Nine

63 3 1
                                    

"Elo harus jadi pacar gue" jawabnya spontan.

"Pacar?" dia mengangguk.

"Yaa terserah lo sih, asal elo tau aja. Gue bisa lakuin apa aja yang gue mau" ucapnya tanpa perasaan salah sama sekali.

"Ran, aku disini karna Bu Singa yang minta" jawabku. "Terserah lo" sahutnya kemudian menidurkan badannya dan membelakangiku.

Aku menghembuskan nafas kasar. Syarat nggak masuk akal itu membuatku ingin membunuhnya. Dasar pria tidak tau terimakasih!

Kenapa Zafran menjadi sosok yang sangat menyebalkan belakangan ini? Atau ini memang sikap aslinya?

Aku terduduk di sofa menatap punggungnya yang membelakangiku. "Ran, kamu itu baik, tapi sulit untukku" gumamku kemudian aku berjalan keluar menyegarkan pikiranku.

Aku rindu Reno dan Dinar, kira-kira jam segini mereka lagi apa yaa? Aku mencoba menghubungi Dinar tapi nomor nya sedang dialihkan dan Reno malah tidak aktif.

Pffttt.. Bosan sekali malam ini.

Aku duduk di taman persis belakang kamar inap Zafran.
Menyaring ucapan terakhir zafran, pria itu sungguh membuatku bingung.

Sejauh ini dia tidak pernah bicara soal perasaan apapun padaku tapi dengan mudahnya memintaku untuk menjadi kekasihnya.

Semua cowok memang sama saja.

Jam sudah menunjukan pukul 9 malam, pantas saja aku sudah sangat mengantuk. Aku kembali ke kamar Zafran, dan merebahkan tubuhku di sofa. Aku tertidur.

***

Aku kembali terjaga dari tidurku. Sudah pukul 5 pagi, ketika aku membuka mata sudah ku dapati bu sinta tengah berdiri di sisi tempat tidur zafran.

"Bu?" panggilku. "Ya? Kamu sudah bangun?" tanyanya. Aku mengangguk.

"Bu saya mohon izin untuk pulang sebentar saja, saya ingin mengganti pakaian saya" ucapku.

"Oh iya boleh Rin hati-hati yaa" jawabnya.

Aku pulang menggunakan taxi. Sesampainya di kosan aku segera bergegas untuk mandi dan kembali bersiap-siap.

Zafran POV

"Bun, Rinjani mana?" ucapku ketika menyadari Rinjani nggak ada di kamarku.

"Dia lagi pulang nak, mau mandi katanya. Nanti kesini lagi ko" jawab bunda, aku mengangguk mengerti.

Mengingat ucapan ku semalam bahwa aku meminta Rinjani untuk menjadi pacarku. Emhh.. Bukan meminta sepertinya kedengaran nya lebih ke memaksa. Aku yakin dia tidak akan menolak, dia pasti menerima saja.

Entahlah apa yang membuatku tertarik padanya, mungkin karna dia perempuan pertama dari sekian banyaknya yang tidak tertarik denganku.

Dia tau aku tampan tapi dia tidak tertarik.
Dia tau aku mapan tapi dia juga tidak tertarik.

Aku terduduk menatap kearah pintu, baru beberapa menit di tinggal, aku sudah merindukannya.

R

injani POV

Aku sudah sampai lagi dirumah sakit, aku segera menuju kamar Zafran. Pasti dia sudah bangun.

Aku mempercepat langkahku hingga tak sengaja.

Brukkk..

"Maaf.. Maaf kan saya.. Saya sedang buru-buru tadi" ucapku pada seorang wanita yang sepertinya usianya beberapa tahun diatasku.

Ya. Aku menabraknya hingga kami sama-sama terjatuh.

"Ah tidak apa-apa" jawabnya. Aku terbangun kemudian membantunya berdiri.

Aku melanjutkan jalanku menuju kamar Zafran.

"Pagi" sapaku. Dia tampak buang muka.

"Kamu kenapa?" tanyaku. Dia diam.

"kenapa keluar tanpa izin gue?" ucapnya. Aku mengkerutkan keningku mendengar jawabannya.

"Gue ini pacar lo, lo wajib meminta izin dari gue" ketusnya. Aku menepuk keningku pelan.

Aku baru ingat ucapannya semalam. Yap. Dia memaksa ku untuk menjadi kekasihnya.

"Tapi Zafran, kamu kan tadi tidur. Aku ngga tega bangunin kamu, kamu kan lagi sakit" jawabku tenang.

Aku terkejut melihat ekspresinya. Raut wajah marahnya berubah seketika. Kini terlihat lebih lembut. Mungkin jawabanku tadi meluluhkannya.

"Eh Rinjani udah sampai aja" ucap bu sinta yang keluar dari kamar mandi.

"Eh iyaa bu" jawabku.

"Sudah sarapan kamu?" tanya bu sinta lagi. Aku mengangguk.

"Nah, hari ini kan hari terakhir kamu menemani Zafran, ini materi pembelajaran untuk kamu yang tertinggal selama kamu tidak disekolah" sahut bu sinta sambil menyerahkan sebuah flashdisk padaku.

"Terimakasih bu" jawabku.

"Oh iya Ran, nanti sore kamu udah boleh pulang" ucap bu sinta lagi.

"Oh ya bu? Sore ini Zafran bisa pulang?" tanyaku. Zafran malah diam

"Iyaa tadi dokter sudah memeriksanya, kondisinya sudah sangat membaik" jawab bu sinta.

Aku menghela nafas lega, setidaknya meski dia sudah menjadi kekasihku, aku tidak akan terlalu sering bertemu dengannya.

"Rin?" panggil Zafran.

"Iya Ran?" jawabku menatapnya.

"Lo punya gue kan Rin?" tanyanya. Aku diam. Menatapnya tanpa ekspresi, kemudian aku menunduk.

"Rinjani?" panggil nya lagi.

"Kamu istirahat dulu yah Ran, nanti sore kan kita pulang" jawabku mengalihkan.

"Ran.. Entah perasaan apa yang tengah berkecamuk dihatiku ini? Sebenarnya bisa saja aku mencintaimu bahkan sebelum kamu mencintaiku lebih dulu. Tapi aku butuh waktu Ran.."

Zafran kembali tertidur, wajahnya betul-betul tampan. Aku menaikan selimut hingga menutupi dada bidangnya, menatapnya dengan separuh ragu, pertimbangan dan perasaan cemas.

DealovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang