Satu minggu kemudian.
Tidak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Satu minggu kemarin, perempuan bernama asli Arzianika Ananda Putri itu banyak menghabiskan waktu bersama seseorang yang digadang-gadang sebagai fans setianya sejak kelas sepuluh. Entah lah, Arzi merasa senang jika bisa bersama Reno. Namun, tetap saja, sampai saat ini, belum ada tanda-tanda bahwa lelaki itu akan menyatakan perasaannya di hadapan Arzi. Kali ini Arzi sabar menunggu. Rupanya Arzi sedikit berharap Reno akan memintanya untuk menjadi kekasih hati.
Hari ini, Hari Selasa, waktu nya seluruh siswa kelas XI IPA-3 untuk menampilkan tarian masing-masing kelompok. Bu Rashita akan mengambil nilai dari tarian tersebut. Semua orang bersiap-siap, ada yang sedang latihan, sedang berdoa, atau pun sedang berganti kostum. Namun, tidak dengan Angger dan Zein, mereka malah duduk-duduk santai sambil mengganggu teman-teman yang sedang latihan. Sementara Arzi, sedang sibuk meneriaki Arkan agar lelaki itu bisa melakukan gerakan yang benar, sesuai dengan apa yang Arzi ajarkan.
Pada ujian kali ini, Arzi dan Arkan mendapat urutan ke 3 untuk tampil di depan Bu Rashita. Maka dari itu, Arzi terus berlatih bersama lelaki yang menjadi pasangannya itu.
Selang beberapa menit, Nesa datang menghampiri Arzi. "Zi, bentar lagi lo sama Arkan maju. Di dalem Tere sama Apris lagi tampil," ucapnya.
Arzi dan Arkan pun berhenti latihan. Mereka bersiap diri dan berjalan menuju depan kelas. Seluruh siswa kelas XI IPA-3 berada di luar kelas, sementara yang mendapat giliran ujian berada di dalam.
Entah mengapa, hati Arzi mulai berdegup sedikit kencang. Sudah lama ia tidak menari seperti ini. Sementara Arkan, lelaki itu santai saja.
"Eh, kok gue nervous ya?" Sedari tadi Arzi menggerak-gerakkan kakinya, mencoba untuk menghilangkan rasa gugup dalam dirinya.
"Kaya mau audisi apaan aja deh lo. Dari tadi gue yang dimarahin, suruh bener gerakan nya. Kalo sampe nanti tariannya ancur gara-gara lo yang nervous, awas lo!" Arkan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Apaan sih? Nggak lah, nggak mungkin!" ucap Arzi tak mau kalah.
Tere dan Apris keluar ruangan kelas. Keduanya terlihat seperti biasa saja.
Kini giliran Arzi dan Arkan yang memasuki ruangan kelas. Bu Rashita terlihat sedang menunggu mereka berdua sambil duduk di salah satu bangku murid. Hati Arzi semakin berdegup kencang.
"Silahkan, langung dimulai saja ya," ucap Bu Rashita ramah.
Arkan dan Arzi hanya menganggukan kepala. Arkan mengisyaratkan Samuel untuk menyalakan musik yang sudah ia berikan. Ya, Bu Rashita memilih Samuel untuk menjadi asisten nya dalam hal menyalakan musik.
Lagu berjudul I'll Be dari Edwin Mccain mulai terdengar. Arzi dan Arkan segera mengambil posisi dan memulai tarian mereka sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Seiring dengan Arzi dan Arkan yang menampilkan gerakannya, terlihat sesekali Bu Rashita tersenyum. Mungkin, beliau tidak menyangka bahwa seorang Arkan bisa menyeimbangin Arzi yang dari awal sudah terlihat lincah tariannya.
Tubuh Arzi terus menari sesuai dengan alunan lagu. Begitu juga dengan Arkan, susah payah ia berusaha untuk menyeimbangi gerakan Arzi. Sampai akhirnya lagu I'll Be tidak terdengar lagi, Arzi dan Arkan kembali berdiri dengan sempurna di hadapan Bu Rashita.
Guru mata pelajaran Seni Budaya itu bertepuk tangan seorang diri. Ya, karena murid yang lain berada di luar kelas, maka hanya Bu Rashita lah yang melihat tarian Arzi dan Arkan. Terkecuali, murid-murid yang mengintip dari sela-sela gorden.
"Tarian kalian bagus! Siapa yang membuatnya?" tanya Bu Rashita sambil menuliskan nilai untuk mereka berdua.
"Arzi, bu," jawab Arkan dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seriously?
Teen Fiction[On Hold] Cinta pada orang yang salah itu menyakitkan hati ku Sudah terlanjur cinta namun tak bisa bersatu itu pun menyakitkan hati ku Takkan ada yang ingin mengalami semua ini, termasuk diriku Yang tak ingin melepas mu Kau sudah terlanjur berada di...