"Operasimu akan dilakukan 2 jam lagi" kata dokter itu saat memeriksa tubuh Lowie. Lowie menatap datar ke arah dokter itu, senyum kecutnya mengarah ke dokter itu.
"Siapa yang mengoperasiku?" tanya Lowie lirih.
"Kepala rumah sakit, kau beruntung beliau meluangkan waktu untukmu" katanya, Lowie pasrah. Percuma saja berharap Leo yang mengoperasinya, siapapun yang mengoperasinya, tak akan membuat ia kembali normal, katanya dalam hati.
Lowie membaringkan tubuhnya ke samping kiri, ia meringis sambil memegang bahu kanannya, ia kembali menangis untuk sekian kalinya.
"Apa itu pasiannya?" tanya Leo yang melihat dibalik jendela, dalam hati Leo meringis saat menatap gadis itu yang meringkuk dalam tangisnya.
"Ya prof.. Sepertinya dia kembali menangis" kata dokter yang menangani gadis itu.
"Siapa namanya???" tanya Leo penasaran.
"Gina" jawab dokter itu cepat. Beep beep, Leo menjauh dari dokter itu, kemudian langsung menjawab telpon masuk.
Lama dokter itu menunggu, Leo pun menghampirinya, "Aku tak punya waktu lagi, siapkan ruang operasi sekarang juga" kata Leo cepat.
Leo bersiap-siap untuk melakukan operasi, ia harus segera kembali ke Inggris, karna ibunya mengalami syok berat. Hampir 3 hari ibunya mencari keberadaan Lowie, ia bahkan lupa untuk makan ataupun tidur.
Leo masuk ke dalam ruang operasi, ia berdiri disamping tubuh gadis yang tengkulap di depannya, dalam hati Leo sangat familiar dengan gadis yang ada di depannya.
"Ayo kita mulai" kata Leo datar, "Scalpel" pintanya pada asisten. Tangan cekatan Leo mengoperasi gadis itu dengan teliti, sesekali keringat Leo menetes, dengan tanggap asisten disampingnya langsung mengelap keringat Leo.
Tak membutuhkan waktu lama bagi Leo untuk menyelesaikan operasi itu, pasien itu langsung dibawa ke ruang pemulihan. Ruangannya tepat disamping ruang VIP neneknya.
Gadis itu terbangun, nampak dokter menanganinya, gadis melirik ke arah jam dinding didepannya. Nampak gadis itu berpikir keras, mana mungkin operasinya hanya berjalan 45 menit, "Siapa yang mengoperasiku?" tanya gadis itu lirih.
"Professor Elliot" jawab dokter itu datar, gadis itu membelalak kaget. Bagaimana mungkin???
"Apa dia melihat wajahku?" tanya gadis itu hati-hati, dalam hati ia takut.
"Iya" jawab dokter itu, gadis itu membelalak kaget, "Tepatnya belum, kurasa sebentar lagi beliau akan menemuimu" katanya cepat, lalu pergi.
Ceklek, Leo membuka pintu kamar gadis yang baru saja ia operasi. Leo penasaran dengan rupa gadis itu, nampak sangat familiar, seperti telah mengenal dia bertahun-tahun.
Leo berjalan ke arah gadis yang terbaring di tempat tidur, gadis itu nampak takut atas kedatangan Leo. Leo membalikkan tubuh gadis itu untuk terlentang, Leo membelalak kaget melihat gadis itu, "Bagaimana keadaanmu?" tanya Leo dengan senyum sendu. Bukan Lowie, pikirnya.
"Lebih baik" kata gadis itu tersenyum kaku, sepasang mata menatap gadis itu dan Leo.
Lowie menghembuskan nafas panjang berkali-kali, untung saja ia bangun lebih awal dan ia tahu kalau yang mengoperasinya ada Leo. Jadi sebelum Leo memeriksa keadaannya, Lowie telah bersiap untuk kabur.
Lowie berjalan cepat dengan memegang bahu kanannya. Dugh, "Aaaarrrgh" teriak Lowie keras, ia memegang bahunya kuat.
"Lowie" panggil seseorang lirih, Lowie memutar tubuhnya dan menatap orang itu.
"Grandma" ucap lirih Lowie, matanya berkaca-kaca melihat neneknya berada di rumah sakit.
"GRANDMA" teriak Leo dari kejauhan, Rika nampak menoleh ke arah Leo dan Lowie bergantian. Mata Lowie berkaca-kaca menatap neneknya dengan menggeleng pelan. Tak sengaja Rika meneteskan air matanya, Leo semakin mendekat kearah mereka, dengan cepat Lowie pergi dari hadapan neneknya, "Kenapa grandma disini??? Ayo kita masuk ke dalam" kata Leo lembut, ia memegang bahu neneknya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Star (#Riga 2)
RomanceMasalah cinta kadang tidak bisa diperkirakan, dihitung atau dilogikakan. Masalah terjadi tanpa tau itu kapan, atau dimana dan sejak kapan itu dimulai Dan cinta tidak bisa diukur Ignesya Eloise Luman Rigarelha Jangan membedakan aku dengan mommy, aku...