"Ikhlaslah seperti gula, larut dan memberi rasa manis.Tak tampak tapi dirasakan" hemmm...mampukah seperti itu? mbatin Mbakyu Geudebleh.
"Ikhlas juga ada yang mengibaratkan ke toilet buang bab"
"Apakah setelah bab kita mengingat berapa potong tadi?besar atau kecil?"
Kata orang bijak itulah takaran ikhlas.
Siapa bilang untuk ikhlas tidak perlu belajar?
Bahkan untuk hal kecilpun kita harus banyak belajar.
Misalnya dietnya Mbakyu Geudebleh yang sangat dianjurkan dokter, agar tubuhnya yang geude itu mampu tersangga oleh kakinya yang kecil.
"Kaki Mbakyu ini kecil...artinya kalo versi Jawa tahan kaya....artinya nek dadi wong kaya iso suwi..." komentar seorang Ibu teman ngajinya Mbakyu.
"Aamiinn..."tersipu sipu Mbakyu Geu mendapat pujian itu.
"Yang besar itu bagian perut.Seperti hamil tujuh bulan jalan jalan. Coba disedot lemak...wah pasti ayu tenan Mbakyu Geu...Langsing sing..."lanjut si ibu dari komentar pertamanya.
Tidak jadi tersenyum, tapi dipaksakan tersenyum.
"Ini namanya belajar ikhlas terhadap penghinaan" mbatin Mbakyu Geu.
Mas Amung Sakti Mandraguna ikut bersuara dari kamar, " Resepnya mudah kok.Hanya menggeleng.Pecel lele? menggeleng.Sate? menggeleng.
Mie Mas Min dekat Kampus Ungu? cepat menggeleng.
Ada resep diet cepat juga dengan cara "sudah".
Makan seruit Lampung? "Sudah pernah...terima kasih".
Makan bakso ikan jalan Cinta Kalianda?
"Sudah pernah...terima kasih".
Katanya itu diet yang ampuh.Tetapi bagaimana cara untuk seikhlas gula? larut tak terlihat tapi manis dirasakan. Koneksikan dalam diet?
"Oh my God...very hard (berat sekali)".
" Hosoi ga hoshii desuyoo...dakedo...cotto muzukashi...(Ingin sekali langsing...tapi kok sulit amat ya)".
KAMU SEDANG MEMBACA
Mbakyu Geudebleh
NonfiksiGede.Ayu.Kadang kala ableh (rada oon yang keren). Kisah yang ditulis untuk merekam jejak perjuangan kecil seorang anak bangsa yang selesai S3 di Jepang dengan airmata dan mengabdi di dunia nyata. Celoteh dan cerewetnya banyak hikmah. Aktif di pramuk...