Tangisan

201 18 0
                                    

Belum lama aku terlelap, terdengar suara dari ponsel ku yang menandakan satu pesan line masuk aku merogoh saku ku mengambil ponsel.

Gion
Ikut gue.

Ke mana?

Read.

Aku menoleh ke arah Gion, dia berdiri dan bergegas keluar. Setelah dia keluar, aku keluar mengikutinya.

Kami saling diam, berjalan dengan jarak di tengah kami, Gion duluan.

Belakang gedung sekolah.

"Kenapa?" Aku bertanya padanya.

Dia terdiam, memandangku datar.

"Kenapa?" Kedua kalinya.

Dia tetap diam, menatapku datar.

"Kenapa, sih?" Ketiga kalinya dan aku merasa gemas.

Dia melepaskan sebelah earphone nya dari telinganya dan memberikannya padaku.

"Pake" ucapnya.

Dia beralih ke ponselnya untuk mencari lagu yang nyaman untuk didengar.

Dan terdengarlah sebuah lagu, nyaman sekali, aku merasa sedikit tenang. Aku memejamkan mataku sebentar dan menarik napas perlahan.

Gion menatapku dan dia berbicara sedikit yang sama sekali tidak aku dengar.

Sekitar 4 menit aku mendengarkan musik itu dan aku tersenyum kepada Gion.

Aku menyabut sebelah earphone miliknya dan mengembalikannya.

"Makasih"

Aku kembali tersenyum, aku tidak bisa menyembunyikan senyumku di depan Gion.

Gion mengangguk dan melenggang pergi meninggalkanku sembari memasang kembali earphone nya.

Aku memandanginya hingga dia tiada di balik tembok.

Aku berjalan menuju kelas namun aku melihat Reza dari kejauhan berjalan menuju ke arahku.

Aku tetap berjalan, pura pura tidak memerdulikannya.

Kami lebih dekat.

Semakin dekat

dan

dia melewatiku.

Huft.

"Key" Mampus.

Langkahku terhenti. Tapi aku tidak membalikkan tubuhku, aku tidak menengok.

Dia memegang pundakku dan membalikkan tubuhku.

"Sombong banget ya lo"

Siapapun tolong selamatkan aku, tolong aku butuh seseorang.

Aku menjauhkan tangannya dari pundakku dan mundur.

"Lo kan yang ngasih pertanda perang diantara kita, gak usah ngobrol sama gue nanti ketauan Nadia bisa salah paham"

"Kok lo jadi gini sih Key. Dulu sikap lo gak kaya gini"

"Berisik lo, jangan ngobrol sama gue lagi! Anggep kita ga kenal"

Aku membalikkan tubuhku namun Reza meraih tanganku.

"Key"

"Kita perlu ngobrol buat benerin semua, benerin hubungan pertemanan kita"

"Gak ada yang perlu dibenerin, gue permisi. Pasti ada guru di kelas gue"

Aku pergi meninggalkan Reza, tapi tunggu, apa yang dia lakukan di balik gedung sekolah? Sepanjang koridor menuju kelas, otakku dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan tentang Reza.

Dan benar saja sudah ada Pak Heri di dalam kelas. Aku mengetuk pintu berulang baru dibukakan dan menyalami Pak Heri, aku beralasan bahwa aku habis dari toilet.

3 jam berlangsung aku memerhatikan apapun yang dijelaskan Pak Heri tapi aku tidak memahami yang dijelaskan, karena aku berpikir hal lain. Nasib fisikaku.

"Baik cukup sekian untuk hari ini, Keyra bisa bantu bapak bawakan buku-buku itu ke meja bapak?"

"Eh? Iya Pak bisa"

4 jenis buku aku bopong menuju ruang guru, sesampainya di sana, Pak Heri menyuruhku langsung menaruhnya saja tetapi tidak mengecek dulu dan dia langsung pergi entah ke mana.

Aku kembali menuju kelas.

Sesampainya di kelas aku melihat sudah ada guru biologi, aku masuk ke dalam dan menyalami Bu Tia, tidak lupa menyertai alasanku telat datang.

"Silakan duduk berkelompok"

Semua murid di kelas menuruti titah yang empunya suara, Bu Tia. Aku menuju kelompokku yang diketuai oleh Gion.

Melihat Gion aku kembali tersenyum, aku mengingat kejadian tadi di belakang gedung sekolah.

Terkadang aku menyamakan hidup ini seperti ombak dan pasir. Pasir sedih kalau ombak datang, karena sebagian dari mereka akan pergi bersama ombak meninggalkan butiran yang lainnya.

Tapi ombak bahagia karena dia bisa mengubah suasana kesenangan pasir, tapi manusia datang dan menginjak pasir membuat pasir itu bertahan walau ombak menerjang.

Begitulah hidupku, ku bertahan pada hidupku seperti pasir, Gion bagaikan manusia dalam kisah ombak dan pasir dan faktanya dia memang manusia.

Aku duduk berhadapan dengan Gion, Bu Tia membagikan selembaran soal untuk diisi perkelompok.

Aku melihat soal-soal itu dan kupikir ini mudah, karena semua materi terdapat di buku. Gion membagikan bagian-bagian kami per orang.

"Gi bagian gue kok banyak banget sih?" Protesku, bagaimana bisa dia menyuruhku membuat rangkuman tentang animalia ditambah 20 soal?

"Itu yang paling gampang" ucapnya datar.

Gion sialan.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu kelas mengalihkan pandangan semua murid termasuk aku. Bu Tia bergegas membukakan pintu, aku tidak melihat siapa yang datang. Namun Bu Tia memanggil namaku dan aku menyamparinya.

"Ada apa, Bu?" Tanyaku.

"Kamu dipanggil Pak Heri"

Aku bergegas menuju ruang guru dan mencari cari keberadaan Pak Heri.

"Ada apa ya, Pak?"

"Kamu yang membawakan buku-buku saya, kan?"

"Iya, Pak"

"Ini, kamu lihat daftar nilai murid-murid gak? Waktu bapak ke kelas kamu kan ada bukunya tapi pas dibawa ke sini sama kamu gak ada ya, Keyra kamu menyembunyikan daftar nilai agar nilai kamu tinggi? Benar Key?"

"Saya gak tau, Pak saya hanya membawa dan menaruh di atas meja bapak"

"Bapak kecewa sama kamu Keyra, sepulang sekolah ke ruangan bapak. Bapak buatkan surat panggilan untuk orang tua"

"Pak saya mohon, Pak. Saya akan bantu cari"

"Keluar Keyra dan nilai kamu bapak kurangi. Keluar!"

Aku keluar ruangan, yang aku butuhkan sekarang hanyalah tempat kosong dan menangis sejadi-jadinya, mengeluarkan segala yang selama ini aku pendam.

Segala kepedihan.

Tentang dunia yang kejam.

THIS LOVE [The Pain] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang