Tak banyak yang berubah semenjak Liand dan Prilly memutuskan untuk kembali bersama. Rutinitas mereka pun seperti biasa, berangkat kerja bareng menuju ke rumah sakit. Persiapan pernikahan mereka juga tinggal seminggu lagi, tapi baik Liand dan Prilly sama sama enggan untuk mengambil cuti untuk persiapan pernikahan. Hanya cuti dua hari sebelum menikah dan juga satu minggu setelah menikah, sangat singkat untuk melaksanakan bulan madu yang panjang untuk mereka. Tapi hal itu semata-mata menujukan rasa tanggung jawab mereka pada perkerjaannya.
Seperti saat ini Prilly mempersiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Liand. Menu pagi yang sederhana yaitu empat potong roti sandwich yang ia masukan dalam kotak makannya.
"Prilly sudah selesai belum? Liand sudah datang tuh. Kamu lama banget sih bikin sarapan doang," teriak Mama Ria dari ruang tamu.
"Sudah kok, Ma bentar lagi," ucap Prilly memasukan kotak makannya ke dalam tote bag yang ia bawa. Kemudian berjalan menuju ruang tamu dan segera berangkat.
"Ayo Li, kita berangkat. Nanti telat lagi," ucap Prilly saat sudah sampai ruang tamu tanpa melihat terlebih dahulu kepada dua insang yang sedang berbicara. Ia malah meninggalkannya dan berlalu menuju garasi rumahnya begitu saja. Sedangkan Liand hanya melongo mendengarkan gadis itu berbicara. Menurutnya, siapa biangnya kalau mereka akan telat ke rumah sakit? Bukannya dirinya sendiri yang telah lama menyiapkan sarapan entah apa itu. Kenapa gadis itu yang justru menuduh Liand bahwa dia akan telat jika Liand tetap duduk dan berbincang dengan Mama Ria padahal semua itu karenanya.
"Yaudah Tante, Liand pergi dulu. Assalamuallaikum." Pamit Liand mencium punggung tangan Mama Ria.
"Iya Li, hati-hati yah. Maaf sifat Prilly yang memang suka begitu." Liand hanya tersenyum tipis seraya mengangkat jempolnya bertanda siap. Tanpa berbicara lagi, Liand berjalan menuju garasi yang sudah di tunggu gadisnya di depan mobilnya itu sambil mengerucutkan bibirnya kesal yang membuat Liand tersenyum gemas.
"Kamu ngomong apa aja sih sama Mama? Kok lama banget aku tuh udah nunggu kamu lama banget disini." Liand mengerutkan dahinya binggung melihat sifat Prilly yang tiba-tiba aneh seperti ini. Tanganya refleks meraba dahi, pipi, serta tak lupa leher Prilly.
"Kamu sakit yah? Atau lagi pms? Obat yang aku kasih pasti belum kamu minum yah?"
Prilly melotot mendengarnya, dengan kasar menghempas tangan Liand yang masih meraba wajah Prilly. Mencari titik-titik panas yang sebenarnya tidak ada.
"Kamu gila yah! Kamu pikir aku udah gak waras. Iihh, nyebelin banget sih."
Prilly bersunggut-sunggut kesal membalikan badanya dan membuka pintu mobil Liand dengan kasar serta menutupnya begitu saja. Liand hanya bisa menggelengkan kepala melihat sikap kekasihnya yah berubah jadi sensitif.
*****
Tok Tok Tok
Suara dari ketukan pintu itu benar-benar menggagu pendengaran Prilly yang sedang mengecek jadwal kerja untuk seminggu kedepan. Memikirkan matang-matang kapan dia harus cuti dan kembali berkerja. Namun suara ketukan itu membuatnya jadi kacau. Sepele memang! Tapi siapa salah, hari ini Prilly benar-benar sangat sensitif.
"Masuk!" Seorang dari balik pintu itu tersenyum cengengesan dan mambawa satu botol kecil yang berisikan beberapa obat berbeda.
"Nih obat buat kamu, sepertinya kamu membutuhkannya hari ini," ucap Liand memberikan obat itu.
"Li jangan mulai deh. Kamu beneran mikir aku stress? Kok jahat banget sih!"
"Lho aku gak ngomong gitu, kamu sendiri yang bilang. Aku cuman kasih obat itu buat kamu minum. "
"Terus ini obat apaan, Li. Aku mana ngerti! Banyak banget lagi warnanya," ucap Prilly sambil membolak-balik botol obat itu.
"Masa dokter gak ngerti obat sih. Atau kamu lulus S2 nyuap orang yayasan yah biar kamu cepat sidang dan wisuda." Goda Liand yang membuat Prilly menyubit pinggang kekasihnya.
"Iih kamu mah. Mana punya uang aku buat nyuap dosen-dosen yang ada di sini. Aku aja kuliah sambil kerja yah buat biaya hari-hari, lagian yah mana aku hafal semua jenis obat. Emang kamu pikir obat-obatan itu dikit, kan banyak Liand. Kok kamu ngeselin sih hari ini. "
"Iya-iya maaf, abis kamu aneh banget sih hari ini. Masa obat yang kamu pegang sendiri gak tau, itukan vitamin prill. Bukanya tiap hari aku juga ngasih ke kamu, kok kamu malah nanya yang aneh-aneh, aku kerjain aja sekalian."
"Liand mah, aku males. Gak mau ngomong pokoknya. " Sial! Prilly merasa kalau wajahnya kini pasti memerah karena malu, kok bisa-bisanya ia tidak bisa bedain mana obat dan vitamin sungguh memalukan!
"Hahaha, kamu lucu deh kalau lagi malu kaya gini. Gimana, jadi pulang ini mau ke makam Ali? " tanya Liand yang kini sudah berubah eksprsinya menjadi serius.
Prilly hanya mengganguk antusias dan merapikan berkas yang berantakan di mejanya. "Yuk, aku udah selesai tugasnya. " Prilly mengandeng tangan Liand untuk segera pergi.
"Lho yang ngajak kamu pergi siapa, Prilly? Aku kan cuman nanya kamu jadi atau enggak ke makam Ali bukan ngajakin sekarang," ucap Liand yang membuat melepas kasar tanganya.
"Bodoamat! Aku pergi sendiri saja." Prilly berlalu begitu saja ke luar ruangan, sedangkan Liand justru terkekeh karena berhasil membuat kekasihnya kesal dan emosi itu. Tak lama menyelesaikan tawanya, Liand menyusul gadisnya. Ia tak mau terjadi hal yang tidak di inginkan kalau Prilly menunggu Liand terlalu lama. Bisa-bisa mobilnya yang terparkir sempurna itu terbalik karena menunggu Liand terlalu lama.
"Kita makan dulu yah, aku tau pasti kamu laper kan?" Tanya Liand saat mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil.
Prilly hanya menggeleng bertanda ia tak ingin makan, "Yaudah kalau gak mau makan, kita pulang saja. Ali juga pasti ngerti kalau perempuan yang di sebelah aku ini keras kepala sekali," ucap Liand yang membuat Prilly refleks memegang tangan liand.
"Iya-iya makan dulu, nyebelin banget dasar! "#####
Jakarta, 13 oktober 2018
Hai semua. Kali ini aku update cepet kan? Cepet dong wkwk, walau dikit banget hahha. Oh iya cerita ini kan udah mau klimaks yah, mungkin sekitar 2 atau 3 part lagi bakalan tamat. Gak-papa yah, aku udah siapin cerita baru yang bisa kalian cek di work aku nanti.
Terima kasih semua 💚
Sal💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Light In The Darkness (END)
FanfictionSequel dari Liebe Dich In Deutsch Jangan coba-coba baca jika belom baca liebe dich in deutsch, karena ceritanya masih lanjutan bahkan masih berkaitan dengan cerita tersebut. Berani baca? Tentu akan banyak menemukan plot hole. . . . . . . . Hidup se...