Flash Back 1

433 10 0
                                    

°Riyo POV°

Setelah pertemuan malam ini dengan keluarga Jesi dan mendengar tuturan mama, aku sangat pusing. Aku belum ingin menikah di usia ku yang masih muda untuk seorang CEO.

"Apa aku terima pernikahan konyol ini?" ucapku sendiri di depan kaca kamar mandi. Aku lalu membasuh muka dan beranjak ke king zise ku.

LINE

Notifikasi handphone ku berbunyi, aku yang akan memejamkan mata lalu dengan malas membuka pesan.

From: mama😘
Mulai besok kau antar jemput sekolah Jesi, sisa hari ini kau gunakan untuk mengenal calon istrimu.

Aku tak membalas line dari mama, masak iya satu rumah saja harus pakek aplikasi chatingan.

Ttokk . . tokktokk...
Uh, entah siapa pagi² menganggu tidur ku. Aku tak menghiraukan, aku memilih menutup kupingku dengan bantal dan meneruskan tidur ku.

"Riyo, mama bilang apa tadi malem?" tanya mama sangat dingin.

"Apa sih ma?" tanyaku serak.

"Kanu antar Jesi sekolah. Ayo bangun." mama menarik selimut yang ku pakai, dan menarik paksa tubuhku untuk duduk.

"Ayo bangun, dasar anak durh-.."

"Iya ma iyaaa.." jawabku sudah berlari masuk kamar mandi, aku tak mau jika aku di anggap durhaka. Aku benar² tak mau..

Aku telah sampai di depan rumah Jesi, aku hanya menunggu ia keluar rumah. Rasanya aku ingin kembali tidur saja, seorang CEO harus jadi tukang supir anak ingusan ini.

Bbrraakkk . .
Tiba² pintu mobil di banting dengan keras, aku yang ingin melanjutkan tidur ku sangat kaget. Untung saja aku pintar menutupi rasa kejut ku tadi.

"Lo ngapain jemput gue sih?" tanya Jesi dengan ketus.

"Mama yang nyuruh." jawabku dengan fokus ke depan.

"Harusnya lo tu nolak tau gak?" bentak Jesi, aku lalu menginjak rem mendadak. Untung saja ini masih pagi dan sangat sepi.

Aku mencengkram kuat setir mobilku, mengeluarkan nafas kasar dan menatap anak kecil di sampingku dengan tjam.

"Eh, lo inget ya. Gue juga ogah nikah sama anak kecil kayak lo.

Bukan cuma lo yang sudi, bahkan aku sangat sudi menikahi wanita tak jelas asal usulnya,

Lo itu perusak hidup gue, asal lo tau ya gue itu punya wanita yang gue cintai dari dulu, dan itu bukan lo." bentakku di depan telinganya, ku lihat Jesi mulai ketakutan.

"Lo tu nyusahin gue tau gak? Gimana jika suatu saat nanti Allen datang dan tau gue udah nikah haa?

Wanita yang udah lama gue tunggu. Dan lo yang ngrusak semua impian gue." tambahku lebih tajam.

"Maaf." lirihnya, sambil menahan isakan.

"Apa? Maaf . . itu semua gak bakalan berubah walaupun lo bilang maaf ke gue.

Inget ya, gue bakal cukupin kebutuhan lo, sekolah lo, semuanyaa..

Tapi tidak dengan sayang gue ke elo." tambahku lalu memajukan mobilku lebih cepat.

Jesi lalu keluar mobil dan berlari masuk ke dalam sekolah. Aku merasa sedikit puas meluapkan di fikiranku, supaya Jesi tak berharap lebih.

Setibanya di kantor, banyak karyawan yang menyapaku. Ku lihat jam tanganku masih menunjukkan pukul 10 pagi.

Aku lalu bergegas masuk ke dalam ruangan kebanggaanku.

"Maaf pak, hari ini bapak harus menandatangani kontrak dengan perusahaan Disney di meja bapak." kata Bella.

Aku lalu masuk ke dalam dan mulai larut dengan berkas gila di depanku. Tak terasa aku berkutik dengan berkasku selama 2 jam lebih, dan ini sudah masuk jam istirahat.

Aku meninggalkan ruanganku, ingin mengisi perutku yang dari pagi belum ku isi apapun.

Aku berhenti di depan meja resepsionis.
"Kapan Gilang pulang ke Jakarta?" tanyaku pada Bella.

"Maaf pak, tapi sepertinya 2 minggu lagi." jawabnya menggoda.

"Bilang 3 hari lagi harus sampai di sini." suruhku.

"Baik pak." jawabnya dengan senyum genit.

"Bella, ku harap kau besok harus kembali ke desainer mu, baju mu belom jadi kenapa kau sudah pakai sekarang?" sindir ku lalu pergi.

Aku memesan makanan fafotit ku di restaurant terdekat. Aku memainkan ponselku sambil menuggu pesananku datang.

Tiba² aku teringat jika mulai hari ini aku harus menjemput Jesi pulang. Aku segera memakan pesananku segera, dan beranjak pergi ke sekolah Jesi.

Ku lihat Jesi keluar gerbang sekolah setelah 10 menit aku menunggu. Rupanya ia sudah hafal betul dengan mobilku, ia lalu masuk ke dalam begitu saja.

Aku lalu menjalankan mobilku membelah kota Jakarta yang begitu panas.

"Kenapa lo gak nolak di jodohin?" tanya Jesi tiba².

"Tak semudah yang kau bayangkan." jawabku singkat.

"Tapi setidaknya lo tu usaha buat nolak." kekeuh nya.

"Kenapa gak lo aja?" tanyaku.

"Gue gak bakalan bisa nolak papa gue." jawabnya santai.

"Sama." jawabku ketus.

Tak ada pembicaraan apapun setelah ini, hingga mobil ku sampai di depan rumah Jesi.

Ini baru awal rasanya sangat menjengkelkan, gimana ke depannya nanti? Gumamku...

Aku memutar balikkan mobilku menuju kantor setelah menjemput Jesi sekolah.

GAK ADA YANG KOMEN YA GAIS😖 APA KALIAN GAK SUKA CERITANYA?

MAAF BARU UPDATE, ADA UJIAN SEKOLAH..

BERI SARAN YA BUAT CERITAKU INI.

👉 NEXT . .

Lovely my HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang