Tidak Sengaja

69 6 0
                                    

Kita bertemu lagi, aku sebut ini takdir.

***
Alarm diatas nakas kamar Haza berdering dan bunyinya menyeruak masuk ke dalam telinga Haza dan sahabatnya. Sahabatnya hanya menutup telinga mereka dengan bantal dan tidak memperdulikan bunyi alarm yang menurut mereka mengganggu.Dengan sedikit mengangkat tubuhnya, lalu Haza mematikan bunyi alarm itu dan melihat arah jarum jam disana. Pukul 04:00.

Haza memukul sahabatnya menggunakan  bantalnya dengan cuku keras. Sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras juga.

Bugh Bugh.

"Bangun nyet, bangun!" Haza terus memukuli tubuh sahabatnya tanpa ampun. Tapi mereka tidak memperdulikan itu, matanya susah untuk dibuka.

Haza merasa jengkel karena sahabatnya tidak ada yang bangun dari tidurnya. Lalu Haza memutuskan untuk mencuci mukanya serta menggosok giginya dan mengambil air wudu kemudian melaksanakan salat subuh.

"Del, bangun kek, katanya mau jogging." Haza mengguncang pelan tubuh Adele.

"Hoam, iya Za bentar-bentar." Adele mengucek matanya dan perlahan membukanya. "Udah bangun daritadi lo?" lanjutnya sambil berjalan menuju kamar mandi dan mencuci mukanya tak lupa menggosok giginya lalu mengambil air wudu.

"Enggak sih, belum lama juga. Cepetan ya Del, lo salat gue ganti baju. Okay!" Haza berjalan menuju lemarinya dan tangannya bergerak-gerak mencari baju yang pas.

Tepat pukul 05:00 Haza dan Adele keluar dari rumah besar berwarna putih itu.

"Kita mau kemana Del?" tanya Haza sambil menutup gerbang rumahnya.

"Ke gedung olahraga aja gimana? Kan didepan sana ada taman tuh, nanti kalau kita capek bisa istirahat disitu." Adele membetulkan tali sepatunya yang terlepas.

"Oh okay. Kuy lari."

***
"Capek juga ternyata. Huh." Haza mengusap wajahnya yang telah dibanjiri oleh keringat.

"Mau minum?" tawar Adele sambil membuka tutup botol yang tadi ia bawa dari rumah lalu meneguknya.

"Boleh." Haza menerima botol itu dari uluran tangan Adele. "Mau kemana lagi kita?"

"Ngadem disini aja dulu, lumayan siapa tau ada cogan lewat. Hihihi." Adele sedikit tertawa.

"Gila lo, inget Raka Del." tangan Haza menoyor kepala Adele pelan.

"Iyaiya, inget gue inget."

Akward. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Haza memperhatikan sekeliling dan.. "Eh eh Del. Itu Pandu!" tangan Haza menunjuk cowok yang sedang duduk diatas sepeda dan meminum aqua.

"Mana? Nggak usah ngigau. Jangan karna tadi malem lo mikirin dia jadi lo halu." Adele tidak memperdulikan Haza malah meneguk minumnya lagi.

"Nggak ada yang ngigau disini. Itu tuh Pandu!"

"Mana sih?" Adele mengikuti arah tangan Haza. "Yang pake sepeda itu?" Adele ikut menunjuk orang yang sama. Dan Haza hanya mengangguk.

"Samperin kuy." ajak Haza bersemangat.

"Ih, ogah. Sana lo sendiri aja."

"Kok lo gitu sih. Nggak baik banget sama sahabat sendiri."

"Kan elo yang kenal."

"Yaudah iyaa, gue kesana sendiri." Haza berdiri dan berlari menuju Pandu.

Belum setengah perjalanan, Haza balik lagi.

"Kenapa balik lagi?" Adele memasang muka bingungnya.

"Emm, nanti kalo dia nanya kenapa gue kesana, gue jawab apa?" Haza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Heart LockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang