Terus Mencoba

9.3K 565 6
                                    

"Apa kau benar-benar berpikir kau dapat melarikan diri?" Tanya Mark dengan nada mengejek setelah dia menutup pintu dibelakangnya, menuruni tangga menghampiriku yang terpaku.
Dengan susah payah ku kumpulkan keberanianku untuk menjawabnya.. "Ti.. Tidak Mark, a.. aku hanya, kakiku sakit.. besi ini melukai pergelangan kakiku."
Bagus! Kau terdengar sangat meyakinkan Judith! Sindirku pada diriku sendiri.
"Oh Judith... kupikir kau lebih pintar dari ini, kau dan rantaimu itu sangat berisik hingga mengganggu istirahatku." Katanya tersenyum sinis.
Lalu dia melanjutkan dengan sedikit amarah dalam suaranya. "Kau tahu kan Judith, bila kau belum pintar, itu berarti kau harus belajar lagi. Dan disini, aku yang akan mengajarimu!" Dengan tiba-tiba tangannya menarik rambutku hingga kepalaku tertarik kebelakang dan terus menariknya, menahannya seperti itu. Entah rasa sakit atau rasa takut yang menghancurkan keberanianku hingga tak dapat ku tahan tangisanku.
"Maafkan aku Mark. Aku tidak akan melakukannya lagi. Kumohon, kepalaku sakit sekali. Kumohon lepaskan rambutku." Tangisku padanya, sambil memegangi rambutku yang ditariknya.
"Baiklah, ini adalah peringatan bagimu. Semoga kau bisa lebih bijaksana lain kali. Jangan coba-coba membuatku lebih marah dari ini Judith, aku ingin semuanya sesuai dengan rencanaku. Aku memang tidak akan membunuhmu, aku ingin anakmu lahir dengan selamat, tapi aku bisa saja membuatmu cacat." Ancamnya sambil menghentakan rambutku, meninggalkan rasa sakit dikulit kepalaku. Lalu dia melihat makananku yang tidak tersentuh "Dan makanlah makananmu, aku benci membuang-buang makanan! Jika kau tidak mempersulit keadaan, kau akan baik-baik saja." Lalu Mark meninggalkanku lagi.
Aku mencoba mengendalikan tangisku dan makan, tapi tangisku malah semakin tidak terkendali. Aku menghabiskan makananku di tengah-tengah tangisku lalu kucoba menenangkan diriku. Aku harus tetap tenang agar dapat mencari cara keluar dari tempat ini. Kucoba mengingatkan diriku sendiri.
Lalu, saat kudongakan kepalaku, tiba-tiba kulihat kayu diatas ranjang. Ada sedikit retakan pada bagian tengah kayu itu. Mungkin aku dapat mendobraknya. Pikirku pada diriku sendiri penuh harap.
Aku melepaskan jepit rambutku dan ku goreskan 2 garis lurus ke dinding di samping ranjang untuk menghitung hari. Hari ini adalah hari keduaku disini, Selasa.
Aku berdiam diri beberapa saat, mencoba mendengar apapun yang dapat kudengar. Samar-samar kudengar sudah benda berbenturan, mungkin Mark sedang melakukan sesuatu. Lalu beberapa lama kemudian kudengar suara pintu terbuka dan tertutup, suara langkah, tapi seberapa lamapun kucoba mendengar, aku tidak dapat mendengar suara orang.
Hari-hari berganti, hingga aku dapat menghafal suara-suara yang menandakan Mark akan datang dan kapan saja Mark akan datang. Dia akan memberiku sarapan saat matahari baru mulai terbit, beberapa jam kemudian dia akan membawakan makan siang lalu saat matahari akan tenggelam dan saat malam dia akan memberikanku makanan. Diantara kedatangan Mark aku menaikan kursi ke atas ranjang dan menggorek kayu yang retak itu. Goresan sekecil apapun akan memudahkanku untuk mematahkannya.

Hari Minggu tiba. Mark memberiku sarapan yang lebih banyak dari biasanya, sepertinya sarapan dan makan siang dijadikan satu.
Beberapa lama setelah Mark meninggalkanku, aku mendengar suara mobil dinyalakan dan melaju menjauh.
Apakah Mark pergi?? Pikirku dengan penuh harap. Lalu kucoba membuat suara berisik dengan rantaiku, menunggu beberapa lama.. Tapi Mark tidak datang. Aku bergumul dengan diriku, bisakah aku kabur saat ini? Bagaimana jika saat aku masih mencoba untuk kabur, Mark tiba-tiba kembali? Apa yang akan dilakukannya padaku?

Catatan penulis
Terima kasih sudah membaca, tolong vote kalau kalian suka ceritanya yah :)

Silahkan comment kritik dan saran jika ada..

With Love
Nie 😘

[COMPLETED] Istri Sang BandarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang