Adu cakap antara guru dan murid masih nampak sengit disekitar ruang pribadi Leo, Kim masih menjunjung tinggi egonya, begitu juga Leo.
Lowie nampak tak peduli dengan kakaknya ataupun guru yang ia banggakan, tapi lain halnya dengan Eleane yang nampak khawatir bila sewaktu-waktu Lowie akan membocorkan rahasia tentang keadaan Zeffa. Eleane sengaja menyembunyikan kenyataan dari Eldris mengenai istrinya yang tidak sengaja membuat keadaan Zeffa memburuk.
"Ada apa dengan mereka?" tanya Regis heran, ia menggenggam tangan Lowie erat. Lowie menoleh pada kekasihnya dengan tatapan sayu.
"Entahlah aku juga tidak perduli" kata Lowie enteng, ia juga sama sekali tidak peduli dengan keputusan Zeffa akan di operasi atau tidak.
"AKU TETAP TIDAK AKAN MENYERAHKAN NYAWA ZEFFA KE TANGANMU" kata Leo dengan nada tinggi, otot-otot lehernya nampak krluar seakan amarahnya sudah diujung tanduk.
"SIALAN... DENGAN KEADAANNYA YANG SEPERTI INI KAU MASIH MENYANGKAL BISA MENGOPERASI PASIEN SENDIRIAN?" kata Kim tak kalah tinggi, "Dasar bodoh, kau pura-pura bisa menangani sendiri padahal kau hanya takut kehilangan dia" kata Kim lirih.
Leo nampak terdiam sejenak, "Ya.. Aku memang takut, untuk itulah aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuh Zeffa" ucap Leo lirih, ia menunduk dan merutuki ucapannya yang bodoh.
"Yang perlu kau lakukan adalah percaya padaku" kata Kim meyakinkan, ia menoleh ke arah Eleane, "Hopper.. Siapkan ruang operasinya sekarang" kata Kim.
Leo membelalakkan matanya kaget, "Apa sekarang?" katanya, tak sempat ia mengungkapkan pendapatnya Kim langsung pergi dari hadapan Leo.
Suasana hening melingkupi ruang operasi, tangan Leo gemetaran dengan berdiri disamping tubuh Zeffa yang terbaring di ruang operasi. 3 keluarga besar nampak memperhatikan operasinya dari atas, lantai atas penuh dengan dokter-dokter kepala yang ingin melihat operasi besar otak dengan persentase keberhasilan hanya sekian persen.
"Regis, aku lapaarrr" kata Lowie merengek pada Regis, nampak Ebri geram mendengar sikap Lowie di belakangnya.
"Ayo" kata Regis seraya menggenggam tangan Lowie erat, ia keluar dari ruangan dengan menggandeng Lowie mesra, "Mau makan apa?" kata Regis.
Lowie nampak berfikir untuk memilih makanan, "Emmnhhh... Aku nggak makan deh.." kata Lowie lirih, Regis menaikkan setengah alisnya heran.
"Kau tadi bilang lapar hmm" ucap Regis lembut, ia melingkarkan lengannya di pinggang Lowie mesra, dengan menyandarkan dagunya ke bahu Lowie.
"Nggak ada keju disini" gumam Lowie lirih, Regis terkekeh geli mendengar perkataan Lowie. Ia mengeratkan pelukannya di pinggang Lowie, mencium lembut leher Lowie.
"Kau suka keju?" kata Regis, "Sepertinya ada minimarket di luar rumah sakit. Tunggu disini" lanjut Regis. Lowie menganggukkan kepala, dengan cepat Regis pergi dari hadapan Lowie.
Tak lama menunggu akhirnya Regis datang dengan membawa kantong berisi makanan. Regis menengadah penglihatannya mencari Lowie, tepat di pojok Lowie duduk dimeja yang menghadap langsung ke taman.
Regis menghampiri Lowie, lalu memeluknya dari belakang. Semua orang nampak memperhatikan Regis dan Lowie yang menunjukkan kemesraannya di kantin rumah sakit.
Lowie terkekeh geli merasakan hembusan nafas disekitar telinganya, "Hentikan Regiiis geliii" pekik Lowie kecil dan sedikit berusaha menyingkirkan Regis untuk menjauh darinya, "Mana kejuku?" kata Lowie.
Mereka duduk berhadapan di meja kecil kantin rumah sakit, tawa cekikikan menghiasi wajah mereka yang ceria.
"Regis.. Beberapa minggu lagi turnamennya di mulai" kata Lowie menyinggung pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Star (#Riga 2)
RomanceMasalah cinta kadang tidak bisa diperkirakan, dihitung atau dilogikakan. Masalah terjadi tanpa tau itu kapan, atau dimana dan sejak kapan itu dimulai Dan cinta tidak bisa diukur Ignesya Eloise Luman Rigarelha Jangan membedakan aku dengan mommy, aku...