Dia

8.7K 212 0
                                    

Kringg...kringg...kringg...

Bunyi alarm membangunkan ku, akupun segera mandi lalu berangkat ke sekolah. Saat aku membuka pintu terlihat Widya sudah berdiri didepan rumahku.

"Hai Gris,berangkat bareng yuk!" Widya berteriak.

"Hai Wid, ya udah yuk kita berangkat" aku tersenyum,rasanya senang mempunyai sahabat seperti Widya.

Tak lama kami sampai disekolah bel masuk berbunyi seperti biasa aku duduk disebelah Widya.

"Selamat pagi anak anak"  bu Irren memasuki kelas.

"Pagi bu"  kami semua berdiri.

"Silahkan duduk anak anak" kami kembali duduk.

"hari ini ibu akan minta kalian mencatat rumus rumus yang akan ibu tulis dipapan tulis"  Bu Irren memulai pelajaran.

Waktu berlalu dengan cepat bel pulang berbunyi.

"Gris,kayanya aku nggak bisa pulang bareng kamu deh" wajah widya terlihat canggung.

"Emang kenapa wid? Kamu marah sama aku ya?" Tanyaku

"Eh enggak kok gris,cuma hari ini aku harus mampir ke toko buku dulu jadi aku nggak bisa pulang bareng kamu."  Widya mengerutkan dahinya.

"Apa perlu aku temenin wid" tanyaku.

"Nggak usah gris,aku nggak mau ngerepotin kamu dan kamu juga kan harus kerja sepulang sekolah"kata widya.

"Ya udah deh kalo gitu,tapi kamu hati hati ya" widya menggangguk sambil tersenyum lalu pergi.

Akhirnya aku pulang sendirian, sesampainya dirumah aku segera ganti baju dan pergi ketoko pak mamat.

"Selamat siang pak" sapa ku,terlihat pak mamat sedang menunggu ku.

"Siang neng grista, ya udah bapak pergi dulu ya neng jaga toko baik baik" seperti biasa saat aku sampai di toko pak mamat lalu pulang.

Hari ini toko sangat ramai banyak ibu ibu yang berbelanja hingga tak terasa siang tlah berganti malam, aku menutup toko dan segera pulang.

Jalanan sangat  sepi hari ini  tidak banyak kendaraan berlalu lalang.

Terlihat dari kejauhan seorang pria membawa sebotol bir dalam keadaan mabuk, tiba tiba dari arah belakanya melaju dengan kecang sebuah mobil berwarna hitam tanpa sengaja mengenai pria itu.

Pria itu jatuh terguling badanya tertelungkup,aku segera berlari melihat keadaanya tubuh pria itu penuh luka goresan dan dia tak sadarkan diri.

Aku membalikan tubunya terlihat wajah yang tak asing,

"Arrens..."

Aku pun mencoba menyadarkanya namun Arrens tak bergerak sedikit pun.

Memapah tubuhnya yang kekar dan membawanya kerumah, aku segera membersihkan luka ditubunya dan berharap ia cepat sadar.

My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang