Kejujuran

13 6 1
                                    

Lysia melangkahkan kakinya memasuki rumahnya, matanya tertuju pada seseorang yang sedang duduk di ruang tamu. Itu bukan mama atau papanya itu adalah Gladis, Adik sepupunya.

"Dis, Ngapain disini?" Tanya Lysia heran.

"Nih Mama bikinin makanan buat mu" Gladis memberikan sebuah kantong kertas kepada Lysia.

Lysia membuka Kotak yang ada di dalam kantong kertas itu dan mendapati Ayam opor kesukaannya.

"Makasih ya Dis, Bilangin juga makasih sama Tante Nandira"

"Hmm"

"Kenapa Dis?"

"Kamu biasa dirumah dengan keadaan gini?" Tanya Gladis pelan.

Lysia menatap Gladis heran. Ia merasa Gladis seperti bukan Gladis yang ia kenal.

"Biasa aja sih, Mama sama Papa kan memang sibuk kerja" Jawab Lysia Enteng.

Gladis menatap Lysia prihatin "Aku Juga saat kecil selalu ditinggal, tetapi semenjak kejadian itu Mama sama Papa selalu ada dirumah bersamaku"

Kening Lysia berkerut bingung, "Kejadian apa?",

"Kejadian saat aku dibully" Lirih suara Gladis amat Lirih, seakan-akan apa yang terjadi dulu membuatnya terluka.

"Apa yang terjadi?" Tanya Lysia penasaran.

"Saat aku kelas 4 SD, aku memiliki seorang teman yang sangat dekat denganku, kami selalu bersama. Aku menganggapnya sebagai sahabatku, aku selalu memberikan apa yang ia suka. menemaninya kemana pun ia mau. Tapi rupanya ia hanya memanfaatkanku untuk mendekati seseorang yang juga dekat dengan ku, seorang anak laki-laki, Tapi anak laki-laki itu tak menyukai temanku karna menurutnya temanku sangat tidak baik dan jelek, anak laki-laki itu mengatakan ia menyukaiku. hal itu membuat temanku sedih dan membenciku. semenjak itu ia tak mau berteman denganku dan pada puncaknya ia membullyku bersama teman-temannya yang lain. Ia memukulku dengan keras diperutku, menumpahkan air got kebadanku dan hal itu terjadi tanpa sepengetahuan guru-guru. sebenarnya banyak yang menonton hal ini, anak laki-laki itu pun sama ia juga tau aku dibully tetapi ia tidak menolongku, ia hanya berdiam diri menatapku dengan tatapan bersalah, Hari itu aku pulang dengan keadaan mengenaskan, baju yang kotor bekas pukulan dimana-mana dan juga perutku sangat sakit, aku pulang dengan terseok-seok dijalan. setibanya dirumah aku hilang kesadaran, 2 hari tubuhku demam, aku juga tak bisa bergerak. aku hampir mati, Aku membenci temanku dan aku jadi tidak percaya akan teman, dan semenjak itulah mama dan papa tidak pernah meninggalkan aku lagi. tapi tetap saja aku kesepian. walau mereka dirumah mereka tetap saja sibuk" Kekeh Gladis lirih.

"Aku tak tau kau memiliki luka seperti itu"Komentar Lysia pelan.

"Lalu kenapa kau membully anak lain?" Tambahnya.

Gladis terdiam, matanya menerawang.

"Agar mereka bisa merasakan perasaanku, perasaan sakitku.....aku tidak ingin merasakan itu sendiri dan juga"

"Apakah memang harus seperti itu? seharusnya kau tidak seperti itu Dis. Kau malah akan menjadi seperti Temanmu itu" Nasihat Lysia.

"aku tidak sepertinya...aku hanya ingin membuat orang lain mengerti. bahwa teman akan selalu menyakiti" Kata Gladis, sudut matanya mengeluarkan air mata.

"Tidak semuanya seperti itu, Pasti seorang akan Fake Friends tetapi kau akan juga mendapatkan True Friends yang sangat menyayangimu, Aku percaya Sela, Patricia dan Luna teman yang baik kok Dis"

"Tau dari mana kamu kalau mereka benar-benar temanku. mereka hanya tak mau dibully olehku" Sergah Gladis.

"Tidak tau dari mana-mana hanya saja aku percaya, jika mereka tak menyukaimu mereka pasti akan berpaling darimu Gladis sayang" Kata Lysia lembut membuat Gladis terdiam.

"Apakah mereka benar-benar baik, apa mereka mau jadi temanku?" Tanya Gladis dengan nada Suara Lirih.

"Gladis, Mereka anak yang baik. hanya saja mereka jahat hanya untukmu, Hentikan semuanya dan Bersahabatlah dengan mereka" Nasihat Lysia Lembut.

Tak diduga-duga Gladis langsung meloncat kehadapan Lysia dan memeluknya dengan erat.

"Maaf...Maafkan aku sudah menjahatimu" Tangisnya.

dengan lembut Lysia mengelus rambut Gladis, senyum menghiasi wajahnya.

"Tidak apa, karna kau adik sepupuku satu-satunya. Jadi aku tidak mempersalahkannya" Jawab Lysia dengan ramah.


Keesokan Harinya

Disekolah

Dikantin Gladis nampak ragu-ragu menghampiri sela, Luna dan Patricia yang sedang asik berbincang-bincang . Lysia yang ikut menemani Gladis merasakan keraguan Gladis, dengan Lembut tangannya menepuk pundak Gladis.

"Semangatlah, kau pasti bisa. aku tidak akan meninggalkanmu" Ujarnya dengan Senyum Ceria.

Gladis berubah menjadi bersemangat dengan langkah pasti ia menghampiri Sela, Luna dan Patricia.

"Sela, Luna, Patricia" Panggilnya.

Sela, Luna dan Patricia pun menoleh dan terkejut mendapati Gladis dihadapan mereka.

"Eh Gladis, Maaf gak ajak kamu tadi. Kami kira kamu tidak mood" Kata Luna dengan suara bergetar.

"Maaf" Kata Sela sedangkan Patricia terdiam tertunduk.

"Maafkan Aku"

Dua kalimat itu sukses membuat Sela, Luna dan Patricia tertegun.

"Ma..Maaf kenapa Dis?" Tanya Patricia pelan.

"Maafkan aku karna membuat kalian membully yang lain, maaf karna aku berperilaku kasar kepada kalian, kuharap kalian memaafkan aku" Ucap Gladis dengan tertunduk.

"Kamu Gladiskan?" Tanya Sela ketakutan, Tangannya menyentuh wajah Gladis,

"Iya ini aku Gladis, aku minta maaf" Jawab Gladis disertai senyum manis diwajahnya.

sebuah pelukan menyelimuti Gladis, Luna memeluknya dengan erat,

"Gladis" Pekiknya

Sela dan Patricia pun ikut memeluk Gladis.

"Kami sudah memaafkan kamu, karna kamu teman kami" kata Sela Bahagia.

Lysia menatap mereka dengan terharu. Ia merasa sangat bahagia. Karna Gladis sudah menjadi baik dan mendapatkan teman-temannya.

"Ka, Makasih" Kata-kata itu membuat Lysia terkejut. Gladis tepat dihadapannya bersama ketiga temannya.

"Aku gak ngelakuin apa-apa dis, kamu yang sudah berusaha dan mencoba berubah" Ucap Lysia.

"Itu semua karna mu, jika bukan karna mu aku tidak mungkin seperti ini, Terimakasih Kakak"

Im falling in love nowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang