Epilog

698 112 19
                                    

Spain berjalan terhuyung di dalam kegelapan yang mulai sedikit menampakkan warna biru muda di langit. Ia sadar dia telah berada di kediaman Austria selama ... dua hari.

"Apa yang aku lakukan?! Bodoh! Bodoh bodoh bodoooooh!" Spain menampar-nampar wajahnya sendiri. Ia semakin mempercepat langkahnya tatkala suara ayam jantan berkokok mulai terdengar dan mentari di ufuk timur mulai menampakkan diri.

"AAAAHHHHH! [NAAAAME]!" jerit Spain mulai berlari menuju rumahnya yang sudah mulai terlihat. Ia juga menjinjing plastik putih.

.
.
.

[D.A.R.L.I.N.G]

.
.
.

Spain mendobrak keras pintu rumahnya, dan berlari segera ke depan pintu hitam yang bertuliskan nama [Name]. Spain terengah-engah dan mengatur terlebih dahulu pernapasannya.

Setelah dirasa cukup oksigen terambil, Spain langsung membuka pintu dan meneriaki dengan keras nama [Name].

"[Naaam—!"

Suara teriakan Spain tercekat tatkala yang duduk di atas ranjang yang di sebelahnya ada Romano adalah seorang wanita sepantaran dengan dirinya, yang amat sangat manis. Wanita itu memakai baju kebesaran dan ... dan Spain tahu betul baju siapa itu. Baju miliknyaaa!

"Si—siapa kauuuu!" jerit panik Spain mulai bersandar di pintu. Tapi sesaat ia menikmati kecantikan paras wanita itu.

Romano tertawa sambil menunjuk-nujuk Spain. Spain semakin bingung, wanita itu hanya tertawa kecil.

"ROMANO! SIAPA YANG KAU BAWA INI?! MASIH KECIL SUDAH BAWA WANITA KE DALAM RUMAAAAHKU, YAAAA!" murka Spain yang tiba-tiba ingin sekali mengambil kapak di gudang persenjataannya.

"Jangan asal kalau ngomong, kurang ajaaar!" Romano bangkit berdiri dan siap meninju Spain.

"Lalu, apa-apaan wanita di sana?!" Spain panik tapi wajahnya merona. "Mana [Name]?!"

Romano terdiam dan saling menukar pandang dengan wanita di sana. Satu ... dua. Romano dan wanita itu tertawa berbarengan.

Spain semakin dibuat bingung.

"Kakak manis di sini adalah [Name]!" Romano merangkul wanita itu.

"E—HEEEHHHHH?!" Wajah Spain semerah tomat. Dia merutuki jangtungnya yang berdebar semakin kencang.

"Bos ... maaf karena telah membuatmu khawatir." [Name] membungkuk hormat, suaranya semakin manis terdengar dan kejutekannya menghilang.

"Ya—ya, tak apa, ahaha." Spain salah tingkah.

Romano mulai turun dan mengajak [Name] untuk memetik tomat. Spain masih terdiam dan malu-malu, namun tak lama. Ia mulai mengukir senyum senang mendapati bahwa gejala panas dan sakit yang dirasakan [Name] merupakan bagian dari fase pertumbuhannya ke arah yang lebih baik. Ia bersyukur, dan tersenyum hangat menatap [Name] yang sudah dewasa itu.

"Kalau aku jatuh cinta padanya, gawat tidak, ya? Ehe," bisik Spain sambil menggaruk tengkuk.

♡T.H.E.  E.N.D.♥

DARLING [Spain] [HETALIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang