------------------
"Kau membuatku mengingat semua yang seharusnya kulupakan, dan semua yang seharusnya kuingat. Sekarang, aku berharap akan benar-benar kembali melupakan semuanya." - Fujihara Naomi
"Dari awal, yang kuinginkan hanyalah dirimu." - Cho...
Kyuhyun tahu bahwa menunggu yang tidak pasti itu sangatlah melelahkan, tetapi, ia juga tidak mengerti mengapa dirinya ingin terus melakukan itu. Karena sukma yang mengaum rindu, ingin terus bertemu walau tahu ia tak mampu. Jika saja rindu dapat membuat orang menjadi gila, maka Kyuhyun yakin dirinya telah meninggalkan dunia fana sejak lama.
Banyak yang berkata pada Kyuhyun yang kala itu masih berduka, bahwa rasa sakit adalah pertanda sesuatu yang nyata. Namun, kenangan indah nan membahagiakan itu terlalu manis untuk disebut sebagai realita. Hingga akhirnya, Kyuhyun tak lagi dapat membedakan antara fakta dan fatamorgana, membuatnya ingin sekali tertidur untuk selamanya.
Ironis rasanya, ketika Kyuhyun menahan pedih seorang diri ditinggal sang kekasih selamanya, sementara sang kekasih sendiri tak mau tahu bagaimana keadaannya ketika ditinggal ke alam baka. Apakah gadis itu benar-benar mencintainya? Bagaimana bisa gadis itu meninggalkannya dan buah cinta mereka kala Kyuhyun telah bersedia mempertaruhkan segalanya?
Tersenyum sinis, Kyuhyun mencengkeram erat sebuah bingkai foto keemasan yang terbuat dari kuningan itu. Tawa bahagia dari kedua sosok yang tengah berpelukan dengan latar belakang sebuah pohon persik yang tengah mekar itu benar-benar memancarkan cinta, begitu nyaman untuk dilihat. Namun, sepertinya tidak dengan Kyuhyun. Pandangannya kejam ketika memandangi foto itu dengan manik selegam arang miliknya. Ada kilat miris di dalam matanya yang menggelap kelam.
Jadi, setelah sembilan tahun berlalu ... aku baru menyadari kau tak benar-benar mencintaiku.
Mengatupkan rahangnya hingga menimbulkan bunyi gigi yang bergemeletuk, Kyuhyun sadar ia harus menahan emosinya. Tak baik baginya untuk meledakkan emosi di sini, di rumah ini. "Sialan!" Akhirnya, yang dapat Kyuhyun lakukan hanyalah memaki seraya melepas cengkeraman tangannya dari bingkai foto itu. Sungguh beruntung, bingkai dari kuningan itu masih dapat bertahan tanpa luka apapun.
