Dia

13 4 4
                                    

"Gladis adik sepupuku"

Dareen dan Mikleo dan kedua temannya nampak mencerna kembali perkataan Lysia.

"Kamu serius?" Tanya Dareen hati-hati. Seakan takut salah akan perkataannya.

"Ya dia adik sepupuku, dia anak adik mamaku" Kata Lysia bingung. "Kenapa? Kalian seperti tidak percaya padaku" lanjut Lysia.

"Ya bagaimana ya? Sebenarnya wajah kalian mirip, kami bahkan mengira kalian saudara saat masih mos dulu tapi saat tau sifatnya sangat berbeda denganmu kami langsung menepis pikiran itu. Apalagi saat dia membullymu jadi kami pikir kalian tidak akan pernah akan berbaikan" Dareen panjang lebar.

Lysia terkekeh mendengar perkataan Dareen.
"Aku juga pikir begitu, aku sangat terkejut saat ia datang kerumahku bersama omku, dan entah mengapa sikapnya sekarang jadi sangat manis dia juga bersikap baik pada orang lain membuatku sangat senang"

Perbincangan dengan Mikleo tadi pagi membuat hati Lysia menjadi berbunga-bunga. Senyum terus mengembang diwajahnya. Ingatan-ingatan tadi pagi terus berputar dikepalanya, ingatan akan senyuman itu membuat Lysia merasa bahwa ia jadi orang terberuntung didunia.

Keesokannya.

Lysia memasuki kelas dengan semangat. "Selamat pagi" sapanya ketika sampai didepan pintu kelas. Beberapa sorot mata menatapnya aneh, dan beberapa orang menjawab sapaannya.

Gubrakk...

Badan Lysia tertubruk ke depan. Dirasakannya sebuah tangan melingakar diperutnya.
"Selamat Pagi Ka" pekik suara itu membahana. Suara yang familier di telinga Lysia.

" Astaga Gladis kamu itu ngagetin banget yah, masih pagi udah teriak-teriak aja" Nasehat Lysia pada adik sepupunya itu.

"Hehe maaf ka, kakak semangat banget sih tadi bikin gemes banget " Gladis langsung mencubit gemas pipi Lysia. Erangan terdengar darinya mulut Lysia. "Gladis" pekik Lysia sedangkan Gladis langsung lari terbirit-birit.

"Lys boleh nanya gak?" Seorang perempuan berdiri didepan Lysia  seorang perempuan dari kelas lain Lysia yang ingin beranjak ke kantin mengurungkan niatnya lalu mengangguk kecil ke arah perempuan itu. "Tanya aja de"kata Lysia pada perempuan bernama Dea.

"Gladis kenapa ya? Kok dia gak nyeremin lagi sekarang. Dia juga sering senyum dia udah jadi baik ya?" Pertanyaan Dea membuat Lysia tertawa, " kamu kangen dia jahat ya?" Kekeh Lysia.

Dea pun langsung gelagapan. "Bukan gitu Lys, duh gimana sih gimana ya kata-katanya ehm duh itu deh duh gimana sih kata-katanya" Dea menggerutu sendiri menimbang-nimbang perkataannya.

"Aku...senang banget.... ehm dia berubah....dia kembali lagi kaya ....dia yang dulu" perkataan Dea membuat Lysia mengeryitkan alis matanya.

"Kamu kenal Gladis ya?" Dea terdiam terlihat tak berani memberikan jawaban.

Tangan Lysia menggapai tangan Dea.
"Aku senang banget rupanya ada orang yang memperhatikan Gladis. Kamu gak usah takut Gladis udah baik kok kamu bisa liatkan. Jangan takut ya berteman sama Gladia dia orang yang baik kok"

"Ehm makasih ya Lys, yaudah dah aku balik ke kelas dulu" pamit Dea.

Lysia pun beranjak pergi ke kantin saat ia melewati lorong sekolah yang sepi matanya  tak sengaja matanya melihat seorang lelaki yang sedang dipukuli.  Lysia terdiam ia ingin membantu tapi takut. Otaknya berpikir keras. Suatu ide terbesit dipikirannya.
"Pakk itu pak ada yang kelahii" pekik Lysia sekuat tenaga. Orang-orang yang mengelilingi laki-laki itu langsung lari menjauh. Lysia dengan sigap menghampiri lelaki yang sedang mengerang kesakitan itu.

"Lo gak..." Lysia terdiam menatap laki-laki itu. Laki-laki yang membantunya saat di lapangan volly .

"Lo yang tadi teriak?" Tanya laki-laki itu pelan nyaris tak terdengar.

"Ehm iya, lo gak apa-apakan?" Kata Lysia sembari membantu laki-laki itu berdiri.

"Seharusnya jangan lo bantu biarin aja gue mati" perkataan itu membuat Lysia melepaskan tangan laki-laki itu dari pundaknya membuat laki-laki itu terjatuh.

"Sialan lo !" umpat laki-laki itu.
"Lo gila ya, ya masa gue biarin lo mati. Bisa dosa gue gak bantuin lo" kata Lysia marah.

"Biarin aja, biar mereka puas juga"
Kejengkelan Lysia tiba-tiba menguap.

"Lo ya, dibantuin malah gitu. Laki-laki jenis apaan  sih lo. Pengecut banget dihajar orang pakai acara sok gitu lagi".

"Soalnya gue kan gak butuh bantuan lo"

"Kalau gitu kenapa lo bantuin gue waktu itu? Padahal gue gak minta bantuan lo juga" kata Lysia tajam membuat laki-laki itu terdiam.

Lysia pun kembali membantu laki-laki itu bangkit. Dan memapahnya ke UKS. Dengan telaten Lysia merawat luka laki-laki itu.

"Dah selesai nih" kata Lysia setelah menyelesaikan hansplast terakhir. Tetapi laki-laki itu tetap tak bergeming. Lysia pun menatap laki-laki itu dan laki laki itu sedang menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Lo kenapa kesambet?" Tanya Lysia sembari melayang-layangkan telapak tangannya didepan wajah laki-laki itu.

"Eh hah?" ia terkejut dan langsung memasang wajah inconncet.

"Ya ampun, gue usah selesai nih, udah ya gue balik ke kelas" pamit Lysia

Saat sudah sampai kantin Lysia baru mengingat sesuatu.

"Namanya siapa ya?"

Im falling in love nowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang