12/

2.1K 66 4
                                    

Aku merindukanmu
dengan mata yang lelah dan lambung yang lemah; berdamai dengan kantuk demi menulis puisi kepadamu
sementara berliter-liter bir mengalir dari bibirku yang kecil menuju lambungku yang lemah--mencintaimu

Gerimis turun malam ini, sayangku
mengingatkanku sekali lagi, tentang suaramu yang kuibaratkan pada puisi ini sebagai rima
angin berhembus dari sela-sela jendela kamarku, sayangku kurasakan sepi lebih dingin daripada bibir siapa pun yang pernah kukecup, kecuali bibirmu; ruh puisi yang memberi makna pada hidup, hidupku.

Aku ingin kau kembali, dan menemukanku, barangkali di antara ruang-ruang hatimu
atau kau bisa menemukanku di dalam puisi ini sebagai seorang penyair yang menghayati bunuh dirinya sendiri

Aku ingin kau mengingatku sekali lagi
meski dengan tertatih
Sebab ingatanmu adalah sebaik-baiknya rumah bagi kepulanganku.


-amaasiapa

Bogor, 2016.

Merayakan kehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang