LITD 18

211 26 4
                                    

Menikah, salah satu fase dalam kehidupan seseorang yang sangat berharga dan tentunya setiap orang akan berusaha untuk mempersiapkan pernikahan tersebut dengan sebaik mungkin.

Bahagia, deg deg-an, stres,  berbagai perasaan terasa bercampur aduk tak karuan tak kala seseorang menyadari pernikahannya sudah berada di ambang pintu. Itulah yang aku alami saat ini!

Yah,  aku sudah memaafkan Liand beberapa waktu lalu,  aku rasa dia pantas untuk mendapatkan kesempatan kedua.  Saat itu aku sangat merasakan kejujuran yang membuat hatiku sedikit bergetar.  Aku dan Liand sepakat untuk membuka lembaran baru,  menutup semua kenangan masa lalu dan memulainya dari awal.

Sekarang ini aku disibukkan dengan persiapan konsep   resepsi pernikahan kita,  yang akan  direpotkan  dengan persiapan berbagai dokumen sebagai kelengkapan persyaratan menikah.

Kemarin aku berada di kedutaan Jerman untuk mengurus catatan sipil kami.  Liand adalah asli  berkewarganegaraan Jerman sedangkan aku masih berstatus WNA aku sama sekali tidak ada niatan untuk berpindah kependudukan.  Namun,   kami menikah secara catatan sipil di Jerman. Di Jerman menikah secara catatan sipil merupakan hal wajib, sementara menikah secara agama boleh menyusul. Tetapi,  aku dan Liand sepakat untuk menikah secara catatan sipil dan juga sah atas agama,  dimana hal itu membuat persyaratan untuk menikah semakin banyak.

Sebelum hari pernikahan, aku dan Liand  selalu  dipusingkan dengan urusan surat-surat  informasi jelas mengenai surat-surat/ dokumen apa saja yang perlu dipersiapkan untuk mendaftarkan pernikahan secara catatan sipil. 

Pihak catatan sipil di wilayah tempat tinggal Ali menginformasikan beberapa dokumen yang harus disertakan untuk mendaftarkan pernikahan.

Sementara dari pihak calon suami dibutuhkan akta kelahiran baru (berlaku tidak boleh lebih dari 6 bulan) dan surat keterangan domisili.

Pengurusan dokumen-dokumen ini merupakan proses panjang dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Tak ketinggalan juga harus disertai dengan kesabaran tingkat tinggi! Dimulai dari mengurus dokumen di tingkat RT / RW, Kelurahan, Kantor Catatan Sipil, Dinas Kependudukan kemudian melegalisir di Dirjen Administrasi dan Hukum (Dirjen AHU) Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Luar Negeri sampai terakhir di Kedutaan Besar Republik Jerman.

Dokumen-dokumen ini biasanya harus diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman terlebih dahulu sebelum mengajukan legalisir dokumen di Kedutaan Besar Republik Jerman untuk Indonesia di Jakarta.

Setelah semua dokumen dinyatakan lengkap dan sesuai kemudian dari catatan sipil setempat kami mendapatkan surat keterangan bahwa kami telah mendaftarkan pernikahan. Surat ini yang aku perlukan sebagai salah satu persyaratan untuk pengajuan visa menikah di Jerman.

Visa menikah di Jerman akhirnya aku peroleh!
Kami mendapatkan penjelasan berkisar tentang segala hal yang berhubungan dengan tata laksana pernikahan secara catatan sipil.

Dan hari ini aku berada di salah satu butik gaun pernikahan untuk fitting beberapa baju pernikahan aku dan Liand.

"Prill,  aku rasa gaun kebaya yang kamu pakai itu seperti kekurangan bahan." Aku memutar bola mataku jenggah dengan sikap Liand,  selalu saja seperti ini. Aku bahkan sudah berkali-kali ganti design gaun pernikahan ini,  ada saja yang menurutnya salah.

"Lalu aku harus pake apa Li,  di acara pernikahan kita?  Lama-lama aku pakai mukena saja agar ketutup semua, " geruhku mengerutukin keinginan Liand.

"Bukan seperti itu,  hanya saja di  bagian dadanya terlalu turun.  Apa kamu ingin memamerkan payudaramu ke semua orang dan melihatkan belahannya? "

"Bagaimana dengan yang ini?  Menurutku gaunnya sangat cantik,  dan di bagiian depannya cukup tertutup," ucapku memamerkan sebuah gaun dengan bagian depan yang tertutup dan tangannya pun cukup panjang tiga per empat.  Aku hanya melihatkan bagian depannya,  dan tak membaliknya,  karena aku tau saat aku membalik gaun itu pasti Liand akan kembali menolaknya.

"Apanya yang tertutup sih,  Prilly?  kamu tidak melihat bagian belakangnya yang sangat terbuka?  Aku gak mau yah bagian punggung kamu itu terekspos ke semua orang," ucap Liand sembari memutar depan-belakang gaun itu yang munurut Liand bukan seleranya.

Setelah itu Liand berjalan ke sudut ruangan butik itu,  mengambil satu gaun yang sedari tadi mencuri pandangannya. "Nah sepertinya ini lebih cocok untukmu,  dan kelihatan sangat sopan dan tertutup tidak seperti pilihanmu itu."

Aku merebut kasar gaun itu dari tangan Liand,  menghentakan kaki menuju ruang ganti.  Liand hanya tertawa kecil,  sedangkan aku sangat kesal dengannya.

"Bagaimana?  Aku gak mau yah ganti gaun lagi udah yang ini saja. Aku yang pakai gaun ini,  bukan kamu!  Kok malah kamu yang repot."

"Yah,  sudahku bilang cantik sekali.  Kamu sangat cocok pakai gaun itu saat akad nanti.  Simpel dan elegan.  Sekarang kita tinggal pilih untuk acara resepsi nanti,  aku mau gaunnya tidak jauh beda dengan yang ini tapi tetap terkesan mewah," ucap Ali kemudian melangkah mengitari satu-satu gaun yang ada.

Aku melongo menatap Liand tak percaya, ini mau aku yang pakai atau dia sih?  Kenapa Liand yang memilih? "Big No! Cukup gaun akad saja yah yang kamu pilih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku melongo menatap Liand tak percaya, ini mau aku yang pakai atau dia sih?  Kenapa Liand yang memilih?
"Big No! Cukup gaun akad saja yah yang kamu pilih.  Untuk resepsinya aku sudah punya pilihanku sendiri."

"Aku tau gaun yang bagus,  Prill.  Kamu tinggal duduk diam,  biar aku yang memilihnya," ucap Liand masih membolak-balik beberapa gaun di depannya.

"Aku bilang enggak yah!  Atau kalau kamu tetap maksa kita gak jadi nikah. Kok jadi kamu yang ribet sekali." Aku  menghentakan kaki keras,  meninggalkan Liand sendiri menuju ruang ganti.  Mengganti pakaiannku seperti semula dan melangkah pergi dari butik ini,  moodku sudah menghilang melihat Liand yang sangat posesive membuatku jenggah menghadapi sikapnya.

******

"Kamu kenapa sih?  Masalah gaun saja dibesar-besarkan.  Kalau kamu gak suka dengan pilihanku,  kamu tinggal tolak aja. Simpelkan?  Gak usah segala bilang gak jadi nikah,  emang kamu pikir persiapan nikah itu gak banyak?  Waktu kita tinggal sebulan lagi,  Prilly.  Jadi,  stop bertingkah kekanak-kanakan, " ucap Liand yang tiba-tiba duduk di sampingku saat sudah sampai di rumahku. 

Aku menatapnya sangat geram,  yang bertingkah kekanak-kanakan itu siapa?  Menolaknya?  Bahkan dia memaksaku untuk menuruti semua perintahnya.  Kalau nampol calon suami itu dosa gak yah?  Atau berkata kasar depan mukanya dan berteriak mengeluarkan emosiku sedari tadi.  apakah aku akan jadi istri yah durhaka?  Tingkahnya kali ini sangat menyebalkan.

"Seterah kamulah, aku mau dipakaikan karung juga gak papa.  Suka suka kamu aja."

"Nah kenapa gak dari tadi kaya gini aja.  Kamu tuh harus nurut apa  kata calon suamimu ini,  kan kalau gini aku gak cape-cape debat sama kamu. Dan kamu juga enggak dapet dosa kalau ngebantah aku terus," ucapnya memamerkan cengengesannya. 

Kalau saja membunuh dihalalkan dalam agamaku,  sudahku bunuh sedari tadi calon suamiku yang menyebalkan ini.!

#####

Jakarta,  05 oktober 2018

Long time no see teman-temanku.  Maaf yah,  kalau lama sekali updatnye dan pendek juga wkwk, 
Terima kasih yang sudah mensempatkan waktunya untuk membaca ceritaku. Dari setahun yang lalu ternyata masih ada yang tetap setia membaca. 

Terima kasih untuk semuanya💚

Sal💙

Light In The Darkness (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang