BAGIAN 1

1.7K 17 0
                                    

"Jes, bangun dong. Bu Anita udah datang. Lo gak mau kena hukuman kan?" bisik Silvi di telinga Jesicha.

"Siapa yang berani bawa bodyguard di sekolah ini" sentak Bu Anita dengan keras. Semua siswa di kelas XII IPA 2 semuanya terdiam ketakutan.
"Iissshhhh... Saya yang bawa mereka Bu, mau apa anda sekarang? Menganggu orang tidur saja." jawab Jesicha dengan teriakan keras. Tak takut sedikitpun dengan sang guru yang sekarang nyalinya mulai menciut, yah sipa yang berani dengan anak konglomerat?

Para siswa sudah dapat bernafas dengan tenang, seolah ada beban 100 kg yang ada di kepala mereka karena pelajaran fisika yang baru saja mereka lalui.
tttteeetttt . . tteeeetttt...

Semua segera berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut yang sudah meronta sejak tadi.
"Jes, kekantin yuk. Laper nih." ajak Silvi sambil membereskan alat tulisnya ke dalam tasnya.
"Males gue, nanti pasti monster di depan juga bakal buntutin gue lagi" ucap Jesicha dengan malas.
"Yaudah... Gue ke kantin dulu, nanti gue beliin makanan buat lo. Gue traktir, mumpung abis gajian nih, hehe." balas Silvi sembari lari-lari kecil karena perutnya sudah bernyanyi ria.

°Di kantin°
"Woey cupu, kemana pahlawan lo ha? Berani lo sekarang pergi tanpa pahlawan hidup lo itu?" sentak Lala and the gengs.
"Gu-gue mau balik ke kelas dulu La, Jesi pasti udah nunggu. Permisi" ucap Silvi dengan badan gemetar. Yah, takut lah ya dengan anak kesayangan kepala sekolah.
Tiba-tiba tangan Silvi di tarik dengan kasarnya hingga tubuh mungil Silvi terjatuh di lantai dengan makanan untuk Jesicha yang tumpah kemana-mana.
"Pungut makanan itu, sekarang. Jangan pakai tangan, pakai mulut lo" teriak Lala dengan senyum piciknya. Yang membuat seisi kantin bergidik ngeri, dan memperhatikan kejadian itu dengan raut muka kasihan dan takut.

Silvi mencoba menahan tangisnya yang seakan mau tumpah saat ini juga.

"Lo punya kuping gak sih haa? Lo denger gue ngomong enggak sih? Bukannya lo tu udah biasa pungutin sisa makanan orang di tong sampah ya?" bentak Lala yang membuat Silvi berhasil menangis di tempat itu juga.
"Dapat uang dari mana lo, kalo bukan dari ngemis?" cerca Lala dengan tawa keangkuhannya.

"STOPP !!!"
Semua mata beralih pada sosok wanita berteriak di pintu masuk kantin. Tak lain dengan Lala dan gengs nya.
"Ehh... Minta maaf sekarang juga. Atau muka lo mau gue ludahin?" tanya Jesi dengan muka dingin, dan sorotan mata tajam dengan tangan yang mengepal erat.
"Berani lo ya, gue anak kepala sekolah di sini. Lo bisa di keluarin sekarang juga kalo gue mau" sengit Lala dengan tatapan tak kalah tajam dengan kedua tangan di lipat di depan dada.
"Jangan terlalu bangga, sekolah ini bisa gue beli sekalian mulut lo itu" ucap Jesi lebih dingin dan mendekat kepada Lala yang raut mukanya sedikit berubah takut dengan tatapan Jesi yang seperti macan kelaparan menemukan mangsa. Mengerikan..
"Sil, bangun" lanjut Jesi menatap Silvi lebih dingin dan marah.
"I-iya Jes.." ucap Silvi yang semakin takut karena tangannya di tarik untuk berdiri dengan kasar oleh Jesi.
"Pungut makanan itu, atau muka lo yang gue ludahin untuk pertama kalinya" sengit Jesi kepada Lala dengan tatapan lebih membunuh.

Pandangan mata Lala semakin tak karuan, takut pastinya. Tak akan ada yang berani sedikitpun dengan Jesi, kalo bukan dirinya anak kepala sekolah di sini.
"Ayo pergii..." ucap Lala yang ngacir ketakutan yang di ikuti ke dua temannya.

"Sil, lo apa apaan sih haa? Udah malu-maluin gue tau ngak? Lo tu harus berani dengan siapa pun, jangan takut kalo lo gak salah. Sekarang lo mau minta tolong siapa lagi kalo bukan diri lo sendiri? Orang tua lo udah mati Sil, lo hidup sebatang kara... Lo harus sadar, jangan biarkan orang lain ninjak² diri lo sendiri" bentak Jesi dengan tatapan benci. Samil berjalan keluar meninggalkan Silvi yang masih menangis dan menjadi tontonan para anak² di sana.
"Ma-maaf- maafin gue Jes." lirih Silvi dengan wajah lebih menunduk.

°Kediaman Jesicha°

"Lo udah pulan Jes?" tanya seorang laki² spontan mengagetkan Jesi.
"Kak Andi? Sejak kapan kakak pulang, kenapa kakak gak ngabarin Jesi sih kak?" jawab Jesi yang langsung berhambur ke pelukan kakak tercintanya itu.
"Iqbal mana? Udah pulang sekolah?" lanjut Andi sembari melepaskan pelukan Jesi dan duduk di sofa di ikuti Jesi.
"Gue gak tau kak. Papa gak ikut pulang ke indonesia kak?" tanya Jesi.
"Tidak. Papa ada meeting di Korea, dan papa tidak bisa meninggalkan pekerjaanya di Prancis. Dan kakak di tugaskan papa mengawasi kalian mulai sekarang!" jawab Andi.
Seketika waktu berhenti saat ini juga. Tubuh Jesi seketika mematung dengan mata membuka lebar dan kedua bibir melongo.
"Kan di rumah udah ada mr.Lan dan yang lain jagain Jesi kan kak." ucap Jesi putus asa karena dengan kedatangan kakak bungsunya itu akan menjadi petaka di hidupnya. Yah, karena tidak dapat leluasa bolos sekolah dan seenak jidatnya sendiri.
"Tidak Jes, papa menugaskan kakak jaga kalian. Pergi ke kamar dan ganti baju seragammu" perintah Ando yang langsung di angguki Jesi.

Dengan dongkolnya Jesi meninggalkan Andi dengan menyumpah serapahi Andi dalam hati..

Oh Tuhan . .

Kenapa kau mengimkan kakak yang seperti dia.

Jika ada, aku ingin menukarkannya.

Jesi tiba di kamarnya dan langsung membuka almari besar mengambil tanktop dan celana pendek untuk mengganti seluruh seragamnya.
Baru saja berbalik badan dari depan kaca pintu kamar Jesi lalu terbuka. Iqbal.

"Kak, itu benar makhluk di bawah itu kak Andi?" tanya Iqbal yang dengan muka shock di buat buat.
"Menurut lo.." jawab Jesi dingin.
"Kak, gimana nih? Iqbal kan tiap hari harus naik angkot biar bisa ketemu sama kakak Icha cantik" desis Iqbal sambil duduk di king zise kamar Jesi dengan muka tak enak di pandang.

"Lo apa apaan sih Bal? Jijik tau ngak.. Pergi lo dari kamar gue! Sekolah dulu sana, baru SMP aja udah tau cinta" sengit Jesi yang mulai terganggu, karena baginya itu lebih berat jika sang kakak di Indonesia. Yah, karena ia tak bisa bolos sekolah lagi.
"Bilang aja lo iri sama adek sendiri, awas kalo jadi perawan tua baru rasa lo" bisik Iqbal yang membuat darah Jesi dengan cepatnya mendidih.

"Iqbaaalllll..."
Yang di teriakin sudah ngacir entah kemana, takut di telan hidup oleh Jesi.

Lovely my HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang