"Telah lama memendam perasaan, menutupi rasa cemburu yang kian lama seperti membunuhku, memendam segala perhatian yang ingin ku berikan padamu secara berlebihan. Rasa yang kuharap besok menghilang malah terus berkembang tanpa pernah aku pinta."
-Breathtaking-
Sedari tadi wanita bernama Franda ini menguap, ia benar benar mengantuk sekarang ini. Pelajaran kimia tentang Reduksi dan Oksidasi ini membuat kepalanya pusing tujuh keliling. Ia menatap keluar pintu, bertepatan dengan seorang pria yang sedang berdiri disana. Mata Franda yang awalnya sulit untuk terbuka karena benar benar mengantuk, kini terbuka lebar, berbinar.
Franda ingin keluar dari kelas membosankan itu, kemudian dia bangkit dari duduknya dan mengangkat tangan kanannya. "Buk, saya mau permisi ketoilet, boleh buk?"
Guru yang biasa dipanggil dengan panggilan buk Ros itu mengangguk mantap. "Yasudah, jangan lama lama kau ya, kalok kau ketinggalan penjelasan, ko bujuk la kawan kau biar dijelaskannya sama kau ya" ucap guru itu dengan logat bataknya.
Franda berjalan menuju pintu kelas dengan mata berbinar, toilet memang sudah menjadi alasan setiap murid yang ingin keluar kelas, ia tak benar benar ingin pergi ke toilet, hanya alibinya saja.
Franda berjalan mencari dimana pria yang tadi berada didepan kelasnya, namun tak kunjung ditemukannya. Kemudian ia berjalan kearah lapangan basket, mangambil bola basket yang tergeletak bebas dilantai lapangan berwarna biru tua itu, lalu men-dribble nya secara terus menerus, kemudian ia mulai melompat dan melemparkan bola ke ring, alhasil bola tepat masuk ke ring, Ia bersorak gembira.
Guru tua berkacamata dengan logat batak yang selalu menjadi ciri khasnya itu sedang berjalan kearah Franda, tangannya sudah sangat gatal ingin menjewer telinga anak murid nya yang kelewatan itu. "Heh Franda, gak ada otak kau ya, kau tokohin pulak aku. Kau bilang kau mau ke kamar mandi, rupanya maen basket kau disini. Uda besar kau mau nokoh samaku ha?"
Percayalah, bahasa batak memang terkenal dengan bahasa kasarnya, tetapi masih dalam batas wajar.Franda meringis kesakitan, telinganya langsung memerah akibat dijewer oleh wanita paruh baya ini. "Ampun buk sakit, awww."
"Halah, saket saket, kau buat jugak. Lari lapangan kau 20 kali putaran!" perintah buk Ros.
"Aelah buk, kebanyakan itu mah, 3 putaran aja ya buk ya" Franda memohon.
"Kepala kau, kau kira kau lagi belik cabe, mau nego pulak kau, tapi yasudahlah, lagi baek aku ya, 5 putaran sajalah."
Franda bersorak. "Terima kasih buk Ros yang cantik nan baik hati"
"Awas aja kau buat lagi ya, tak ku kasi ampon kau, tengokla!"
Franda hanya terkekeh mendengar ucapan guru yang tak lagi muda itu.
Dia mulai berlari mengitari lapangan. Baru 2 putaran, tetapi peluh sudah membasahi dahi nya, hembusan nafasnya semakin menggebu gebu seiring kakinya yang berlari mengitari lapangan sekolah yang luasnya cukup besar. Detak jantungnya beradu dengan sangat cepat, ia memegang dadanya sakit, sangat sakit sekali. Ia meringis, pandangannya mulai tak jelas, semuanya hitam, dan ia tak tau lagi apa yang telah terjadi.
***
Wanita yang sudah terkulai lemas dengan wajah pucat pasi yang berbaring diranjang UKS ini mulai mengerjapkan matanya sedikit demi sedikit. Matanya langsung waspada menangkap rangsangan disekelilingnya, ia bernafas lega, ternyata ia sedang berada di UKS.
"Tenang, lo aman. Ga ada penjahat yang mau nyulik cewe jelek kaya lo."
Franda melirik sipemilik suara yang datang secara tiba tiba. "Ah lo rupanya Gib, gue kira setan, soalnya muka lo mirip banget sama setan" ucap Franda sembari terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathtaking
Teen FictionSerumit pelajaran Matematika, jika dipahami maka akan mudah saja, percayalah. 05 April 2017 Tertanda, Atika Noviana Efendi