"Aku ingin mencintaimu tanpa banyak khawatir. Tenang, tanpa takut hancur diakhir"
-Breathtaking-
Gibran, yang hanya dikenal dengan pria polos disekolahnya hari ini akan menyatakan perasaannya kepada wanita yang telah dikaguminya sejak lama, Franda. Ia tak peduli reaksi Franda setelahnya, setidaknya ada perasaan lega didalam dirinya setelah mengungkapkan semuanya.
Namun sebelum melakukannya, ia tetap melaksanakan shalatnya dan berdoa semoga apa yang dilakukannya ini tidaklah salah. Gibran hanyalah pria polos yang selalu mendengarkan apa kata bundanya, bisa dibilang anak mami, eh bukan, anak bunda. Tapi bukan berarti dia manja, dia sangat mandiri, terlebih lagi anak semata wayang bundanya.
Ayahnya, Defaka ananda, seorang CEO diperusahaan ternama seindonesia. Defaka sudah menimang nimang keputusannya agar Gibran yang akan meneruskan perusahaannya setelah lulus kuliah nanti, tanpa pikir panjang Gibran pasti menerimanya.
Sikap boleh polos tapi wajah tetap tampan, siapa yang tau bahwa pria tampan dengan mata sipit ini mempunyai sikap sepolos plastik hehe. Tapi semenjak mengenal cinta, kepolosannya otomatis akan berkurang, ah you know lah.
***
"Fran temenin gue beli susu kotak dong" bujuk Gibran kepada Franda yang sibuk mencari cari novel terbaru yang akan ia baca karena memang stok novel nya sudah terbaca semua olehnya.
"Beli sendiri dong Gib, gue sibuk nih" ucap Franda yang terus menyelusuri rak buku sembari melihat lihat sampul yang menarik.
"Ishh parah banget, besok gue beliin novel terbaru deh" Gibran masih dengan bujukannya.
"Beneran?" Kini Franda menatap Gibran dengan wajah sumringah.
"Iya beneran"
"Janji?" Franda mengangkat jari telunjuknya yang diikuti Gibran setelahnya, kemudian jari mereka berpadu menjadi satu.
"Janji" ucap Gibran mantap.
Setelah itu mereka keluar dari toko buku dan langsung bergegas menuju swalayan yang memang hanya bersebrangan dengan toko buku. Gibran melirik kekanan dan kekiri, begitu juga Franda. Tanpa diperintah tangan Gibran langsung menggengam tangan Franda. Franda sempat tersentak dan melihat tangannya yang digenggam oleh Gibran, lalu beralih melihat wajah Gibran, Gibran hanya membalas dengan senyumannya yang manis itu.
Dan disinilah mereka, tempat yang menjadi andalannya ketika tak tau arah lagi, apa lagi jika tidak taman kota. Mereka duduk disebuah kursi panjang berwarna putih dibalik pohon, tempat yang memang pernah menjadi saksi kedekatan mereka.
Gibran menyesap susu kotaknya yang ke-8, tanpa pernah merasa muak atau bosan meminum puluhan kotak susu disetiap harinya.
Tanpa disangka sangka dan tanpa diduga duga, Gibran mengeluarkan sebatang coklat bermerk dari kantong plastik yang memang sengaja ia beli sewaktu membeli susu kotak diswalayan tadi. Ia menyembunyikan tangan kanannya yang sedang menggenggam coklat dibelakang punggungnya.
"Fran" merasa nama penggalannya dipanggil, Franda langsung menoleh.
"Hem?" Ia hanya berdehem sambil mengangkat alisnya.
"Gue boleh ngomong gak?" Pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Gibran tanpa diperintah.
Franda tampak kebingungan "dari tadi bukannya lo udah ngomong ya" Gibran menggaruk tengkuknya yang memang tidak gatal sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathtaking
Teen FictionSerumit pelajaran Matematika, jika dipahami maka akan mudah saja, percayalah. 05 April 2017 Tertanda, Atika Noviana Efendi