Teman atau Kakak?

1.4K 20 12
                                    

Riyo sampai di depan apartemennya, ia di sambut beberapa pegawai di sana termasuk pak Saman satpam utama yang di percaya Riyo. Memang sih usiannya sudah tak muda lagi, mengingat istri dan anaknya di kampung, maka ia mau² saja kerja di sini sedari Riyo masih kecil.

"Selamat sore den." sapa pak Saman.

"Sore pak, tolong bawa masuk mobil saya pak. Ini kuncinya." pak Saman lalu mengambil kunci mobil majikannya, dan bergegas menuju depan pintu gerbang.

Ting !
Setelah pintu lift terbuka, muncullah Riyo dengan penampilan yang awut²an. Namun terlihat sangat tampan dan keren !

Klekk..
Pintu apartemen telah terbuka lebar, Riyo tercengang melihat Jesi yang tak menyadari kedatangannya. Malah sibuk dengan cemilan di tangannya dan sinetron yang menemaninnya.

"Hekhemm." Riyo berdehem sedikit keras, dan berhasil (!) Jesi lalu terlonjak dari duduknya, memutar kepala ke belakang. Lalu lari ke dapur mencuci tangan yang blepotan saus, baru lah menghampiri Riyo yang masih mematung di tempatnya.

"Ah, kakak udah pulang ya? Ayok kak, sini aku bawain tasnya. Kakak mandi sekalian, aku siapin air panasnya. Terus kakak makan malam dulu, pasti tadi kakak belom makan banyak kan di kantor?" kata Jesi bertubi-tubi sambil menarik Riyo ke dalam kamarnya sendiri.

Jesi menyimpan jas kerja dan tas riyo, melepas sepatu dan masuk ke dalam kamar mandi menyiapkan air hangat untuk sang 'suami'.

"Udah siap kak, kakak mandi. Aku mau masak buat makan malam dulu ya." Jesi menarik tangan Riyo lagi dan mendorong masuk ke dalam kamar mandi, menutup pintu dari luar. Menuju almari king di depan ranjang Riyo menyiapkan pakaian santainya.

Berasa jadi seorang istri beneran bukan? Yah itu dulu yang pernah Silvia katakan di saat menjelang pernikahan.

Jesi berkutik dengan peralatan masak di depannya, hari ini ia akan memasak capcay, roti panggang dan dua gelas jus alpukat kesukaan Riyo.

Setelah urusan masak selesai, barulah ia bergegas mandi dulu. Sedikit merapikan penampilannya, setelah merasa sudah pas ia segera keluar kamar menemui Riyo untuk makan malam.

Namun dugaan Jesi salah, di meja makan masih kosong. Riyo mana? Lalu ia berlari masuk ke dalam kamar Riyo, terlihat sang empunya menatap kosong ke luar jendela kamarnya.

'Riyo kenapa?' kata itu hanya mampu terucap dari hati Jesi saja.

"Kak, makan malam dulu yuk." ajak Jesi.

Riyo lalu berbalik badan, tatapan dingin itu muncul dari wajahnya lagi. "Aku mau kita cerai !"

Dduuaarrr

Dduuuaaarrrrr

Dddduuuaaarrrrr

Jesi tak menyangka orang yang sekarang sangat ia cintai akan mengutarakan hal seperti itu, padahal dirinya sangat berjuang mempertahankan pernikahan ini.

"Kakak ngomong apa sih? Udah ayok, kakak makan dulu terus istirahat. Kayaknya kakak lagi sakit." Jesi mencoba tak menghiraukan perkataan Riyo, walaupun sebenarnya hatinya begitu sangat sakit mendengar kata itu muncul dari bibir yang manis.

"Apa aku terlihat bercanda?" jelas Riyo.

"Kak, coba kakak fikirkan bagimana jika kedua orang tua kakak kecewa kak." kata Jesi berusaha setenang mungkin.

"Aku tau, tapi kita bisa cari alasan lain." paksa Riyo.

"Enggak kak, ini pernikahan kak. Bukan mainan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lovely my HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang