Putus...

5.6K 155 0
                                    

"Grista... kamu nggak papa kan?" Tanya Widya lalu membantuku berdiri.

"Nggak papa kok Wid, makasih ya" Jawabku sambil membersihkan rok ku yang kotor.

"Sorry ya Gris, aku nggak bisa bantuin kamu saat kamu sedih dan dibully tadi" Kata Widya menundukkan kepalanya.

"Cukup kamu masih mau jadi sahabat aku,itu sudah membantu aku" Kataku dan kini wajah Widya mulai tersenyum.

"Jadi gimana kamu udah mutusin si Yonas itu?" Tanya Widya dengan nada kesal.

"Belum Wid,tapi mungkin nggak lama lagi kok. Udah yuk kita kekelas!" Kataku sambil menggandeng Widya kekelas.

Sesampainya dikelas tak lama Bu Siska memasuki kelas dan memulai pelajaran semua anak perempuan yang ada dikelas melirikku. Mereka saling berbisik entah apa yang mereka pikirkan tentang aku.

"Gris mau kekantin?" Tanya Widya mengagetkanku, tanpa terasa bel istirahat sudah berbunyi.

"Kayanya aku mau dikelas aja Wid" Jawabku.

"Oke kalo gitu aku kekantin dulu ya" Kata Widya yang langsung pergi.

Saat Widya kembali dari kantin bel masuk berbunyi guru selanjutnya pun memasuki kelas dan memulai perlajaran.

"Oke anak - anak saya kira hari ini cukup kalian boleh pulang" Kata Pak Jaka.

"Terima kasih Pak" Kata kami semua serentak, Pak Jaka pun meninggalkan kelas.

"Pulang yuk Gris" Kata Widya.

"Ayo" Kata ku. Kami keluar dari ruang kelas.

"Eh lo dipanggil Kak Yonas ke lapangan basket" Kata teman Kak Frisca dan langsung pergi.

"Gris..." Kata Widya menahanku.

"Tenang Wid nggak papa kok" Kata ku, aku dan Widya pergi kelapangan basket.

"Sayang..." Teriak Kak Yonas dari tengah lapangan.

Aku menghampiri Kak Yonas semua orang melihat kearahku.

"Sayang aku mau ngomong sesuatu sama kamu..." Kata Kak Yonas yang sudah berada didepanku.

"Tunggu Kak boleh aku ngomong duluan?" Kata Ku menyela perkataan Kak Yonas

*PLAK*
Tanganku dengan refleks menampar pipi kanan Kak Yonas dengan keras, wajah Kak Yonas terlihat bingung dan semua yang melihat kejadian itu wajahnya mulai tegang.

"Kenapa kamu nampar aku?" Tanya Kak Yonas.

"Aku sudah tau semuanya Kak,Kakak nggak usah bersandiwara lagi"

" Aku nggak nyangka kakak setega itu sama aku. Kakak yang mengenalkan aku dengan cinta kakak yang selalu membuatku tersenyum bahagia  nyatanya apa?"

"Kakak cuma manfaatin aku,demi uang mempermainkan aku... apa salah ku kak? Kenapa kakak serendah itu?" Kepalaku mulai tertunduk dan air matakku terus menetes.

"Oh jadi lo sekarang udah tau semuanya? Harusnya lo nyadar dong LO TU CUMA CEWEK CUPU mana mungkin gue serius suka sama lo?" Teriak Kak Yonas.

"Aku kira Kak Yonas tulus sayang sama Grista tapi ternyata Kak Yonas itu tidak lebih dari cowok BRENGSEK yang BERHATI BUSUK" Kata Widya yang langsung mengajakku pulang.

"Terserah lo mau ngomong apa gue nggak peduli! Hahahah" Teriak Kak Yonas dengan bangga.

Sepanjang jalan pulang aku hanya bisa menangis,Widya mengantarku dan mencoba menenangkanku.

"Udah lah Gris, please jangan nangis lagi! Harusnya kamu seneng karna sekarang kamu terlepas dari cowok brengsek itu" Kata Widya.

"Iya Wid kamu bener harusnya aku nggak perlu nangisin cowok kaya dia" Jawabku sambil menghapus air mata dipipiku.

"Nah gitu dong Gris... sekarang kamu senyum" Kata Widya dengan senyuman.

"Makasih Wid udah ngehibur aku,kamu juga udah  nganterin aku pulang. Apa kamu mau pulang sekarang?" Tanyaku.

"Em... belum Gris aku masih mau main disini hari ini nggak sibuk kok" Jawab Widya.

"Kamu nggak maksain diri kan? Aku udah nggak papa kok" Kataku.

"Enggak kok Gris aku cuma mau main kok hehehe" Jawab Widya.

TOK... TOK...TOK...

"siapa...?" Tanyaku dari dalam rumah.

"Ini gue... gue mau lo keluar" Terdengar suara Kak Arrens, aku dan Widya segera keluar.

*BRUK*

Terlihat Ada Kak Arrens bersama Gengnya dan Kak Yonas wajahnya tertunduk sambil berlutut didepan pintu.

"Kak Arrens...? Ada apa ini Kak?" Tanyaku bingung, Wajah Kak Yonas terlihat lebam.

"Ma...maafin gue Gris. Gue ngelakui ini semua karena disuruh" Kata Kak Yonas dengan gugup.

*PLAK*

"Siapa yang nyuruh lo?" Kata Kak Arrens.

Tamparan Kak Arrens membuat Kak Yonas semakin tertekan, akupun tidak pernah melihat wajah Kak Arrens yamg semarah itu.

"Cepet ngomong "Bentak Kak Arrens.

"Udah Rens cukup gue yakin dia bakal ngaku" Kata Kak Kai menenangkan Kak Arrens.

"Frisca... Frisca yang nyuruh gue ngelakuin ini. Maafin gue Gris" Kata Kak Yonas.

"Sekarang lo pergi dari sini! Gue nggak mau lagi liat muko lo!" Kata Kak Arrens dengan keras membuat Kak Yonas ketakutan dan lalu pergi.

"Lebih baik kita bicarakan ini di dalam Kak" Kataku, kami semuapun masuk dan duduk diruang tamu.

"Sebentar Kak Aku ambilkan minum" Kataku, segera menuju dapur.

"Tunggu Gris aku ikut" Teriak Widya yang berlari mengikutiku.

"Eh Rens... mungkin Frisca cemburu sama Grista jadi dia ngelakuin ini ke Grista" Terdengar suara Kak David.

"Kayanya lo harus bertindak sebelum Frisca ngelakui hal hal yang lebih gila" Kata Kak Briyan, namun seperti biasanya Kak Arrens hanya diam dengan wajah tanpa ekspresinya.

"Ini Kak silahkan diminum dulu" Kataku, aku dan Widya meletakkan nampan di meja.

"Ya udah Gris aku pamit dulu..." Kata Widya setelah meletakkan nampan.

"Nanti Aja Wid temanin aku dulu" Pintaku Pada Widya.

"Ibu kayaknya nyari in aku deh pamit dulu ya" Kata Widya.

"Eh tunggu Wid, biar gue anterin lo. Nggak baik pulang sendirian" Kata Kak Kris yang langsung berdiri.

"Nggak usah kak aku bisa pulang sendiri kok" Kata Widya,pipinya mulai memerah.

"Nggak repot kok, yuk...! Guys gue duluan ya bye" Kata Kak Kris langsung menggandeng Widya.

"Ya udah Rens kita berdua juga pamit" Kata Kak Kai,David dan Briyan.

My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang