Nyatanya mencintai dua orang yang berbeda harus berjuang lebih.
Atau? Haruskah aku memilih salah satu dari mereka?***
"Teruss aku ketemu sama cowok." Haza melanjutkan cerita."Siapa dia?" tanya Rey dengan hati-hati.
"Namanya Pandu."
"Pandu siapa?"
"Pandu Dirga Haruman. Anak SMA Garuda."
Deg!. "Apa mungkin itu dia? Kalau iyaa berarti dia udah ada di Jakarta lagi. Atau namanya aja yang mirip? Tapi masa iya sampai nama keluarganya sama." batin Rey.
"Dia itu ya Kak. Orangnya asik tapi sayang susah peka! Nggak ngerti cewek. Kan sebel jadinya. Waktu jogging juga aku ketemu lagi sama dia. Tapi ya gitu dehh. Masih sama. Masih nggak peka." Haza menghentikan ceritanya lalu menoleh ke arah Rey yang ternyata sedang melamun.
"Ihhh Kak Rey! Kok nggak dengerin Zaza sihh!!" Haza memukul-mukul pundak Rey cukup keras. "Aww! iyaiya i..ini di dengerin kok. Terus gimana kamu sama Lingga?"
"Ya nggak gimana-gimana. Tapi tadi dia mau jelasin ke aku tentang semuanya. Tapi aku nggak mau denger." Haza mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa nggak didengerin?"
"Yah habisnya Zaza udah terlanjur kecewa Kak sama dia. Zaza udah terlanjur sakit hati. Dia nggak mikirin Zaza waktu dia mutusin Zaza. Pokoknya dia JAHAT!"
"Maka dari itu dia mau nglurusin semuanya. Dia udah mau berusaha jelasin semuanya ke kamu tapi kamu malah nggak mau dengerin. Kamu nggak boleh kayak gitu Za."
"Tapi Kak, dia udah ngancurin kepercayaan aku. Dia bilang kita akan melangkah bersama berbagi rasa dan asa. Tapi nyatanya itu cuma kalimat penenang. Dia BANCI! Bisanya cuma buat janji! Zaza benci!"
"Hsstt. Zaza nggak boleh kayak gitu. Lagipula kamu juga belum tau alasan kenapa dia selingkuh. Bisa aja karena paksaan kan?"
"Tapi kalau dia beneran cinta sama Sonya? Aku bisa apa Kak? Aku nggak bisa apa-apa!" Haza mulai meneteskan air matanya.
"Tapi kamu belum tau kebenarannya Za. Kamu nggak boleh cepet nyimpulin gitu. Bisa aja kamu salah paham sama Lingga. Bukannya Kakak belain Lingga. Berada di posisi yang mengharuskan memilih itu sulit Za." Rey menghapus air mata Haza yang terus menerus mengalir.
"Coba deh kamu yang ada diposisi Lingga. Kamu pasti akan melakukan hal yang sama. Dan jika penjelasannya nggak mau di dengerin, rasanya juga pasti nggak kalah sakit Za. Coba kamu ngertiin dia." Rey melanjutkan nasihatnya.
"Kapan Lingga yang ngertiin aku?" suara Haza melemah.
"Suatu saat pasti dia bakal ngertiin kamu. Berjuang untuk orang yang kita sayang nggak akan ada yang sia-sia kan?"
"Semoga." jawab Haza cuek.
"Kamu harus yakin. Kalau kamu aja nggak yakin, gimana mau berhasil? Pokoknya, sebelum janur kuning melengkung, Lingga masih bisa kamu dapetin."
"Kak Rey alay deh." Haza tertawa kecil.
"Yeee biarin. Biar kita ada kesamaan." Rey nyengir kuda. "Ish! Rese. Tapi gimana sama rasaku buat Pandu Kak?" Haza bertanya lagi.
"Lupain dia!" Rey yang tadinya tersenyum berubah menjadi dingin. "Kok gitu. Dia kan ba.." belum selesai Haza berbicara sudah di potong oleh Rey. "Pokoknya kamu harus lupain dia!"
"Kenapa?" Haza bingung. "Dia bukan anak baik-baik. Dan yang pasti dia nggak pantas buat kamu." Rey beranjak dari duduknya. "Kak Rey mau kemana?" "Ke kamar. Ngantuk."

KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Lock
RandomAku kira aku telah menemukan kebahagiaan dengan hadirnya dirimu dihidupku, aku kira kamu tidak akan menambah catatan lukaku, tapi yang kudapat justru itu, luka itu, sakit itu, harapan semu itu. Hingga aku telah menemukan kebahagiaan baru, kamu kemba...