Chapter 10 (b)

88 12 9
                                    

Sampai di mall yang paling dekat dengan rumah, Arjun dan Arzi langsung masuk ke dalamnya. Arjun berjalan di samping Arzi, ia menggandeng tangan kanan adik nya. Hal yang dilakukan Arjun itu membuat orang yang melihatnya berpikir bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih.

Arjun sengaja melakukan hal itu. Ia ingin membuat para jomblo yang melihat mereka berdua iri. Ya walaupun saat ini dirinya juga sedang mencari tambatan hati.

Arzi tak menolak sedikit pun. Ia membiarkan abangnya itu menggandeng tangan mungil miliknya.

Arjun dan Arzi itu sangat dekat. Membuat semua kakak-adik iri pada mereka. Arjun sangat menyayangi adik perempuannya. Begitu juga dengan Arzi, ia sangat menyayangi abangnya. Arjun juga selalu ada untuk Arzi, ia telah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan ada untuk Arzi sampai kapan pun dan bagaimana pun kondisinya.

Karena sangat sayang, Arjun tidak suka dengan orang yang telah menyakiti adiknya. Kalau bukan Arzi yang melarang, mungkin kini Genta akan habis dihajar oleh dirinya. Dari awal Arzi berpacaran dengan Genta, Arjun sudah tidak suka. Entah mengapa, tapi perasaan Arjun mengatakan bahwa Genta itu tidak baik untuk adiknya, namun Genta juga akan selalu ada dihidup Arzi.

Kini mereka berdua berada disalah satu restaurant yang ada di mall tersebut. Sejak tadi, Arzi selalu ribut perutnya sedang ada konser keroncong, jadi ia langsung menarik Arjun masuk ke dalam restaurant.

"Segitu lapernya kah lo?" tanya Arjun saat mereka sudah duduk disalah satu meja dekat pintu keluar restaurant tersebut.

"Iya, gue laper! Dari tadi perut gue ribut mulu nih." Arzi memilih-milih makanan dan minum yang tertera dibuku menu.

"Lo mesen apa? Gue samain aje," ucap Arjun sambil memainkan handphonenya.

"Oke oce." Arzi melambaikan tangannya untuk memanggil pelayan agar mendekat. Ia memesan makanan dan minuman yang ia pilih.

Pelayan restaurant tersebut pun pergi sambil membawa menu dan secarik kertas bertuliskan pesanan yang dipesan Arzi.

Arzi melihat abanganya sedang senyum-senyum sendiri sambil memandangi handphonenya. Ia curiga, sepertinya abang nya itu sedang berbalas pesan dengan wanita yang sedang memenuhi otak dan pikirannya, atau bisa jadi abangnya sedang memandangi foto Isyana dan Raisa.

Eh tapi kalo foto Raisa, abang harusnya sedih. Kan Raisa lebih milih Hamish Daud dari pada abang. Lagian, ya masa Raisa milih abang. Kalo gue jadi Raisa, ya gue juga bakal milih Hamish lah. Dasar fans fanatik Raisa yang sok kegantengan! Udah gitu sok-sokan mau nyaingin Hamish lagi. Plis ya bang, itu nggak mungkin!, batin Arzi.

"Ekhm, sepertinya ada yang lagi punya gebetan baru nih," ucap Arzi meledek.

"Apaan si lo?" Arjun berusaha menutupi rasa malunya.

"Kak Gladis ya? Jadian aja kenapa si bang? Kesian gue liat lo, jomblo mulu." Arzi merapihkan rambutnya.

"Gladis itu kan sahabat gue Zi," jawab Arjun sambil memalingkan wajahnya dari handphone yang ia pegang.

"Terus, lo masih nunggu Kak Jessi? Mau sampe kapan? Lo tuh makin tua abang, emang Kak Jessi masih mau sama lo? Mending Kak Gladis, doi belum punya pacar kan? Udah gitu, ayah sama ibun juga udah sayang sama Kak Gladis, gue juga udah deket sama dia." oceh Arzi. Ia ingin melihat abangnya bahagia lagi. Arzi ingin abang nya itu memiliki kekasih lagi, agar ia tak kesepian.

"Kampret lo. Yang bilang gue masih suka sama Jessi siapa sih, Zi? Lo mah nyerocos mulu kaya emak-emak." Arjun kembali memainkan ibu jarinya di atas handphone.

"Nah, kalo gitu buruan tembak Kak Gladis aja bang!" ucap Arzi bersemangat.

"Kenapa lo yang ngebet sih? Aneh." Arjun memasukan handphone nya ke dalam saku celana.

Seriously?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang