Six

87 4 0
                                    

Rinjani POV

Kembali lagi di mobil, tentunya cuma aku sama Zafran.
"Maafin gue Rin" ucapnya.

"Mau kemana?" tanya ku mengalihkan. "Rin maafin gue" ucapnya lagi memaksa di ladenin. Aku diem.

"Rin gue bilangin bunda nih" ancamnya. Aku melotot kearahnya tapi masih bungkam.

"Ya maafin gue makanya" ucapnya memohon.

"Ya" jawaabku singkat.
Dia terlihat tersenyum puas dan langsung menyalakan mesin mobilnya. Aku masih kesel kali Ran!

"Elo ngekos?" tanyanya. Aku mengangguk. "sendirian?" tanyanya lagi.

"Kalo bareng keluarga namanya pindah rumah!" jawabku ketus. Dia malah tertawa. Aku tuhh marahhhhh Zafraaaaannn!!

"Kenapa ngekos? Orang tua lo dimana? Kenapa elo ngga sekolah disana?"

"Di Yogyakarta. Aku pengen disini" jawabku. Dia membentuk huruf o dibibirnya tanpa suara.

"Mau kemana kita?" tanyaku.

"Ke alun-alun aja yukk kayaknya enak duduk-duduk jajan" jawabnya. "Itu muka kamu gapapa di bawa ke alun-alun?" tanyaku lagi. Dia menyeringai kecil. "Gapapa" jawabnya.

Tak lama ferari Zafran berhenti di parkiran alun-alun. Kami turun dan mulai mencari angkringan. Sepanjang jalan banyak orang memperhatikan kami, lebih tepatnya mempeerhatikan Zafran. Bagaimana tidak? Wajahnya masih terlihat sangat memar. Tapi zafran asik-asik aja seolah olah nggak ada orang disini dan nggak ada yang memperhatikan dia.

"Ran?"

"Hmm"

"Kamu kayaknya jadi pusat perhatian"

"Wajar. Gue ganteng"

Bukkk!! Zafran tersandung.

"Hati-hati Zafran, makanya jangan ketinggian kalo bicara" ucapku sambil tertawa. Dia malah masih tampak stay cool seakan tidak terjadi apa-apa. Dasar!

"Disini aja" ucapnya.

"Hey Ren!" sapaku pada Reno yang ternyata ada disini juga.
Reno terlihat terkejut melihatku datang bersama Zafran. Zafran pun sama. Malah Zafran terlihat tak suka pada Reno.

"Hei" balasnya. Kaku.

"Ran kenalin ini Reno sahabatku" ucapku. Bukan nya menyapa atau memberi senyum, Zafran malah memasukan kedua tangan nya kedalam saku celana dan pergi menjauh.

Ada apa?

"Udah Rin, lanjut sana nugasnya. Haveee fuuunnn" seru Reno seolah mereka saling kenal dan saling tau karakter masing-masing keduanya.
Aku yang tak mengerti menurut saja untuk mengejar langkah Zafran.

"Zafran!" teriakku memanggilnya. Dia menoleh.

"Kamu kenapa? Kamu kenal Reno?"
Tanyaku. Dia diam tak menjawab.

"Zafran aku nanya loh" ucapku lagi. "Gue nggak suka sama tuh anak!" jawabnya ketus.
"Kenapa? Kamu kenal?" tanyaku.
"KALO GUE BILANG NGGAK SUKA YA NGGAK SUKA!!" jawabnya membentak. Aku mundur selangkah, banyak orang memperhatikanku dan Zafran.

"Elo mau jajan sama gue atau mau bahas terus tuh anak?" tanyanya lagi. Kenapa dia sensitif sekali soal Reno?

"Kita makan siomay yukk, disana ada siomay enak lohh. Yukk.. Yuukk" ajak ku. Aku berusaha seasik mungkin nanggepin sikapnya walaupun nano-nano.. Zafran nurut mengikuti langkahku.

"Bang bikin 2 yah" ucapku memesan.

"Rin eskrim enak kali yah?" ucapnya. Kali ini suara nya lembut sekali. Sangat berbeda dari yang tadi.

"Kamu mau eskrim? Yaudahh okee kita makan siomay dulu abis itu kita beli eskrim yaa?" jawabku. Dia mengangkat satu jempolnya dengan senyum merekah.

Coba deh kalian bayangin. Jalan bareng anak kuliah yang rasanya kayak jalan bareng anak TK?
Zafran bener-bener abstrak. Sikap dan sifatnya mudah berubah. Persis kayak anak kecil.
Pemarah sekaligus manja.

Zafran mulai melahap siomay nya dengan cepat. Entah karna dia ingin cepat membeli eskrim atau apa aku juga tak paham.
"Ran pelan" ucapku namun dia pura-pura tak mendengar.

"udah selesai, yuk beli eskrim" ucapnya. Aku menatapnya aneh. Iya memang aneh, untuk membeli eskrim saja dia bersemangat padahalkan dia nggak akan kehabisan eskrim disini. "okee ayo" jawabku. Kita melanjutkan jalan malam nya, mencari eskrim. Memang sih sepanjang alun-alun ini aku dan zafran belum menemukan yang jualan eskrim.

"Kok nggak ada yang jual eskrim Rin?" tanyanya mulai panik. Wah bahaya nih.

"Cari di minimarket aja pasti ada Ran, yuk!" sahutku sambik menarik tangannya untuk ikut ke parkiran mobil, dia menurut saja.

Sesampainya di minimarket Zafran menunggu di mobil sedangkan aku yang masuk untuk membeli eskrim. Tentu saja. Aku kan pergi bersama anak kecil.

"Nih eskrimnya"

"makasih ya"

"makasih kembali Ran"

Aku dan Zafran duduk diatas kap ferarinya. Menikmati eskrim dan melihat kendaraan-kendaraan lain kesana kemari. Zafran terlihat bahagia sekali makan eskrimnya. Aku yang melihatnyapun entah sudah berapa kali mengembang senyum mengumpat.

"Elo punya saudara kandung Rin?" tanyanya tiba-tiba. Aku diam

"Elo anak sematawayang juga?" tanyanya lagi. Aku menggeleng. Dia terlihat mengkerutkan keningnya bingung.

"Aku punya kaka laki-laki seumuran sama kamu" ucapku.

"Wihhh.. Seru deh kayaknya kalo gue kenal sama kakak lo, kenalin kali Rin" jawabnya semangat.

"Kakak ku udah meninggal Ran" ucapku pelan, dia berhenti menyuap eskrimnya menatapku.

"Yahhh.. Rin maafin gue, gue nggak tau" ucapnya merasa salah.

"Gapapa kali Ran, udah satu tahun yang lalu ko. Ran pulang yuk udah jam 9 aja nih" ucapku.

"oh iya, yuk"

Kami kembali kedalam mobil dan Zafran akan mengantarku pulang.
20 menit aku sampai di kosan.

"Rin" panggil zafran, aku yang hendak membuka pintu mobil terhenti dan menatapnya. "Makasih yaa buat hari ini" sambungnya dengan senyum. Aku pun ikut tersenyum. "Makasih kembali Ran, kamu pulang nya hati-hati ya" jawabku

"Rin?" panggilnya lagi. "Kenapa Zafran?" jawabku.
"Masih ada 2 hari lagi kan?" tanyanya dengan wajahnya yang penuh harap. "Iya zafran 2 hari lagi" jawabku kemudian turun dari mobil.

Aku menunggu mobilnya berjalan hingga benar-benar hilang dari gang kosan ku.

Zafran yah? Gumamku.

*#*#*#*

Hai hai hai..
Masih stay kan di Dealova?
Makasih yaa yang udah mau bacaaa😘😘😘

DealovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang