Pembalasan Bidadari Hitam XX

2.8K 282 11
                                    


Begitu keluar dari lift gadis yang memakai mini dress berwarna mustard itu berjalan dengan gontai. Sesekali memaksakan senyum ketika berpapasan dengan orang-orang yang mengenalnya. Matanya terbingkai kaca mata hitam sehingga orang-orang yang berlalu lalang di lorong yang bagian kiri kanannya dipercantik oleh tanaman hijau dalam pot yang selalu dijaga dan dirawat kebersihannya oleh yang bertugas. Suara hak sepatunya yang beradu dengan lantai keramik menjadi melodi tersendiri bagi hatinya. Terus berjalan sampai berhenti di depan sebuah pintu angkuh yang mengejeknya. Tangan kanannya terjulur untuk menyentuh daun pintu. Hendak menekan bel pintu namun ternyata pintu itu dibuka dari dalam.

"Hyeri Agashi?" seorang ahjuma keluar sembari membawa kantong sampah berukuran sedang.

"Ahjumma... Hyunno...?"

"Tuan muda Hyunno tidak pulang kemari. Sudah hampir dua minggu lamanya. Sejak dijemput oleh tuan muda Changmin." Jawab sang ahjumma.

Hyeri mengangguk singkat.

"Kenapa Agashi tidak pernah kemari lagi? Apakah sedang bertengkar dengan tuan muda Hyunno?"

Hyeri menggelengkan kepalanya perlahan, memasang wajah tersenyum walaupun enggan. "Aku masih punya ayah jadi harus pulang. Ayahku sedang sakit jadi aku harus merawatnya, Ahjumma."

"Ah, begitu rupanya. Agashi mau masuk ke dalam?"

"Tanpa Hyunno tempat ini tidak lagi menarik." Gumam Hyeri. "Sebaiknya aku pulang saja, Ahjumma. Toh Hyunno tidak berada disini." Ucapnya.

************************************************

Hyunno menatap gadis itu keluar dari gedung menuju tempat parkir bawah tanah. Berjalan tergesa melewati dirinya –yang sedang berada di dalam mobil berkaca hitam− dapat Hyunno lihat wajah sembab yang coba ditutupi oleh gadis manis itu lewat kaca mata hitam yang dikenakannya. Diawasinya gadis itu dalam diam hingga gadis berbaju mustard itu masuk mobil dan pergi dari tempat parkir. Hyunno diam saja. Termangu dalam pikiran yang yang dirinya sendiri yang tahu apa isinya.

"Kau tidak harus menyakitinya seperti ini." Ucap Changmin yang duduk disebelahnya.

"Ini yang terbaik untuk kami." Hyunno mencengkeram erat kemudinya.

"Tidak. Ini menghancurkan kalian berdua." Komentar Changmin. "Aku tahu itu. Kau mulai menyayanginya, keponakanku."

Hyunno menutup matanya yang terasa panas. "Aku tidak bisa memaafkan perbuatan ayahnya yang terang-terangan mengirim pembunuh bayaran untuk menghabisi orang tuaku! Itu perbuatan keji!"

"Ayahnya. Bukan anaknya, kan?"

Hyunno tidak berkomentar.

"Toh sudah terjadi. Ayahmu pun akan dipindahkan ke rumah agar lebih aman." Changmin menepuk bahu keponakannya. "Jangan menyiksa dirimu sendiri, Nak!"

"Keliahatan seperti itu kah, Ahjushi?"

"Akhir-akhir ini kau selalu gusar. Emoismu kurang stabil dan sering meledak-ledak. Tentu saja... pemuda seusiamu pasti sedang merasakan sakitnya disengat lebah cinta."

Hyunno membuka pintu mobil, sebelum keluar ia sempat menoleh pada sang paman. "Aku tidak akan lama, Ahjushi. Setelah aku menemukan tugas kuliahku dan mengantarkannya kita akan langsung menjemput Umma."

"Arra... Kajja pergi ambil tugasmu!"

************************************************

Ketika perasaan seseorang sedang terluka, sakit yang dirasakannya akan bertambah berlipat-lipat. Serasa tiap detik yang terlewati adalah jurang kesuraman yang kelabu. Gerimis turun serupa benang-benang laba-laba kelabu berjatuhan dari langit. Dengan telapak tangan telanjangnya Hyeri mengelap permukaan kaca kamarnya yang buram. Duduk bersandar di jendela dengan perasaan gundah. Dadanya terasa panas dan sesak. Rasa sakit dan pedih memenuhi dirinya. Belum pernah sebelumnya gadis manis itu merasakan perasaan seperti itu. Perasaan begitu mengasihi dan menyayangi, perasaan kehilangan yang menyisakan bekas-bekas sayatan belati tak kasat mata yang berkarat lagi beracun.

✔️Pembalasan Bidadari Hitam/ YunJae FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang