Ramai di media tentang Bapak Presiden Jokowi akan menghentikan perluasan lahan sawit dan lahan tambang.Istilah kerennya moratorium.
Saat terkenalnya istilah moratorium saat pns dihentikan sementara penambahannya.
"Katanya sih lima tahun moratorium untuk pns baru" .
"Sekarang moratorium perluasan lahan sawit dan tambang".
Buat orang kehutanan hal itu membuat banyak orang menambah napasnya dengan hembusan nyaman.
Buat orang "sawit" pagi ini sudah protes habis habisan di radio yang diputar Mas Amung Sakti Mandra Guna di mobil dinasnya.
"Kebakaran dengan total jumlah titik api di lahan sawit hanya 8 persen saja dari total titik api yang ada" sanggah si pembicara di radio RRI Pusat itu.
"Ah...data siapa itu...sak sak e wae ngutip data" sahut Mas Amung.
"Sawit justru menjadi unggulan export pemerintah saat Indonesia terpuruk" komentar lanjutan si suara di radio itu.
"Bahkan titik api paling banyak ada di taman nasional yang justru dikelola oleh pemerintah" sanggahan lagi si suara di radio.
"Wuh...data mana lagi itu sumber asap yang menutup Malaysia dan Singapura..terdekatkah dengan taman nasional?Enak aja tuh si sumber suara ngomong" jengkel Mas Amung.
"Memang harus ngomong juga orang taman nasional terdekat dengan sumber asap ke negara tetangga.Jangan diam saja..." mbatin Mbakyu Geudebleh.
"Napas lega juga buat para pemerhati satwaliar dan tumbuhan seperti aku" mbatin Mbakyu Geudebleh.
Presiden yang satu almamater dengan Mbakyu Geu itu perlahan tapi pasti mulai menegakkan aplikasi keilmuan kehutanannya.
"Jempol buat Pak Presiden...".
KAMU SEDANG MEMBACA
Mbakyu Geudebleh
Kurgu OlmayanGede.Ayu.Kadang kala ableh (rada oon yang keren). Kisah yang ditulis untuk merekam jejak perjuangan kecil seorang anak bangsa yang selesai S3 di Jepang dengan airmata dan mengabdi di dunia nyata. Celoteh dan cerewetnya banyak hikmah. Aktif di pramuk...