"Layaknya perjalanan hidup, tidak ada hal yang dilakukan semudah mengedipkan mata, semua butuh proses, butuh tahap demi tahap untuk sampai pada tujuan"
"Move on? Simply. Delete 'L' from 'LOVER' and realize it's OVER" (seharusnya gini hehe)
-Breathtaking-
Seorang pria masuk kedalam rumah besar dengan penuh keraguan, matanya menerawang kekanan dan kekiri beriringan dengan wanita disebelahnya yang menuntunnya untuk masuk kedalam rumah yang sudah tak asing baginya, tapi sangat asing bagi pria ini.
Bersamaan dengan itu sepasang suami istri menuruni anak tangga dengan o senang hati sambil melihat kearah pria dan wanita yang sedang berjalan masuk kedalam rumah itu.
"Bara" ucap pria paruh baya yang umurnya sudah sekitar 40 tahunan seraya merentangkan kedua tangannya, berharap bahwa ia bisa memeluk pria yang baru menginjakkan kaki di rumahnya itu.
"Ayah" pria bernama Bara itu langsung ikut merentangkan kedua tangannya dan mendekap erat pria paruh baya yang ia panggil dengan sebutan 'ayah'.
"Kamu sudah kembali nak" mereka sama sama melepaskan pelukan yang berlangsung satu menit, dan saling bertatapan melepas rindu.
"Iya yah, Bara sudah disini. Untuk ayah, mama, Imel, dan juga almarhumah ibu"
"Makasih nak, ayah yakin sekali sekarang ibu kamu sudah bahagia melihat kamu bahagia dan melihat kita berkumpul disini" pria paruh baya itu hampir meneteskan air mata harunya.
"Tidak perlu mengatakan itu yah, ini sudah seharusnya, bahkan harusnya Bara yang meminta maaf yah"
"Tidak nak, sudahlah, kita sudah berkumpul disini, mau apa lagi" pria itu tersenyum senang, akhirnya keluarganya lengkap dan putranya mau kembali kerumahnya.
***
"Mil gimana hubungan lo sama kak Bara?" tanya Imel, mereka berempat sedang berduduk duduk manja disebuah cafe yang memang menjadi tempat andalan jika setelah pulang sekolah begini.
"Baik baik aja" jawab Milly santai.
"Mil" Imel memanggil lagi.
"Gue uda tau Mel, tentang apa yang terjadi. Gue gak nutup mata atas apa yang terjadi sama pacar gue sendiri. Dan lo, lo malah ngerahasiain ini semua dari gue, percuma." Ucap Imel ketus.
"Bukan begitu Mill, semua terasa berat. Disatu sisi lo sahabat gue, dan disisi lain ayah gue. Gue harus bisa nyesuain keadaan, Bara itu emosian, dan lo tau itu" Imel melirik Franda dan Azizah yang hanya diam, seolah mengode mereka agar membantu Imel menerangkan apa yang terjadi kepada Milly.
"Mil, Imel benar. Ini juga demi kebaikan lo. Kita semua tau kalo lo itu emosian, sama hal nya dengan kak Bara. Kalian itu pacaran, lo pasti marah karna gak pernah dikasi tau hal yang begitu penting didalam hidup pacar lo dan sahabat lo. Imel harus pintar mengolah emosinya Bara, makanya dia gak mau lo ikut campur dulu. Dan gue fikir biarin Imel nyelesain masalah keluarganya dulu, baru kita kasi tau lo semuanya" kali ini Franda pula yang berbicara.
"Gue ngerti, ngerti banget malah. Tapi disini gue seolah ga dihargain. Seharusnya gue tau semua ini dari awal, dan gue pasti bisa nahan diri untuk gak ikut campur masalah ini." Ujar Imel lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathtaking
Teen FictionSerumit pelajaran Matematika, jika dipahami maka akan mudah saja, percayalah. 05 April 2017 Tertanda, Atika Noviana Efendi