Three

94 7 0
                                    

Tokk.. Tokk.. Tokkk..

Tidak ada suara dari dalam, sudah ku pastikan Zafran tertidur. Aku memberanikan diri membuka pintu kamar zafran namun nihil, zafran tidak ku temukan disana. Mataku menjelajah seisi kamar zafran dan aku menemukan pintu terbuka ke arah balkon kamarnya. Pasti zafran disana. Aku berjalan pelan menghampirinya. Dan benar saja, Zafran tertidur di sofa panjang berwarna putih namun baju nya sudah ia ganti dengan setelan kaos dan celana pendek.

Aku menaruh makan nya di atas meja persis disebelah sofa.
"Zafran?" panggilku. Tidak ada gerak, masih pada posisi yang sama. Kedua tangan sedakep di atas dada nya. "Zafran??" panggilku lagi.

Zafran membuka matanya mendapati aku tengah membungkuk dihadapannya, aku yang menyadari dirinya yang sudah terjaga langsung menegakan kembali tubuhku.
"Maaf aku masuk kamar kamu,  tadi aku panggil kamu tapi ngga jawab. Itu sarapan kamu. " ucapku.

Zafran terduduk dan meneguk air putih dihadapannya.
"Lo udah sarapan?" tanyanya.
Aku mengangguk.

"Hari ini kamu mau ke tempat yang seperti apa?" tanyaku. Zafran menghentikan aktivitas makannya kemudian menatap ku sejenak dan kembali meneruskan sarapan nya.

Aku mengkerutkan keningku melihat respon nya seperti itu, aku memutuskan untuk membuang pandanganku darinya dan memfokuskan pada objek di bawah sana.

"Lain kali jangan ajak gue bicara kalo gue lagi makan" ucapnya yang membuatku menoleh kearahnya dan melihat piring makannya sudah kosong.
"Maaf" jawabku seadanya.

"Selama lo sama gue, sekolah lo gimana?" tanyanya.

"Bu Sinta mempersingkat materi yang nanti harus aku pelajari, katanya biar aku cepet paham" jawabku tanpa melihat kearahnya.

"Lo lagi bicara sama siapa sih? Sama gue atau sama pagar balkon?" tanyanya dengan nada suara sedikit tinggi. Aku menatapnya, dia juga menatapku namun tatapan nya seperti tatapan tak suka. Aku tak perduli seperti apa penilaian dia terhadap ku, aku memang begini.

"Aku tunggu lo diluar, 20 menit kamu harus udah selesai" ucapku sambil melangkah meninggalkannya.

"Lo ngatur gue?" tanyanya lagi. Langkah gue berhenti "Maaf Zafran tapi aku nggak suka nunggu" jawabku kemudian melanjutkan berjalan keluar kamarnya.

Aku menuruni anak tangga dan duduk di sofa ruang tamu. 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit. Terdengar suara seseorang menuruni tangga, mata zafran bertemu dengan mataku dia tersenyum. Aneh sekali bukan? Tadi dia bartanya padaku dengan nada tinggi, sekarang malah tersenyum seperti itu.

"Yuk kita mulai" ucapnya masih dengan wajah tersenyum.
Dia membukakan pintu mobil ferarinya untukku. Tingkahnya ini benar-benar tak bisa ditebak. Sedikit-sedikit begini nanti-nanti begitu.

"Pakai seatbelt nya" ucapnya. Aku melakukan perintahnya tanpa menjawab.

"Lo irit ngomong banget ya" ucapnya lagilagi dengan nada tak suka. "Kan yang kamu suruh udah aku lakuin" jawabku.
"Ya lo kan punya mulut seengganya jawab iya kek" sahutnya ketus. "oke iya maaf Zafran"

Mobilnya mulai menerobos ruas jalan, aku terus menatap lurus kedepan. Lagi-lagi aku tak peduli dengan apa yang dipikirkannya tentang aku. Dia memang tampan, tapi fix aku benci pria manapun sekalipun setampan pria yang kini ada bersamaku.

Ponselku kembali melantunkan musik dansa, aku langsung merogoh tasku dan mencari keberadaannya. Setelah dapat, disana sudah tertera nama Reno.

|"Ya Ren? Kenapa?"|

|"...."|

|"Iya, aku lagi sama dia"|

|"...."|

|"Yaudah kalo gituh nanti aku kabarin lagi, salam kangen buat Dinar ya Ren"|

Sambungan terputus. Aku kembali memasukan ponselku kedalam tas. "Siapa? Cowok lo?" tanya Zafran. "Sahabat" jawabku. "Yaa kalo cowok lo juga gapapa sih, gue nggak peduli" jawabnya. Astaga Tuhaaannn! Kalo bukan anak dari pemilik yayasan sudah ku tendang dia dari sini. Okee Rinjani sabar.

"Ngomong-ngomong kenapa yaa bunda milih lo buat nemenin gue jalan-jalan?" tanyanya.

"Gak tahu" jawabku.

"Oh gak tau ya? Yaudah gue pengen makan" ucapnya kemudian.

"Tadi kan kamu udah..." ucapku terpotong. "... Tugas lo disini nemenin gue kan?" sambungnya cepat. Aku menghela nafas kasar.

"Oke mau makan apa?" tanyaku.
Dia mengetuk-ketukan sepuluh jarinya di atas stir mobil seolah berpikir. "Eh nggak jadi makan deh" ucapnya santai.

Aku diam tanpa ekspresi menanggapi ucapannya itu.
"Gue mau jajan aja" ucapnya lagi. Aku masih diam.

"Lo kenapa sih?" tanyanya.

"Aku gapapa, jadi kamu mau jajan aja?" tanyaku dengan nada suara lembut namun ditekankan.
Dia mengangguk girang. Aku yang melihatnya seperti itu mengedikan bahuku saja. "Jajan otak-otak bakar aja, kamu mau?" tawarku. "Boleh tuh".

Mobil sudah terparkir di angkringan jajanan otak-otak bakar, aku dan Zafran keluar dari mobil dan menghampiri salah satu penjual otak otak bakar disana.

Kurang lebih setengah jam aku dan zafran duduk disana menikmati otak-otak bakar, zafran berencana melanjutkan jalan-jalannya. Ketika zafran sedang membayar, aku berjalan ke arah mobil dan kemudian seseorang menepak pantatku, aku menoleh. Ternyata seorang preman, baru saja aku akan memberikan bogem tinju, dia sudah mendapatkan nya duluan dari Zafran.

Namun kemudian preman itu tak mau kalah, dia ikut meninju ujung bibir zafran dan juga pelipisnya. Masyarakat sekitar yang menyadari langsung melerai dan aku membawa Zafran masuk kedalam mobil.

"Biar aku yang bawa mobilnya" ucapku panik. Wajah zafran seketika babak belur, darah mulai keluar dari sudur bibir dan pelipisnya.
Dia meringis, aku yang melihatnya tak tega dan sudah pasti merasa bersalah langsung menancap gas pulang.

*#*#*#

Seru ngga sih?
Ngga seru yah?
Ngga dapet feelnya yah?
Penasaran ngga sih sama ceritanya?
Tapi makasih yaaa untuk kalian yang setia baca💕💕💕

DealovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang