Widya duduk disebelahku,kami mengobrol sambil menunggu Bu Irren datang.
Tiba-tiba Kak Frisca dan gengnya datang menghampiriku,menatapku penuh kebencian.
"Woy lo anak cupu!" Kak Frisca berada di depanku.
"Maaf kak tapi apa salah ku?" Tanyaku bingung.
"Lo nggak usah sok polos deh,berani-beraninya lo lirik-lirik Kak Arrens. Lo taukan Kak Arrens itu milik gue nggak ada yang boleh lirik-lirik dia apalagi lo berani deket-deket sama dia kalo sampe gue liat lo ngelirik lirik Kak Arrens lagi, awas lo ya!" Suara Kak Frisca lantang.
Aku hanya terdiam tak berkata sepatah katapun,lalu Kak Frisca dan gengnya pergi dari kelasku.
"Tuh kan Gris aku kan udah bilang Kak Arrens itu bahaya apalagi si sasaengnya itu" Widya terlihat panik.
"Udah deh Wid mereka itu paling cuma nge gertak doang kok santai aja,liat Bu Irren udah datang" Aku mengalihkan topik pembicaraan.
"Saya kira cukup untuk pelajaran hari ini" tak lama bel pulang berbunyi Bu Irren pun meninggalkan ruang kelas.
"Yuk Wid pulang!" Aku dan Widya segera keluar kelas.
Saat kami akan keluar dari gerbang terlihat Kak Frisca dan gengnya menatapku dengan sinis,aku hanya menunduk diam dan mempercepat langkahku.
"Wid,mau mampir dulu?" Aku sudah berada didepan rumahku.
"Enggak Gris aku mau langsung pulang aja, kamu jugakan harus kerja" Widya melambaikan tanganya dan tersenyum.
Aku segera masuk mengganti pakaian ku dan membuat makan siang. Setelah semua selesai aku bergegas menuju toko Pak Mamat, seperti biasanya Pak Mamat sudah menungguku.
"Eh neng Grista udah dateng,ya udah bapak tinggal dulu ya" Pak Mamat berpamitan lalu pergi.
Entah kenapa hari ini toko tak seramai biasanya,cuma beberapa orang saja yang berbelanja hari ini.
Tanpa sadar waktu berlalu dengan cepat dan sekarang sudah malam aku menutup toko lalu pulang.
Aku membuka pintu,terlihat rumahku sangat gelap.
"Apa mungkin Kak Arrens belum pulang?" Kata ku,Aku segera mandi lalu tidur.
Tok...tok...tok...tok
"Hoam...... siapa sih malam malam begini ketuk pintu" guma ku.
Suara ketukan pintu membangunkanku,aku membuka pintu.
"Kak Arrens" terlihat Kak Arres tergeletak di lantai tidak sadarkan diri, tubuhnya bau rokok dan alkohol.
Aku mencoba mengakatnya dan membawanya kekamar, aku membaringkanya di ranjang melepaskan sepatunya.
Saat aku akan menyelimutinya tiba-tiba tangan Kak Arrens menarik ku dan akupun terjatuh menindihnya.
"woy cepet pindah gue nggak bisa napas" kata Kak Arrens setengah sadar.
"Ma...maaf Kak aku nggak sengaja" teriakku,pipiku memerah aku lanhsung berlari kesofa dan menutupi seluruh tubuhku dengan selimut hingga aku terlelap.