PROLOG

148 11 0
                                    

"Hai ngga, udah lama nunggu ya? maaf yaa tadi macet soalnya." kata Haza sambil menarik kursi dan mendudukinya.

"Hm. Ngga papa." jawab Lingga tanpa menoleh ke arah Haza. Cuek. pikir Haza.

"Emm tumben kamu ngajakin aku ketemu, ada apa ngga? Nggak biasa-biasanya kamu ngajak aku ketemu. Apa apa?" ucap Haza lagi.

"Ck! Nunggu orangnya dateng aja! Ngga usah banyak tanya!" Lingga menaikkan volume suaranya.

"O..o..okay." Haza hanya bisa menurutinya, karena kekasihnya itu seorang yang moody jadi dia gampang marah.

"Itu dia orangnya dateng." Lingga sambil melangkah menuju pintu masuk dan menyapa wanita yang ada disana dan si wanita itu juga memeluk Lingga sekilas, tetapi pria itu hanya diam tidak membalas pelukannya.

Haza yang melihat itu semua hanya bisa menatap dengan tatapan tidak percayanya. Sepertinya Haza mengenal wanita itu, ya, Haza mengenalnya, dia Sonya, mantan teman terbaiknya yang selama ini sangat menyukai Lingga, kekasihnya.
Lingga membawa Sonya duduk diantara Haza dan dirinya, bahkan memperlakukannya dengan manis, sangat manis.

"I..ini maksudnya apa Ngga? Ke..kenapa ada dia disini? Bisa kamu jelasin?" tanya Haza bertubi-tubi.

"Emm Lingga sayang, kamu belum bilang ke dia kalau kita udah tunangan?" kata Sonya dengan tampang angkuhnya dan tangan yang sengaja dimajukan ke depan wajah Haza, di jari manisnya terlihat cincin yang melingkar disana. Dan cincin itu..
Haza melirik tangan Lingga sekilas, sama, cincin yang digunakan Lingga sama dengan cincin yang digunakan Sonya. Mata Haza menatap mata Lingga seolah mengatakan Apa maksud semua ini?. Lingga yang ditatap seperti itu hanya diam, tak bisa menjelaskan kemudian menunduk.

"Bisa diperjelas Lingga, apa maksud semua ini?" Air matanya sudah memaksa ingin keluar tapi masih ditahan oleh Haza. "Kenapa diam? Kamu tidak bisa menjelaskan? Apa maksudnya ini semua? Kamu masih cinta sama aku kan Ngga? Kamu masih sayang sama aku kan Ngga? Yang dikatakan Sonya itu ngga bener kan Ngga? Bilang sama aku kalo yang dikatakan sama Sonya itu nggak bener, bilang sama aku Ngga, bilang!" Sonya yang melihat itu hanya tersenyum miring dan tidak melakukan gerakan apapun.

Hingga akhirnya, "Gue mau kita PUTUS! Gue udah nggak cinta sama lo gue cuma cinta sama Sonya! Sekarang lo pergi!" Lingga mengucapkan kalimat itu tanpa melihat kearah Haza. Maafin aku Za, iya aku masih sayang sama kamu, aku masih cinta sama kamu, tapi aku ngga bisa mertahanin hubungan kita, maaf Za, maaf. Anggep yang aku katakan barusan itu bohong Za, aku ngga mau kita putus.

"Kamu bohong kan Ngga?" Iya aku bohong Za. Jawab Lingga dalam hati. "Kamu lagi becanda kan Ngga?" Kini air matanya tak bisa ditahan lagi. Buliran buliran air itu terus mengalir, semakin lama semakin deras. Bersamaan dengan datangnya sang kilat yang disusul oleh hujan. "Kenapa kamu diem? Ngga, jawab aku Ngga! Jawab aku!" suaranya terdengar cukup keras tapi masih menyisakan tangis disana. Haza menangis dan terus menangis. Dan.."Oke kalau itu mau kamu, aku bakal terima semuanya, tapi jangan salahin aku kalau aku ngga bisa lupa sama kamu, sama kita, karna cerita kita terlalu indah untuk aku lupain. Maafin aku Ngga, semoga kamu bahagia. Aku pulang dulu." Haza pergi meninggalkan cafe itu, dan melihat wajah Sonya yang menampakkan senyum kemenangannya. Dan Lingga hanya diam tak bereaksi apapun. "Maaf Za." ucap Lingga pelan, sangat pelan.

***
Lagi, aku merasakan luka yan sama, hanya saja ini lebih perih. Bohong jika aku merelakanmu bersamanya, bohong jika aku merelaknmu berbahagia dengan wanita lain. Aku mencintaimu Lingga.

Heart LockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang