Teman

12 7 1
                                    

"Kamu ya namanya Lysia, kenalin aku Liana Gisella Lauren, panggil aja Lian"

Perempuan manis berambut ekor kuda. Lysia menatapnya ragu. Ia tak pernah berkenalan sebelumnya. dengan perlahan ia menggapai tangan lembut Lian menerima uluran tangan itu.

"Lysia Gioneta Zima panggil aja Sia" kata Lysia gugup.

Itulah perkenalan pertama Lysia dengan Lian saat MOS. Saat dengan beraninya Lian mengenalkan dirinya dengan Lysia. Lian dan Lysia sangat berbeda. Lian sangat cantik, populer, sangat pintar bersosialisasi dan memiliki banyak teman sangat berbeda jauh dengan Lysia.

"Siaaaa!!"

"Eh Lian kenapa?"

"ngapain disini?

"Biasa nyari angin aja"

"kenapa? Masih belum dapat teman ya Sia?"

"Hehe, tau aja aku kan gak kaya Lian yang bisa cepat dapat teman"

Lian mengenggam tangan Lysia.

"Jangan ngerendah, kamu pasti bisa kok. Jangan kuatir aku dukung kamu terus, aku kan sahabat kamu"

Lysia tersenyum mendengar hal itu.
"Thanks Lian, kamu memang yang terbaik"

"Lian? Kita bukan sahabat lagi ya" tanya Sia pelan. Tak ada jawaban hanya hembusan angin yang Lysia dapatkan.

Lysia berjalan dengan lunglai ke kelasnya, kelas 3A, ia masih sangat syok. Saat memasuki kelas. Yang ia dapati hanya kesunyian. Menunjukan para murid sudah pulang ke rumah masing-masing

"Hebat banget bisa sampai gak dengar bel"pikir Lysia. Ia melangkah gontai ke arah mejanya. Matanya menelusur pada bagain atas mejanya yang penuh coretan.

"Sok pahlawan"
"Musnah kau"
"Menyebalkan"
"Kau yang terburuk"
"Dasar jelek"

Dan banyak tulisan lainnya. Membuat kepala Lysia ingin pecah. Lysia terduduk dilantai air mata berjatuhan dari kelopak matanya.  Kata-kata Lian berputar dikepalanya, kata-kata di mejanya ikut berputar dikepalanya. Tangisnya semakin membesar. Ia sangat kesakitan hatinya sangat sakit.

"Dasar Lysia bodoh, lysia bodoh, kenapa kau mengorbankan dirimu sendiri, kenapa kau percaya diri sekali bahwa kau tidak akan dibully!, kenapa? Kenapa? tanya Lysia pada dirinya sendiri. Air mata menyucur makin deras dari matanya.

"Dan kenapa sekarang kau menangis, kau menyesal? Kau menyesal sekarang? Dasar Lysia bodoh!!" Dengan kasar Lysia mengusap air mata dipipinya tetapi air mata itu tetap mengalir.

Lysia masih terdiam 20 menit sudah ia masih bertahan akan posisinya air matanya pun masih mengalir.

"Kreek.."
pintu kelas terbuka tapi Lysia tidak memperdulikan hal itu. Ia tak perduli.

"Loh Lysia?" Suara familiar itu menyeruak masuk ke telinga Lysia. Lelaki itu berdiri didepan Lysia memandangnya dengan tampang kebingungan.

"Ada apa, kok nangis?" Lelaki itu mensejajarkan dirinya dengan Lysia.

"Oh Mikleo" kata Lysia dengan suara serak khas orang menangis.

"Ada apa? Kok nangis?" Ulang Mikleo lagi.

Lysia menggeleng lemah

"Gak apa-apa kok Mikleo, Aku gak nangis"

"Gak nangis gimana? Air mata kamu aja keluar terus"

"Hah? Air mata?" Tangan Lysia memegang wajahnya dan mendapati wajahnya basah.

"Kok aku nangis?" Tanya Lysia membuat Mikleo terperengah.

"Kan aku juga nanya kamu"

"Aku...aku..." suara Lysia bergetar.

"leo cepet dong" teriak seseorang diluar.

"Bentar, kalian ke sini deh"

"Apaan sih?"

3 orang lelaku menghampiri mereka berdua yang membulatkan matanya.

"Loh cewek yang depan toilet" ujar lelaki berjepit rambut

"Kamu kenapa? Kok nangis? Tanya lelaki berkacamata
Dan lelaki dengan baju acak-acakan itu berjongkok didepan Lysia

"Dia kenapa Leo?"

"Gak tau juga pas masuk dia udah disini"

"Udah ditanyain?"

"Udah tapi dia malah balik nanya kenapa dia nangis"

"Hah?"

" mungkin gara-gara ini" Leo dan dua lelaki itu menatap lelaki berkacamata itu.

"semua kata-kata ejekan dan coretan"

"Pasti ulah Gladis" tambahnya

"Memang siapa lagi selain dia?" Tanya Lelaki berjepit sarkas.

"Tidak ada sih"

Lysia menatap kedua orang yang sedang berbincang itu. Tiba-tiba ia merasa ada yang menyentuh wajahnya. Dan mendapati sebuah tangan memegang wajahnya menghapus air matanya.

"Jangan menangis, kalau menangis kau jadi tidak cantik lagi" hibur lelaki berbaju berantakan itu.

Im back. Silahkan vote dan comment. Thanks😙😙😙

Im falling in love nowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang