapa dah pada liatin gue? Ganteng ya? Tau kok," ucapnya sambil menaruh tas ransel miliknya.

"Gantengan gue!" Arkan berjalan mengahmpiri Arzi yang sedari tadi hanya senyum-senyum sendiri.

Arzi tidak protes Arkan duduk di sampingnya, toh itu sudah biasa.

"Tumben lo diem, biasanya nyerocos mulu." Arkan melirik perempuan di sebelahnya itu.

"Nggak apa-apa. Cuma lagi nyoba jadi perempuan yang anggun aja," jawab Arzi sambil menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinganya.

"Arji qi udah masuk? Yeyy! Gue nggak direcokin lagi sama Angger!" ujar Apris sambil berjalan menghampiri Arzi dan Arkan. Ia duduk di kuris depan Arzi.

Seriously?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang