"Hadiah...?"
"Iya hadiah...!" Kata Widya meyakinkanku.
"Hadiah untuk apa?" Tanyaku.
"Hadiah kelulusan atau lebih tepatnya hadiah jadian" Kata Widya menggodaku.
"Apaan sih Wid..." Kataku mengelak.
"Jangan bilang kamu nggak tau kapan pengumuman kelulusanya?" Tanya Widya kepadaku.
"Hehe... aku emang nggak tau Wid" Jawabku tersenyum.
"Pengumuman kelulusanya tuh besok Gris tanggal 4 April" Tegas Widya.
"Besok...?" Tanyaku kaget.
"Iya besok" Kata Widya.
Tanpa sadar Pak Jakapun sudah memasuki kelas dan langsung memulai pelajaran tapi disaat saat belajar aku teringat dengan hadiah apa yang akan aku berikan pada Kak Arrens.
"Saya kira cukup pelajaran hari ini" Kata Pak Jaka mengakhiri jam pelajaranya.
"Gris temenin ke toilet yuk,please!" Kata Widya.
"Ya udah ayo!" Kataku,kamipun pergi ketoilet.
"Wid udah belum" Teriakku sambil mengetuk pintu.
"Iya... ini selesai, yuk balik!" Kata Widya keluar dari toilet dan kembali kekelas.
Saat sampai didepan kelas terlihat Kak Frisca dan teman-temanya sudah ada disana.
"Eh cupu sini lo" Teriak Kak Frisca memanggilku.
"Aa...ada apa Kak " Tanyaku gugup,Widya yang melihat hanya bisa diam.
"Ikut gue sekarang" Kata Kak Frisca menarikku dan membawaku kegudang belakang sekolah.
*BRUK*
Kak Frisca mendorongku hingga terjatuh.
"Lo tu nggak inget kata-kata gue ha? Gue kan udah bilang jauhin Arrens... eh malah lo makin ngelunjak sekarang lo rasain akibatnya" Kata Kak Frisca.
"Aku nggak pernah ngerebut kak Arrens dari kakak, lepasin aku kak" Kataku hanya bisa menangis.
"Banyak omong lo" Kata Kak Frisca mengangkat tanganya padaku.
"FRISCA..." Teriak Kak Arrens menahan tangan Kak Frisca yang akan memukulku.
*PLAK*
Tamparan Kak Arrens mengenai pipi Kak Frisca.
"Gue udah bilang jauhi Grista dia itu Cewek Gue, kalo lo berani nyakitin dia lagi gue abisin lo" Kata Kak Arrens dengan penuh emosi.
Aku tak pernah melihat kak Arrens semarah ini, Kak Arrenspun membantuku berdiri dan membawaku kembali kekelas.
"Permisi bu..." Kataku,terlihat Bu Irrens sudah ada dikelas.
"Maaf bu saya..." Aku mencoba menjelaskan pada Bu Irren.
"Dia mau izin pulang bu" Kata Kak Arrens menyela pembicaraanku.
"Apa Kamu sakit Gris?" Tanya Bu Irren padaku.
"Iya Bu dia sakit,lihat saja dia" Kata Kak Arrens membuatku terdiam.
"Ya sudah Arrens tolong antar dia pulang" Kata Bu Irren mengizinkanku pulang.
Widyapun mengambilkan tasku
"Terima kasih Wid" Kataku yang masih dipapah Kak Arrens.
"Maaf Gris aku nggak bisa bantu kamu" Bisik Widya merasa bersalah.
"Aku nggak papa kok Wid" Jawabku, kamipun berpamitan pada Bu Irren.
Akhirnya Kak Arrens mengantarku pulang dengan motor Kak David,sesampainya didepan rumah dia menggendongku masuk.
"Lo berat amat sih" Kata Kak Arrens menurunkanku di sofa.
"Maaf ya Kak Aku ngerepotin, tapi dari mana Kak tau aku ada di gudang?" Tanyaku penasaran.
"Tadi temen lo yang ngasi tau gue, sebaiknya lo istirahat dulu dan jangan kerja hari ini biar gue yang bilang sama bos lo" Kata Kak Arrens.
"Apa Kak Arrens nggak balik ke sekolah?" Tanyaku.
"Gue bakal temenin lo" Jawab Kak Arrens.
"Aku udah nggak papa kok kak. Au..." Teriakku tiba-tiba kakiku terasa sakit.
"Gue mau keluar dulu" Kata Kak Arrens langsung pergi.
Perutku merasa lapar karena seharian ini aku belum makan apapun,aku mencoba berdiri dan mencari makanan didapur.
"Lo mau kemana" Teriak Kak Arrens yang tiba-tiba sudah ada didepan pintu.
"Aku mau masak kak,pasti kakak laper juga kan?" Tanyaku.
"Nggak perlu,Nih...!" Kata Kak Arrens sambil meletakkan bungkusan diatas meja.
"Makasih ya kak" Kataku langsung membuka bungkusan itu.
"Au..." Teriakku saat tangan ku sulit untuk digerakakan.
Kak Arrens mengambil sendok ditanganku,menyuapiku perlahan dengan sabar setelah itu menggendongku kekamar.
"Istirahatlah" Kata Kak Arrens keluar dari kamar dan menutup pintunya.
Aku tertidur hingga tanpa terasa sekarang sudah tengah malam,terlihat Kak Arrens tidur disofa dengan pulas aku mengambilkannya selimut dan kembali tidur.
"Bangun..." Terdengar suara Kak Arrens.
"Emh..." Aku membuka mataku,terlihat Kak Arrens berada didepanku.
"Ha... Kak Arrens...? Kak Arrens jam segini udah bangun?" Kataku spontan.
"Nih sarapan buat lo" Kata Kak Arrens membawakanku sarapan.
"Tapi kak aku harus siap-siap sekolah" Kataku.
"Lo mau kemana liat jamnya" Kata Kak Arrens melirik kearah jam.
"A... jam 8? Sudah jam 8? Kenapa kakak nggak bangunin aku?" Tanyaku.
"Gue udah buatin surat izin buat lo jadi lo sekarang sarapan aja" Kata Kak Arrens langsung menyuapi mulutku sehingga aku tak bisa berkata apapun.
Entah kenapa aku tak bisa menolak perkataan Kak Arrens,tatapan matanya seperti membiusku dan membuatku tenang.
"Selesai" Kata Kak Arrens tersenyum, baru kali ini aku melihat senyum indah Kak Arrens.
"Kak apa aku boleh bertanya?" Kataku.
"Apa?" Kata Kak Arrens menatapku.
"Apa kakak nggak ada niatan untuk pulang?" Tanyaku.
"Lo nggak suka gue disini?" Kata Kak Arrens menatapku tajam.
"Bu...bu...bukan begitu kak, aku cuma nggak bisa ngeliat kakak kerja kasar seperti ini apalagi kakak sekarang udah lulus dan harus kuliah pasti makin banyak biaya yang kakak butuhkan" Jelasku.
"Mungkin gue nggak bakal kuliah dan lo nggak usah mikirin gue" Tegas Kak Arrens.
"Dan orang tua kakak? Apa kakak nggak kangen mereka? Mereka pasti khawatir sama kakak!" Tanyaku.
"Orang tua...? Ayah... ? Ibu...? Bagi gue mereka semua udah mati !" Bentak Kak Arrens.
"Ka...kak jangan bicara seperti itu bagaimanapun kakak harus tetap bersyukur masih memiliki orang tua" Jawabku tak kuasa menahan air mata.
"Bersyukur...? Untuk apa? Mereka yang hanya perduli pada uang...? Mereka nggak sayang sama gue! Mereka hanya mikirin uang uang dan uang" Teriak Kak Arrens.
*BRAK...*
Kak Arrens membanting pintu dan langsung pergi.