3.Sahabat

110 22 10
                                    

"Mungkin aku yang bodoh, aku ingin bersamanya tetapi tidak memperjuangkannya." - Gibran Ananda

-Breathtaking-

Pria ini duduk dimeja belajarnya sambil menggerakkan tangannya yang mengapit sebuah pena di secarik kertas. Pandangannya lurus kedepan, pikirannya kosong, ntah apa yang ada dipikirannya sekarang. Hingga suara ketukan pintu kamarnya membuyarkan lamunannya. Dia berdiri mencoba menggerakkan kakinya satu persatu kearah pintu, diputarnya knop pintu dan ditariknya pintu itu kedalam. Muncul lah wanita paruh baya setelahnya. Wanita itu adalah Lina, bundanya Gibran.

"Eh bundaa, kenapa bun?" tanya Gibran setelah mengetahui bahwa yang mengganggu aktivitasnya adalah wanita yang sangat dicintainya, bundanya.

"Bunda cuma mau ngasi tau sama kamu kalo papa ada pertemuan dengan rekan kerjanya nanti malam dan kita harus ikut, sekalian silaturahmi keluarga, kamu ikut ya sayang" ucap bundanya sembari tersenyum lalu mengelus puncak kepala Gibran. Gibran adalah anak tunggal, jadi wajar saja jika bundanya memanjakannya.

"Oke bunda, jam berapa? Jam 4 sore ya?" tanya Gibran sembari menaik turunkan alisnya. Pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Gibran diselingi tawa pelan dari bundanya, bagaimana tidak? Ini saja sudah jam 5 sore dan jelas jelas bundanya mengatakan bahwa pertemuan nya diadakan malam hari bukan sore hari.

"Jam 8 malam sayang, kamu becanda terus deh, mandi gih kamu, bau tau" ucap bundanya sembari menutup hidung sambil tertawa, Gibran hanya memanyunkan bibirnya dan segera mengambil handuk lalu masuk kekamar mandi. Lina sampai menggeleng geleng kan kepala melihat tingkah anak semata wayangnya itu.

***

Franda tergeletak malas dikasur king size nya, menggeser geserkan tubuhnya kekanan dan kekiri untuk mendapatkan posisi nyaman. Namun hasilnya nihil, suara dering ponsel membuat Franda berdecih . Dia berdiri dan mengambil ponselnya diatas nakas, dilihatnya nama Gaga dilayar ponselnya kemudian dia menggeserkan tombol hijau. Disebrang sana terdengarlah suara yang sangat dikenalinya, Gaga.

"Halo sayang, kamu sibuk gak nanti malem?" suara Gaga memulai percakapan tidak langsung mereka itu.

"Gatau" jawab Franda cuek, bahkan cuma satu kata saja.

"Cuek banget sih" Mendengar jawaban Franda yang cuek, suara Gaga menjadi memelas.

"Yauda iyaiya, emang kenapa?" Franda melembutkan suaranya.

"Dinner yuk, hitung hitung first date hehe" ucap Gaga bersemangat sambil tertawa pelan.

"Liat ntar malem ya, aku gabisa janji" ujar Franda.

"Yauda iya, usahain ya sayang, bye muaah" ucap Gaga dengan suara menirukan suara memberikan cium jauhnya itu, membuat Franda terkekeh geli dan mematikan sambungannya.

Tak lama setelah Franda mematikan telepon, ada pesan masuk diponselnya. Pesan itu dari pria yang sangat dicintainya, ayahnya.

Franda sayang, nanti malem jangan kemana mana ya. Ayah mau kamu ikut ayah, ayah ada pertemuan sama rekan kerjanya ayah. Ayah tau kamu gabakal nolak ayah, jam 8 harus sudah siap siap, see you:)

Franda memang tak bisa menolak apa yang dikatakan ayah dan bundanya, tak ada pilihan lain lagi, dia harus membatalkan dinnernya dengan Gaga. Franda hanya membalas pesan ayahnya bahwa dia setuju atas apa yang dipinta ayahnya.

BreathtakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang