Steffy berjalan menyelusuri lorong rumah sakit. Sudah hampir lima bulan yang lalu anaknya belum juga mengunjunginya. Rindu---yang kali ini harus mengalah---ia sendiri yang akan menjenguk anaknya. Tiba di sebuah ruangan yang tidak begitu besar, Steffy membuka ruang itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Seorang pria itu mendongkakkan kepalanya dari balik meja, melihat siapa yang datang karena tidak sopan masuk dalam ruangannya. Matanya membelalak sempurna, memandang perempuan paru baya itu berdiri tegak di depan pintu.
"Mommy, Wie geht es Ihnen?[1]" pria itu bangkit dari duduknya, dan menghampiri ibunya.
"Sudah lupa dengan, Mommymu apa? Sudah ngerasa bisa hidup sendiri. Anak durhaka kamu, Li. Bisa-bisanya tinggal di Wohnung [3] padahal kamu bisa tinggal di rumah Mommy." Pria itu mengusap tengkuknya bingung, ia seperti anak kecil yang sedang dimarahin karena bermain tidak ingat pulang.
"Maafin aku yah, Mom. Ali sibuk, di sini banyak perkerjaan yang harus aku lakukan."
"Kau memang tidak sayang dengan Mommy Li, kamu sebenarnya sibuk karena melupakan masa lalumu, menghapus kenangan dia karena perbuataanmu sendiri. Sadarlah, Ali." Steffy Mensentak anak satu-satunya yang ia punya.
"Mom, Ali beneran sibuk. Gak ada niat untuk lari dari masa lalu itu, dia udah bahagia dengan pilihannya sekarang, dan Ali sudah cukup melupakannya." Pria itu membawa Ibunya masuk ke dalam ruangannya, ia tidak mungkin berdebat dengan ibunya di depan pintu.
"Yah, Mommy juga sudah bertemu dengannya. Memang, perempuan itu terlihat lebih bahagia, mungkin memang sudah saatnya kamu melupakan dia, Aliandra." Steffy menasihatkan anaknya yang kini hanya Aliandra. Yah, kakak dari Alifire adalah Aliandra. Steffy pasti akan menyayangi Ali, dia sudah kehilangan AliFire dan sekarang ia tidak ingin Aliandra juga meninggalkannya karena sibuk dengan urusan pekerjaan dan tidak memperhatikan kesehatan, walau Ali berkerja pada bidang kesehatann dia sangatlah cuek dengan kondisi tubuhnya.
"Bagaimana keadaan Onkel Thomas[3], Mom?" yah pria itu adalah Liand yang kini mengalihkan pembicaraannya, kepada suami Steffy yang sekarang.
"Baik, dia nitip salam sama kamu katanya. Oh yah, Papamu bagaimana kabarnya?"
"Papa juga baik, Mom, tapi sepertinya dia lebih memilih tinggal di Paris dari pada Jerman."
Liand memang adik dari Ali, mereka lahir dari rahim seorang perempuan yang sama. Namun tidak dengan Ayah biologis mereka berdua, Steffy menikah dengan Lusio Grovaz. Rumah tangga mereka berlangsung selama 6 tahun dan terjadinya keretakan hubungan mereka yang berujung dengan perceraian saat usia Liand menginjak empat tahun. Liand akhirnya tinggal dengan Lusio, karena hak asuh anak jatuh di tangannya. Tidak berlangsung lama sekitar dua tahun kemudian, Steffy kembali menikah dengan Thomas Weber dan mempunyain anak yaitu Ali di usia pernikaan mereka yang baru saja menginjak satu tahun. Meski Liand hidup berpisah dengan ibunya, hal itu tidak menjadi penghalang dalam hubungan anak dan ibu.
"Apa kamu sudah menemukan pengantinya?" tanya Steffy yang tidak tau hubungan antara Liand dan Prilly. Liand adalah sosok yang tertutup, ia tidak akan membicarakan masalah pribadinya kepada orang lain termaksud keluarganya sendiri.
Liand hanya bercerita dengan Mommynya. Awal pertama kali ia merasakan jatuh cinta kepada perempuan yang bernama Lidya, hingga hubungan mereka mengijak
Tiga tahun masa pacaran dahulu. Dimana umur Lidya tak lagi muda, usianya sudah menginjak 25 tahun berbeda dengan Liand yang saat itu baru berusia 20 tahun yang berada pada ujung pendidikannya."Li, kapan kamu akan melamar aku. Mom sudah menyanyakan hal itu?" tanya Lidya bersandar di dada Liand. Memandang taman luas serta semiran angin di sekitar kampusnya.
"Nanti yah, aku harus menyelesaikan semester terakhirku. Lagi pula aku belum punya perkerjaan tetap, kamu mau makan apa kalau menikah denganku?" tanya Liand mengelus rambut Lidya dengan sayang.
"Apa saja, aku bisa berkerja untuk keluarga kita." Liand tersenyum mendengarkan ucapan Lidya, segitunya kah wanita di sampingnya ingin dinikahkan.
"Sayangnya tidak semudah itu. Tunggu aku sampai enam bulan kedepan," ujar Liand yang membuat tubuh Lidya menegak tidak bersandar lagi.
"Tapi, Mommy memintaku untuk segera menikah dalam satu bulan ke depan. Kalau tidak...." Suasana hati Liand menjadi tak tenang mendengarkan kalimat gantung dari Lidya yang membuatnya diselimuti perasaan tak karuan.
"Ia akan menikahkanku dengan seorang. Ini undangan pernikahan kami, aku harap kamu datang dan membatalkan itu semua." detik itu juga tubuh Liand melemas, menatap nanar sebuah undangan bertuliskan Lidya & James .
Lidya meninggalkannya, meninggalkan saat perjuanganya hampir ia raih. Semua mimpi hidup bersama harus dipatahkan dengan perbedaan jalan hidup mereka berdua. Liand sendiri tidak tau harus bagaimana, datang dalam pernikahan tersebut dan kemudian membatalkanya atau menghilang dari Lidya untuk selamanya.
Liand memandang nyeri undangan tersebut, dalam hatinya berdesir. Apakah Lidya tidak ingin memperjuangkan cinta mereka, saat semuanya hampir sempurna? Apa dia sudah menyerah, menunggu sebentar saja sampai Liand wisuda nanti.
Namun sayang, cinta itu tidak di perjuangkan oleh mereka berdua. Liand memutuskan untuk pindah ke Paris sehari ia selesai wisuda. Menerap di sana dan menjadi dokter muda di Paris.
"Hei, Mommy nanya. Kok malah diam saja?" Liand tersadar dari masa lalunya karena suara mommynya itu dan juga tepukan tangan di bahunya.
"Nanti kapan-kapan aku kenalkan yah, Mom." Liand merasa belum waktunya menceritakan sebenarnya kepada Steffy tentang hubunganya dengan Prilly, dan semua perjanjian itu dengan Ali.
"Mom, aku sangat rindu dengan masakanmu. Apakah besok kau ingi kembali ke sini dan membawakan aku makanan buatanmu?" tanya Liand yang merasa rindu dengan masakan ibunya, biasanya Liand hanya makan ke restoran atau buatan Prilly yang tiap hari membawakan bekal untuknya.
"Baiklah, besok akan Mommy buatkan makanan kesukaanmu. " Steffy tersenyum, mengusap rambut anaknya yang sudah menginjak usia dua puluh enam tahun. Hanya Liandlah kini satu-satunyaanak yang ia punya setelah meninggalnya Ali, dia tidak ingin Liand bernasib sama dengan Ali.
"Mommy, pulang yah. Besokan ke sini lagi," ucap Steffy pamit pulang. Liand mencium pungung tangan dan juga kening Steffy sebagai wujud kasih sayangnya kepada perempuan yang sudah melahirkannya.
"Hati-hati yah, Mom," ujar Liand saat Steffy membukakan pintu keluar dan menutupnya kembali, lalu menghilang dari balik pintu.
Liand memijit dahinya pelan, pening di kepalanya tak juga hilang semenjak Steffy membahas tentang masa lalunya. Siapa yang tidak mempunyai masa lalu? masa yang Liand sendiri tidak inginkan itu terjadi. Kala semua yang terasa begitu perih dalam hidupnya, menelan pil pahit dari sebuah kehidupan. Tidak ada yang salah dari segala yang sudah terjadi dahulu, cukup di jadikan sebuah pelajaran agar tidak terjebak dan kembali di kemudian hari.
~•~•~•~•~•~•~•~•~•~~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•
Keterang :
[1] Apa kabar, Mom?
[2] Apartemen
[3] Paman Thomas#######
Jakarta, 9 april 2017
Haii, balik lagi dengan sequel ini. Maaf gak bisa update cepat, senin besok aku udah harus ujian nasional. Doain aku yah teman-teman agar lancar mengerjakanya dan mendapatkan nilai yang memuaskan. 🙏🙇
Sal ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Light In The Darkness (END)
FanfictionSequel dari Liebe Dich In Deutsch Jangan coba-coba baca jika belom baca liebe dich in deutsch, karena ceritanya masih lanjutan bahkan masih berkaitan dengan cerita tersebut. Berani baca? Tentu akan banyak menemukan plot hole. . . . . . . . Hidup se...