Four

81 5 0
                                    

Sesampainya dirumah, aku menuntun Zafran kekamarnya, dan memerintahkan bibi untuk mengambil kompresan dan kotak obat.

"Kamu tuh ya kenapa sih bego banget? Kenapa kamu nonjok dia coba? Harusnya aku aja yang bales" ucapku sambil mengelap darahnya dengan handuk kecil.

"Kok gue malah di marahin? Gue tuh nolong lo!!" jawabnya sambil sesekali meringis.

"Iya tapi kamu jadi begini Zafran, coba kalo aku yang nonjok tuh preman ngga bakal bales nonjok aku! Sekarang coba liat, kamu babak belur zafran!! Nanti gimana kalo aku ditanya bu Sinta anak kesayangannya babak belur begini gara-gara aku! " bentakku yang kini sambil memberi betadine di lukanya.

"Pelan-pelan rin sakit!" ucapnya yang masih bisa bicara dengan nada tinggi padaku.

"Maaf Ran, aku panik". Ucapku. Zafran menatapku, mata kita bertemu.

"Udah selesai, sekarang kamu istirahat" sahutku mengalihkan tatapannya sambil merapihkan kembali kotak p3k.

"Lo disini aja, jangan pulang" ucapnya pelan. Aku menoleh kearahnya, matanya terlihat sayu. Tanpa menjawab, aku duduk di sisi tempat tidurnya.

Matanya mulai terlelap, aku merasa sedikit lega. Aku tau niat dia tadi itu baik mau menolongku tapi kalo tau jadinya begini yaa aku nyesel juga jadinya ditolong dia.

Zafran semakin terlihat tampan dengan wajah polosnya yang terlelap. Aku tidak munafik. Dia memang tampan tapi entahlah aku sulit untuk melihatnya dengan hati. Setelah kejadian setahun yang lalu, yang membuatku sulit lagi mempercayai pria manapun.

Ponselku berdering, aku berjalan sedikit menjauh dari tempat tidur zafran dan mengangkat telefon yang ku tau itu dari Dinar.
|"Ya nar kenapa?"| ucapku pelan.

|"...."|

|"Aku masih sama Zafran"|

|"...."|

|"iyaa zafran nya lagi tidur makanya aku bisik-bisik gini"|

|"...."|

|"Ah rese kamu mikirnya. Udah ah bye!"|
Telefon terputus.

Aku menoleh kearah zafran, ternyata dia masih terlelap.
Jam sudah menunjukan pukul 3 sore, sekolah pasti sudah dibubarkan dan bu sinta akan pulang tepat waktu hari ini.

Aku masih terus memikirkan bagaimana nanti jika bu sinta melihat anak sematawayangnya babak belur begini. Pasti aku kena marah. Duhh.

Terdengar bel pintu rumah berbunyi, aku yakin itu bu sinta. Pasti dia mencari anaknya. Pasti.
Aku keringet dingin. Takut kena marah. Pasti kena marah.

Kriiieeettt.. Bu sinta membuka pintu kamar Zafran. Terkejut.

"Rin, zafran kenapa?" tanyanya sambil kemudian menghampiri zafran yang masih tertidur.

"Mmm.. Maafkan saya bu, tadi sewaktu kami jalan-jalan ada preman yang mengganggu saya kemudian Zafran menolong saya dengan menonjok preman itu tapi ternyata malah preman itu juga menonjok Zafran sampai akhirnya begini. Maafkan saya bu" jelasku menunduk.

Bu sinta yang tadinya terlihat khawatir malah sekarang mengembangkan senyum di bibirnya dengan masih terus menatap anak nya itu sambil mengelus rambutnya.

"Bu, apa ibu marah sama saya?" tanyaku. Kemudian bu sinta beranjak dan menghampiriku.
"sudah ibu bilang kan? Dia anak yang baik" jawabnya masih dengan senyum yang sama kemudian dia berjalan kearah pintu kamar Zafran dan keluar.

Aku menatapnya aneh, aku pikir dia akan memarahiku tapi ternyata dia hanya begitu.
"Rin?" panggil zafran yang sedikit membuatku terkejut. "Eh hai, kamu udah bangun?" ucapku menghampirinya.

"Ngomong-ngomong lo sama gue tuh lebih tua gue, kok lo manggil gue kamu-kamu aja. Nggak ada sopan-sopan nya" ucapnya. Iyaa juga yaa haha aku juga baru menyadarinya.

"Terus kamu mau dipanggil apa sama aku? Kaka? Nggak pantes ah. Om aja gimana?" ucapku asal.

"Enak aja. Muka gue masih terlalu muda buat di panggil om" jawabnya diselingi tawa keras.

"Lucu?" tanyaku dengan menaikan sebelah alisku dan resmi membuatnya berhenti tertawa dan menatapku tanpa ekspresi.

Aku tertawa dalam hati melihatnya seperti itu.

"Ehh lo mau kemana?" tanyanya ketika aku hendak melangkah keluar. "Mau ke bibi, bete aku Ran hampir seharian sama kamu" ucapku.

Zafran POV

Gue terjaga dari tidur gue setelah gue denger ada suara bunda tapi setelah gue buka mata, bunda udah keluar dari kamar gue.
Gue liat Rinjani disisi tempat tidur, gue panggil dia.
"Rin?"

"Eh hai, kamu udah bangun?" tanyanya kemudian berjalan menghampiri sisi tempat tidur gue.

"Ngomong-ngomong lo sama gue tuh lebih tua gue, kok lo manggil gue kamu-kamu aja. Nggak ada sopan-sopan nya" ucap gue. Dia terlihat mengkerutkan keningnya.

"Terus kamu mau dipanggil apa sama aku?  Kaka? Nggak pantes ah. Om aja gimana?" jawabnya datar.

"Enak aja. Muka gue masih terlalu muda buat di panggil om" jawab gue diselingi tawa keras.

"Lucu?" tanyanya dengan menaikan sebelah alisnya dan resmi membuat gue berhenti tertawa dan menatapnya tanpa ekspresi.

Gue baru nemuin perempuan kayak dia yang bener-bener nggak ada tertarik-tertariknya sama gue. Rinjani terkesan cuek tapi masih ada rasa peduli. Gue tau rin, lo kesel sama sikap gue tapi gue suka godain perempuan seaneh lo ini.

"Ehh lo mau kemana?" tanya gue ketika melihat Rinjani hendak melangkah keluar. "Mau ke bibi, bete aku Ran hampir seharian sama kamu" ucapnya kemudian melanjutkan langkahnya.

Masih ada 2 hari lagi Rin..

*#*#*#*

Yipiiiiiii.. Penasaran ngga sama alur ceritanya?
Aku sih penasaran wkwk.
Baca terus yahh.. Loveyou readers😍😍

DealovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang