Allena

514 7 0
                                    

Satu minggu kemudian, Jesi dan Riyo menjalani hari-harinya dengan kebahagiaan. Riyo sendiri sudah mulai nyaman dekat dengan Jesicha, namun untuk perasaan cinta mereka berdua belum ada yang mengakui.

Di suatu hari, Riyo ada meeting sangat pagi. Mengingat perusahaannya yang di ambang kehancuran, karena perusahaan Land Corp yang membatalkan kerjasamanya dan menarik saham 30% dan sampai saat ini sudah hampir 50%nya.

"Kakak gak sarapan dulu?" tanya Jesi yang sudah berada di depan pintu, melepas kepergian sang suami.

"Tidak jesi, nanti kakak bisa telat. 30 menit lagi meeting sudah harus di mulai, kamu tau sendiri kan? Kalo perjalanan kesini sampai kantor kakak hampir 15-20 menit?" Jelas Riyo, karena istrinya dari tadi memaksanya untuk sarapan.

"Tapi- tapi nanti kalo kakak sakit gimana?" tanya Jesi dengan muka khawatir.

Riyo tersenyum dan mengusap pundak Jesi, "enggak, cuma sekali kan? Gimana kalo nanti sepulang sekolah kamu anterin makanan buat kakak. Hmmm?" bujuk Riyo, akhirnya Jesi mengangguk patuh juga.

Setelah kepergian Riyo, Jesi buru² masuk ke dalam. Memakai sepatu, sarapan roti yang sudah di panggang dan segelas susu strowberynya, lalu memakai tas sekolahnya. Barulah turung mencari taxi.

Hari ini sekolah Jesi hanya jam olahraga, itu rutinitas untuk hari Jumat. Seperti biasa pukul 10 lebih sekolah sudah di bubarkan.

Usai sekolah, Jesi dengan gesitnya menuju dapur memasak nasi goreng susis dan telur dadar di atasnya. Tak lupa membuatkan jus alpukat kesukaan Riyo.

Setelah selesai urusan dapur, Jesi buru² mandi merias diri dengan mekup natural, dan berjalan keluar menuju kantor Riyo.

"Pak, taxi yang tadi udah pergi ya pak?" tanya Jesi pada pak Saman.

"Sudah nona, baru saja pergi. Nona mau pergi? Biar bapak carikan taxi." tawarnya, tanpa ba bi bu ba Jesi mengangguk antusias.

Setelah mendapatkan taxi, Jesi buru² masuk. Nanti malah Riyo keburu makan siang di sana, "pak ke Hading Corp ya pak." suruh Jesi antusias.

Gedung pencakar langit sudah di depan mata, Jesi sampai kagum² sendiri. Lalu dengan langkah entengnya masuk ke dalam, menghampiri meja resepsionis.

"Mau cari siapa dek?" tanyanya ramah.

"Mmmm.. Mau- mau cari"

"Cari pak Riyo, biarkan dia masuk Nova." itu suara Gilang tiba² menghentikan ucapan Jesi yang binggung mau panggil suaminya apa.

"Baik pak Gilang." lalu tatapannya beralih pada Jesi, "ruangan pak Riyo ada di lantai 27, adek bisa tanya lagi pada Bella resepsionis di sana." jelasnya.

Jesi lalu berlari meninggalkan tempatnya, mengabaikan Gilang di belakangnya.

Ting !
Suara lift terbuka, Jesi lalu bergegas menghampiri resepsionis yang di tujukkan tadi.

"Maaf dek, mau nyari siapa di sini?" tanya resepsionis yang ini, menurut Jesi penampilannya sangat fulgar di tambah mekup tebal dan pakaian yang kurang bahan itu.

"Mmmmm, mau car-.."

"Suruh dia keluar Bella, usir dia." laki-laki itu memotong lagi ucapan Jesi, sampai kedua wanita itu terlonjak kaget. Dengan masih gugup Bella menatap Jesi lebih tajam.

"Keluar kamu, pak Riyo tidak bisa di ganggu." ucapnya ketus.

"Tap- tapi, ini makan siang kakak gimana?" tanya Jesi dengan gemetar, 'kenapa Riyonya ini?'

Lovely my HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang