Chapter 7

87 12 7
                                    

"Zi, ayo buruan!" Arkan memgambil tasnya dan berjalan keluar kelas.

"Bentar, ih!" Arzi buru-buru mengambil tasnya dan berlari kecil mengejar Arkan yang telah meninggalkan nya, "Tunggu Arkan!"

"Cepatlah, janganlah lama," ucap Arkan sambil tertawa kecil. Arkan berhenti, menunggu Arzi yang sedang beralari-lari kecil kearah nya.

"Ayo capcus!" tanpa sengaja Arzi langsung menggandeng tangan kanan Arkan dan menariknya untuk mengikuti langkahnya.

Arkan terkejut, Arzi sedang memegang tangannya saat ini, "Zi, lo nggak takut Genta marah?"

Arzi memberhentikan langkahnya, kerena sekarang mereka telah berada di depan mobil milik Arkan, "Kenapa mesti marah? Kan gue yang lagi marah sama dia," ucap Arzi.

"Nih." Arkan memberi isyarat kepada Arzi, ia melirik kearah tangannya yang sedang digenggam wanita yang sekarang berada di hadapannya itu.

Spontan, Arzi langsung melepaskan genggamannya, "Eh sumpah gue nggak sengaja, lagian bodo amat sih ya Genta mau marah apa nggak."

"Masuk mobil dulu, kita ngobrol di dalem aja." Arkan memasuki mobil, begitu juga dengan Arzi.

"Tadi, kenapa lo nggak peduli gitu sama Genta?" tanya Arkan sambil mulai melajukan mobilnya.

"Ya dia duluan yang nyebelin." Arzi mengerucutkan bibirnya, "Jangan bahas dia lagi plis, atau lo bakal bikin rusak mood gue."

"Iyaiya maaf." Pandangan Arkan tetap fokus pada jalanan, "Btw, lo laper nggak? Makan dulu yu."

"Bang makan bang," ucap Arzi sambil tertawa, ia menyatukan kelima jari tangan kanannya di depan muka Arkan.

"Yee, serius Turminah!" kata Arkan asal.

"Boleh deh boleh, gue juga laper nih."

"Okee, siap!" Arkan melajukan mobilnya lebih kencang, agar mereka lebih cepat sampai di restaurant.

Tak butuh waktu lama bagi mereka sampai di restaurant. Arkan langsung memparkirkan mobilnya dengan sempurna. Arzi turun dari mobil, dan berjalan mendahului Arkan masuk ke dalam restaurant.

"Ar, kita mau duduk dimana?" tanya Arzi sambil mencari-cari tempat yang kosong untuk mereka tempati.

"Hmm, penuh juga ya." Arkan memegang-megang dagunya, "Sana aja yuk!" Arkan menarik tangan Arzi agar ia mengikuti langkahnya menuju meja yang kosong.

Arzi tak menolak, ia biarkan laki-laki yang sedang bersamanya ini menggandeng tangannya.

Arkan dan Arzi pun duduk. Mereka memanggil pelayan restaurant itu dan memesan beberapa makanan serta minumannya.

Tak ada satu pun diantara mereka yang memulai pembicaraan.

Hampir 15 menit berlalu.

"Eh Zi," ucap Arkan memecahkan keheningan diantara mereka.

"Apaan?" tanya Arzi.

"Gue mau tanya deh, kenapa sih sebelum-sebelum ini kayanya lo tuh sebel banget gitu sama gue? Kaya nggak suka ngeliat gue."

"Sebenernya sih gue lebih nggak suka sama pacar lo, gue nggak suka aja gitu," jawab Arzi sambil mengikat rambutnya menjadi satu.

"Ya kenapa nggak sukanya?" tanya Arkan. Tiba-tiba makanan yang mereka pesan datang.

Arzi mengambil makanan yang ia pesan, dan langsung menyantapnya.

"Zi, lo belum jawab pertanyaan gue." Arkan meminta jawaban dari Arzi. Ia sangat penasaran, mengapa Arzi kelihatannya sangat membeci Benita, kekasih hatinya.

Seriously?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang