Aak Uuk Club

82 8 1
                                    

Kalian gila tapi aku sukaa ^_^

***
"Jadi gimana? Love in first sight lo?" tanya Selena waktu mereka sudah ada di dalam kamar Haza. Sebelum itu, mereka sudah berbincang-bincang dengan orang tua Haza, tetapi tidak dengan Rey. Dia memilih diam dikamarnya.

"Love in firts sight apaan?" Ariana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekalii.

"Cinta pandangan pertama ariari." jawab mereka serentak. "Gitu aja nggak tau lo, sekolah dimana sih lo? Pinter banget dah." tambah Karin sekenanya.

"Ya maap, nggak ngeh gue, maklum lahh, lidah jawa gue." Ariana tak mau kalah.

"Iya aja lah, biar lo seneng." Meghan menimpali. "Terus gimana Za?" tambahnya.

"Gimana apanya?" Haza tidak mengalihkan pandangannya dari iphone-nya.

"Itu, cinta pandangan pertama lo." Adele menjawab dengan sisa-sisa camilan dimulutnya.

"Ooh itu," kini Haza sudah menatap penuh kelima sahabatnya. "Nggak gimana-gimana sih, gue cuma bingung aja."

"Bingung gimana?" tanya Ariana. Haza hanya mengedikkan bahunya.

"Coba deh lo ceritain dari awal. Dari lo diputusin Lingga." titah Selena. Tangannya juga mulai mencomot camilan yang ada dipangkuan Adele.

Haza menceritakan kejadian sore tadi dengan sangat terperinci. Mulai dari dia diputus oleh Lingga sampai dia ketemu dengan Pandu dan diantar sampai depan rumah.

"Gila ya tuh si Sonya, dasar bitch nggak tau malu." dari mata Selena sudah terpancar amarah.

"Iya emang, nggak tau malu dia. Udah tau si Lingga punyanya Haza, masih dimbat juga." Karin nyambung.

"Yaudah si, lagian juga udah nemuin obat lukanya kan?" Adele membuka suara.

"Obat luka? Emang sakit hati ada obatnya? Apa sih obatnya kalau gue boleh tau? Biar gue bisa lupa juga sama Lingga. Ayo dong kasih tau gue." minta Haza dengan wajah bingungnya.

"Yaampun Hazaa, maksud Adele, obat lukanya itu Pandu, bukannya obat kayak kapsul atau tablet. Lo, lama-lama tambah dong-dong deh. Pusing gue. Lo yang cerita, lo juga yang bingung. Dasar." Selena mengomel sambil melempari Haza dengan bantal yang ada di dekapannya.

"Eh tapi kalau didenger dari cerita lo sih Za, kayaknya Pandu cowok yang penyanyang deh." ucap Karin mulai ngelantur.

"Penyayang gimana? Tau darimana lo?" tanya Ariana.

"Ya nggak tau sih, cuma kayaknya iya." tambah Karin.

"Tapi dia itu nggak peka banget sumpah." Haza membuka suaranya, mimik mukanya terlihat jengkel.

"Iya sih, tapi apa salahnya dicoba sih?" bujuk Adele.

"Tapi, gimana gue bisa ketemu dia lagi? Kan gue nggak tau di rumahnya dimana, sekolahnya dimana." jawab Haza.

"Iya sih." Adele menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Bentar-bentar tadi kan lo dipinjemin jaket tuh sama Pandu, kali aja ada barang yang bisa bantu lo buat deketin dia. Ambil gih jaketnya." suara Selena tampak bersemangat.

"Okay bentar gue ambil dulu, kayaknya tadi gue taruh di ember dalem kamar mandi deh." Haza mulai beranjak dan berjalan ke kamar mandi.

"Eh daritadi gue nggak denger suaranya Meghan deh." Ariana mulai memutar tubuhnya menghadap ke badan Meghan yang ternyata sudah tidur sangat pulas. "Etdah nih bocah, udah tidur aja, dasar kebo yaa." suara Ariana terdengar sangat nyaring. Keempat sahabatnya mengikuti arah yang dituju Ariana, dan mereka hanya geleng-geleng kepala melihat Meghan yang tidur kayak kebo.

"Nih jaketnya." Haza keluar dari kamar mandi dan menyerahkan jaketnya pada Selena. Lalu Selena meraih jaket itu kemudian membuka satu persatu sakunya.

"Ini kayaknya ada sesuatu deh didalem saku yang ini." kata Selena masih merogoh saku itu. Ditemukannya kartu pelajar disana.

"Kartu pelajar?" tanya Karina dan Selena hanya mengedikkan bahu. Haza merebut kartu itu dari tangan Selena lalu membaca semua yang ada disana.

"Namanya Pandu Dirga Haruman, tanggal lahirnya, 7 November 1999. Terus dia sekoalah di- SMA Garuda?." Haza sedikit terkejut, kemudian dia memandangi foto Pandu yang ada di kartu itu sambil tersenyum tipis.

"Berarti Pandu tetangga sekolah kita dong?" tanya Karin. "Wahh berarti lo nggak usah susah-susah buat nemuain Pandu. Tinggal samperin aja tuh si Pandu terus pdkt deh, simpel kan." ucapnya dengan tampang bahagia.

"Simpel-simpel pala lo peang. Itu mulut bisa aja ngomong simpel, tapi ini , hati gue yang susah buat bilang simpel. Lo sihh nggak ngrasain gimana jadi gue yang susah move on gini. Bantu gue kek malah bilang simpel-simpel." suara Haza terdengar seperti memelas.

"Udah-udah mendingan kita tidur aja, terus kita pikirin lagi besok. Lagian udah malem juga." usul Ariana.

"Tumben lo cerdas." tangan Selena merangkul pundak Ariana. "Nah gini terus dong Ar, kan gue jadi nggak malu kalau sahabatan sama elo."

"Jadi selama ini lo malu punya sahabat kayak gue?" Ariana menjauhkan tubuhnya dari rangkulan Selena. "Dasar ya lo, Sel kambing. Gue kurang apa sih buat jadi sahabat lo, cantik udah, putih udah, duit, insyaallah ada kalo lagi ada, tinggi, yaa walaupun lebih tinggian Haza sama Karin tapi gue termasuk tinggi, pinter, yaa kadang-kadang. Laku, jelaslahh sampai-sampai mantan gue ngejar-ngej.."

"Udah lahh tadi katanya disuruh tidur, malah ribut sendiri." lerai Adele.

"Tau nih si ariari." jawab Karin

"Kok gue lagi sih? Daku mah apa atuh." wajah Ariana terlihat buruk saat itu.

"Nggak usah dijelek-jelekin mukanya, udah jelek lagi." Selena mulai mengejek Ariana.

"Kalian kek bocah deh, tinggal tidur aja apa susahnya sih?" suara Haza sedikit lebih tinggi dari sebelumnya.

"Iyaiya ini gue tidur." tangan Ariana menarik selimutnya.

"Besok jogging kuy!" ajak Adele tapi nggak ada yang respon karena semuanya sudah terlelap. "Yahh dasar kebo kalian semua."

"Gue denger lho Del." suara Haza terdengar sedikit serak.

"Gue kira lo udah tidur nyet." Adele memposisikan dirinya duduk.

"Nggak bisa tidur gue." Haza bangkit dari tidurnya dan duduk disamping Adele.

"Kenapa lo? Kepikiran Pandu? Apa Lingga?" tanya Adele serius.

"Lingga." jawab Haza pasti.

"Kenapa lagi? Lo susah lupa?" kini Adele merubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Haza. Dan Haza hanya mengangguk tanda setuju dengan pernyataan Adele. "Nggak usah dipaksa kalau emang lo nggak bisa lupa. Karena semua yang dipaksa, nggak akan baik hasilnya. Jadi biarin aja mereka ngalir semaunya. Mau berhenti di hati siapapun pasti itu yang terbaik buat lo. Yang lo bisa hanya ngusahain, nggak lebih dari itu. Urusan hasil? Itu bukan bagian kita. Ngerti?"

"Iya del, gue ngerti. Makasih ya. Eh ya, besok jadi jogging?" Haza menegakkan tubuhnya yang tadi agak membungkuk.

"Yaa kalo lo mau."

"Iya gue mau. Lumayan biar bisa bakar nih lemak di tubuh gue."

"Okayy, sekarang tidur gih udah malem juga."

"Yaudah, malam del."

"Malam Haza."

***
Kalian sederhana, cara kalian mengungkapkan kebahagiaan kalian sederhana. Dan selamanya akan seperti itu. Kita bahagia.

***
Sumpah deh, otak lagi buntuu, maklumin lah yaaa,

Jangan lupa tinggalin jejak.
Jangan lupa vote

Kritik saran sangat diperlukan.

Terimakasih.

Heart LockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang