"... karena baginya, sesuatu yang menjadi miliknya, harus berada di dalam genggamannya."
***
Yoochun turun dari mobilnya dengan cengiran yang lebar. Supir Song telah berdiri di sisi mobil menunggu Yoochun masuk ke dalam rumah mewah bagaikan istana itu. Pria tua itu nampak puas melihat kegembiraan terpancar dari wajah Yoochun yang kini berseri-seri. Memang, untuk anak seusia Yoochun yang memiliki orang tua super sibuk, sebuah senyuman merupakan sesuatu yang sangat jarang terjadi. Itu semua karena mereka tidak memiliki waktu untuk bersenang-senang dengan orang tua mereka. Lebih jelasnya, hidup mereka membosankan. Oleh karena itu, mengunjungi rumah teman merupakan salah satu cara untuk mengusir kebosanan itu.
Yoochun bersuara, "Pak Song!" Mendengar namanya di panggil, Supir Song yang sudah berniat kembali masuk ke dalam mobil menolehkan kepalanya. Alisnya terangkat heran ketika melihat bocah lelaki itu berdiri beberapa langkah darinya. "Jemput aku pukul sepuluh malam, ya!" lanjut Yoochun dengan senyuman yang mengambang.
Supir Song terkekeh kecil, kemudian mengangguk sembari mengacungkan ibu jarinya. "Tentu, Tuan Muda yang Manja!" balas pria tua itu bergurau. "Aku berdoa agar kau cepat bosan. Jadi, aku dapat menjemputmu lebih awal. Aku yakin akan kehilangan pekerjaan jika orang tuamu mengetahui hal ini, Bocah!" Yoochun tertawa, gurauan itu mungkin terdengar tidak sopan untuk diucapkan seorang pegawai kepada majikannya. Namun, Yoochun justru menikmati saat-saat seperti ini dibandingkan detik-detik yang berlalu tanpa tawa atau bahkan senyuman sekalipun. Yah, sebuah pengecualian jika bersama anak dari pemilik rumah ini.
Kemudian, sesaat setelah Supir Song pergi, Yoochun menekan tombol bel yang untungnya sudah dapat ia jangkau. Ia tidak menunggu lama, karena sesaat setelah bel itu berbunyi untuk pertama kalinya, pintu besar itu terbuka dan memunculkan seorang pria tua dari baliknya. Yoochun menunduk sekali, tetapi pria tua itu menunduk lebih dalam padanya, dan hal ini bukanlah hal yang biasa ia alami. "Tuan Muda telah menunggu Anda di taman." Pria tua itu berseru datar.
Yoochun mengangguk cepat. "Pak Ahn terlihat tampan. Akan tetapi, ketampanan Anda akan bertambah apabila Anda tersenyum. Bukankah begitu?" mata Yoochun mengerling dengan seringaian lebar di wajahnya, dengan niatan menggoda wajah kaku yang sebenarnya bisa saja terlihat ramah itu. Kontan saja, Pak Ahn, yang merupakan kepala pelayan di rumah ini tertawa kecil menahan malu. Rumah ini merupakan sebuah tempat dimana senyuman dan tawa merupakan sesuatu yang sakral dan sangat jarang terjadi. Jadi, mereka semua yang tinggal di sini sudah dapat dipastikan hampir melupakan bagaimana cara untuk tertawa atau bahkan tersenyum karena aura tak bersahabat yang selalu terpancar dari setiap sudut rumah ini.
"Anda benar. Mungkin itu sebabnya Anda memiliki wajah yang sangat tampan."
Yoochun terbahak senang. Ketika tawanya mereda dan yang tersisa hanyalah sebuah senyuman, kepala Yoochun menggeleng pelan. "Sayangnya, aku masih kurang tampan dari Kyusoo." Lanjutnya, "sayang sekali anak kecil itu jarang tersenyum." dan Pak Ahn menaikkan satu alisnya. Anak kecil itu? Kemudian ketika Pak Ahn menyadari tingkah Yoochun, beliau kembali tertawa. Anak kecil yang bertingkah seperti orang dewasa dan menyebut teman seumurannya sebagai anak kecil?
"kalau begitu ... buatlah ia selalu tersenyum, Nak."
***
Yoochun memandangi Kyu Soo dengan bibir yang mengerucut lucu. Bocah lelaki itu membiarkannya bermain sendirian dan meninggalkannya untuk mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan minggu depan. "Kyusoo!" rengekkan menyebalkan itu kembali terdengar di telinga Kyusoo, tetapi bocah itu lebih memilih diam dan melanjutkan pekerjaannya. "Apa kau serius akan mengabaikanku seperti ini?" rengek Yoochun lagi, kali ini sambil menendang bola milik Kyusoo dengan sebal. Kyusoo melirik Yoochun dari sudut matanya, kemudian menggeleng pelan. Tak habis pikir mengapa lelaki aneh ini masih setia mengekorinya bagai anak anjing, karena seingat Kyusoo, ia dan Yoochun tidak begitu dekat dulu. Hanya sebatas teman seangkatan yang tidak mungkin menjalin persahabatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOVER (Don't Leave Me Series)
Romance------------------ "Kau membuatku mengingat semua yang seharusnya kulupakan, dan semua yang seharusnya kuingat. Sekarang, aku berharap akan benar-benar kembali melupakan semuanya." - Fujihara Naomi "Dari awal, yang kuinginkan hanyalah dirimu." - Cho...